artikel-2024-08-23T092411.809.png

Permasalahan gizi pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) adalah masalah serius yang memerlukan perhatian khusus dalam penanganan dan pemulihan mereka. Gangguan makan, efek samping obat psikotropika, kurangnya pemahaman atau perhatian terhadap kebutuhan gizi individu, dan kurangnya dukungan sosial adalah beberapa faktor yang menyebabkan masalah gizi pada ODGJ. Pasien ODGJ yang diisolasi, dipasung, atau menggelandang cenderung memiliki status gizi yang kurang sampai buruk, sedangkan pasien yang telah menerima terapi obat selama jangka waktu yang lama memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk kelebihan berat badan.

Pada tahun 2023, laporan tahunan instalasi gizi RSMM menunjukkan bahwa 22,5 persen pasien ODGJ yang dirawat di RSJMM Bogor adalah pasien baru yang memiliki riwayat isolasi atau menggelandang. Sementara 19,7 persen pasien ODGJ dengan status gizi berlebih rata-rata memiliki riwayat terapi obat yang lebih lama. Penting untuk diingat bahwa kebutuhan nutrisi setiap ODGJ berbeda, dan pendekatan untuk menangani masalah nutrisi mereka harus holistik dan disesuaikan dengan kebutuhan unik mereka.

Tata laksana diet untuk Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) harus mempertimbangkan sejumlah hal, seperti kondisi kesehatan mental dasar individu, dampak obat psikotropika terhadap nafsu makan, dan kebutuhan nutrisi khusus untuk menghindari atau mengatasi gizi buruk.

 

Prinsip-prinsip Tata Laksana Diet ODGJ

  • Konsultasi dengan Tim Perawatan: Dalam merencanakan diet ODGJ, penting untuk melibatkan tenaga medis, ahli gizi, dan psikiater. Setiap orang ODGJ memiliki kebutuhan yang berbeda yang harus dipertimbangkan.
  • Edukasi dan Pemantauan: Pentingnya diet seimbang dan pemantauan asupan makanan dapat membantu pemulihan gizi yang baik.
  • Menyesuaikan dengan Obat Psikotropika: Efek samping dari beberapa obat psikotropika dapat terjadi pada metabolisme atau nafsu makan, sehingga diet harus diubah untuk mengatasi efek samping ini.
  • Kaya Nutrisi: Pastikan diet Anda kaya akan protein, vitamin, dan mineral penting, seperti vitamin B kompleks dan omega-3, yang dapat membantu kesehatan mental.
  • Mengendalikan Berat Badan: Diet harus dirancang untuk ODGJ yang mengalami masalah berat badan (baik kelebihan atau kekurangan berat badan) untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang sehat.

Untuk mendukung pemulihan gizi dan kesehatan secara keseluruhan ODGJ, sangat penting untuk memperhatikan tata laksana diet yang tepat. Kecuali pasien memiliki penyakit tambahan seperti diabetes atau hipertensi, kebutuhan nutrisi ODGJ hampir sama dengan orang normal. Selain memenuhi kebutuhan makronutrien seperti protein, lemak, dan karbohidrat, Anda juga harus memenuhi kebutuhan mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Diit pasien ODGJ unik karena mereka membutuhkan lebih banyak bahan makanan neurotransmitter untuk menstimulasi perbaikan jaringan otak. Untuk pasien ODGJ, sangat disarankan untuk diit dengan sumber makanan tinggi lemak esensial seperti omega 3, triptofan, asam folat, tirosin, histidine, dan kolin. Ikan laut dalam seperti makarel, tuna, dan tongkol, salmon, seafood, biji bijian, dan juga sayuran hijau adalah contohnya.

 

Sumber : Kemenkes


artikel-2024-08-22T093818.709.png

Sensasi suara tanpa sumber eksternal adalah tanda gangguan pendengaran yang dikenal sebagai tinitus. Tinnitus memiliki suara yang berasal dari dalam telinga penderita. Kondisi ini dapat terjadi hanya di satu telinga atau di kedua telinga. Tinnitus adalah masalah pendengaran umum yang dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari. Sekitar 10-30% populasi mengalami masalah ini, dan 3–4% orang mengunjungi dokter setidaknya sekali dalam hidup mereka. Tinnitus dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti gangguan kardiovaskular, gangguan telinga, cedera kepala, sengatan listrik, barotrauma telinga, dan efek samping dari berbagai obat.

Tinnitus juga dapat diklasifikasikan menjadi tinnitus subjektif, yang dikenal sebagai tinnitus sensorineural, dan tinnitus objektif, yang dikenal sebagai tinnitus somatik. Tinnitus juga dapat berkontribusi terhadap morbiditas, terutama pada orang tua. Mendengar suara tanpa suara eksternal baik itu sinyal listrik atau mekanik-akustik adalah tanda tinnitus. Suara seperti berdenging, berderu, atau berdesis adalah beberapa contoh gejala ini. Suara yang Anda dengar biasanya sangat berbeda. Hingga saat ini, penyebab tinnitus masih belum diketahui. Penanganan tinnitus biasanya bergantung pada pengalaman empiris.

 

Diagnosis Tinnitus

Tinnitus adalah gejala klinis dari penyakit telinga yang memerlukan diagnosis yang tepat untuk menemukan penyebabnya, yang seringkali sulit diidentifikasi. Anamnesis sangat penting untuk mendiagnosis tinnitus dengan benar. Kualitas, kuantitas, lokasi, dan karakteristik bunyi tinnitus, seperti mendenging, mendesis, menderu, berdetak, gemuruh, atau mirip riak air, semuanya harus dicatat. Selain itu, Anda harus menanyakan apakah tinnitus mengganggu atau memburuk pada waktu tertentu, seperti pada malam hari atau siang hari. Anda juga harus menanyakan apakah ada gejala lain yang menyertainya, seperti vertigo, gangguan pendengaran, atau gejala neurologis lainnya.

Selain itu, riwayat apakah tinnitus terjadi pada satu sisi (unilateral) atau kedua sisi (bilateral), dan seberapa besar dampaknya terhadap aktivitas sehari-hari sangat penting. Selama anamnesis, jangka waktu tinnitus juga harus diperhatikan. Jika serangan berlangsung kurang dari satu menit, itu biasanya bukan kondisi patologis dan dapat hilang dengan sendirinya. Namun, jika berlangsung selama lima menit atau lebih, itu bisa menunjukkan kondisi patologis. Selain itu, sangat penting untuk menanyakan riwayat penggunaan obat sebelumnya, terutama aspirin, usia dan jenis kelamin, karena meskipun tinnitus dapat terjadi pada semua umur, penyebabnya seringkali terkait dengan faktor-faktor ini.

Wanita muda sering mengalami tinnitus yang disebabkan oleh kelainan vaskuler, sementara myoclonus palatal lebih umum pada usia muda dan sering terkait dengan kelainan neurologis. Selain itu, pasien harus diberitahu tentang riwayat cedera kepala sebelumnya, paparan bising, trauma akustik, penggunaan obat ototoksik, infeksi telinga, dan operasi telinga. Selain itu, jika Anda menunjukkan gejala atau tanda gangguan audiovestibuler, seperti kehilangan pendengaran, vertigo, dan gangguan keseimbangan, Anda harus menanyakannya. Pasien diharapkan dapat menjelaskan lokasi suara tinnitus (apakah unilateral, bilateral, atau tidak dapat ditentukan), frekuensi kemunculannya (apakah intermiten atau terus-menerus), dan kualitas suaranya (seperti nada murni, bising, suara berganda, klik, atau meletup-letup).

Tinnitus dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis suara yang dirasakan, seperti angin atau desiran, berdenyut atau berpulsasi, dan intensitas suara yang dirasakan secara subjektif, seperti keras atau lembut. Suara tinnitus dapat tetap, berkurang, atau bahkan meningkat setiap hari, atau dapat dikaitkan dengan gejala penyakit telinga atau masalah sistemik lainnya. Tinnitus subjektif unilateral mungkin menunjukkan neuroma akustik atau trauma kepala, sedangkan tinnitus bilateral lebih sering dikaitkan dengan intoksikasi obat, presbiakusis, trauma akibat kebisingan, dan penyakit sistemik. Tinnitus yang hanya dirasakan di tengah kepala dan tidak dapat dibedakan antara kanan atau kiri adalah tanda gangguan patologis saraf pusat, seperti siringomelia, multiple sclerosis, atau kondisi serebrovaskuler.

Tinnitus dengan nada tinggi (mendenging) biasanya disebabkan oleh gangguan patologis pada bagian basal koklea, saraf pendengar perifer, dan saraf pendengar sentral, sementara tinnitus dengan nada rendah (seperti gemuruh ombak) seringkali terkait dengan penyakit koklea (seperti hidropendolimfatikus). Untuk evaluasi lebih lanjut, pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus dilakukan secara rutin. Selain itu, mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan seperti audiometri nada murni, OAE (Otoacoustic Emission), BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry), dan ENG (Electro Nystagmography).

 

Pengobatan Gejala Tinnitus

Secara umum, pengobatan untuk gejala tinnitus dapat dibagi menjadi empat pendekatan utama:

  • Pendekatan Psikologis: Ini mencakup meyakinkan pasien bahwa tinnitus tidak berbahaya dan mengajarkan mereka teknik untuk merelaksasi setiap hari.
  • Pendekatan Elektrofisiologis: Ini menggunakan alat bantu dengar atau masker tinnitus untuk memberikan stimulus elektroakustik dengan intensitas suara yang lebih tinggi daripada tinnitus itu sendiri.
  • Terapi Medikasi: Penekanan terletak pada peningkatan aliran darah ke koklea dan penggunaan obat-obatan seperti sedative, antidepresan, neurotonik, sedatif, dan vitamin dan mineral.
  • Tindakan Bedah: Jika terdapat tumor akustik neuroma, pembedahan dapat dilakukan.

Agar pasien tidak menjadi lebih takut, penting untuk memberikan penjelasan yang jelas tentang kondisi ini. Obat penenang atau obat tidur dapat dipertimbangkan untuk pasien yang mengalami gangguan tidur akibat tinnitus. Selain itu, beritahu pasien bahwa kondisi ini sulit diobati dan mereka disarankan untuk beradaptasi dengan kondisi tersebut.

 

Sumber: Kemenkes


artikel-2024-08-21T134759.714.png

Disebabkan oleh berbagai jenis virus hepatitis, termasuk A, B, C, D, dan E, hepatitis adalah penyakit infeksi yang paling umum yang menyerang hati. Virus hepatitis B adalah virus DNA, sementara yang lainnya adalah virus RNA. Meskipun virus-virus ini memiliki karakteristik molekuler dan antigen yang berbeda, pola perkembangan penyakit mereka sama. Saat ini, hepatitis B masih menjadi masalah kesehatan penting, dengan banyak penderita yang berisiko mengalami sirosis hati atau bahkan kanker. Virus hepatitis B (VHB) adalah bagian dari keluarga hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati yang berkepanjangan. Infeksi ini dapat bersifat akut atau kronis.

Seringkali, gejala hepatitis B hanya ditandai dengan rasa lemas dan sedikit kekuningan pada kulit dan sklera mata. Lebih dari 240 juta orang di seluruh dunia menderita infeksi VHB kronis, dan komplikasi ini menyebabkan lebih dari 780.000 kematian setiap tahun. Hepatitis B dapat dengan mudah ditularkan kepada setiap orang dari berbagai usia melalui berbagai cara. Hepatitis B dapat menular dengan sedikit darah. Virus Hepatitis B biasanya ditularkan dari ibu ke anak melalui transfusi darah atau penggunaan jarum suntik yang tercemar.

Namun, karena virus Hepatitis B dapat ditemukan dalam berbagai cairan tubuh penderita, berbagai bentuk virus telah ditemukan. Oleh karena itu, penularan horizontal dan vertikal dikenal. Hati menghasilkan protein utama, albumin. Pengaturan tekanan onkotik dan transportasi nutrisi, hormon, asam lemak, dan sisa tubuh adalah tugasnya. Kadar albumin dalam serum dapat turun jika sintesis sel hati terganggu. Lesi hati yang luas dan terus menerus biasanya menyebabkan hiperalbuminemia. Albumin adalah sejenis protein globular berbentuk bulat yang larut dalam larutan asam dan garam encer. Suhu tinggi membuat protein ini mudah berubah bentuk, atau denaturasi.

Banyak makanan, seperti susu, telur, daging, dan enzim dan hormon, mengandung albumin. Protein yang dominan dalam plasma darah adalah albumin, yang sangat penting untuk penyembuhan penyakit dan pemulihan pasca operasi. Albumin didistribusikan di dalam plasma melalui pembuluh darah dan di luar pembuluh darah di dalam otot, kulit, dan beberapa jaringan lainnya.

 

Faktor yang Mempengaruhi Kadar dan Fungsi Albumin

  • Protein, yang terdiri dari protein dan zat besi, dibuat oleh zat gizi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi. Penting untuk memastikan bahwa kita mengonsumsi jumlah protein dan zat gizi esensial lainnya yang cukup, sehingga sel-sel hati dapat memproduksi albumin dalam jumlah yang cukup.
  • Fungsi hati dan ginjal sangat penting untuk tubuh karena keduanya memproduksi albumin dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Hati melakukan tiga fungsi utama: filtrasi, reabsorpsi, dan ekskresi. Jika salah satu fungsi ginjal terganggu, proses sintesis albumin juga bisa terhambat.

 

Sumber: Kemenkes


artikel-2024-08-19T100844.735.png

Stroke adalah kondisi darurat yang ditandai dengan kerusakan neurologis karena penurunan aliran darah ke area tertentu di otak secara mendadak. Dua jenis stroke adalah hemoragik dan non-hemoragik. Jenis pertama terjadi ketika aliran darah ke jaringan otak berkurang, biasanya karena pembuluh darah otak tersumbat secara total atau sebagian. Di sisi lain, stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah otak pecah, menyebabkan perdarahan subarachnoid, yang sering terjadi saat seseorang melakukan aktivitas tertentu.

Gejala stroke termasuk kehilangan kekuatan secara mendadak di area tubuh seperti wajah, lengan, atau kaki, biasanya di salah satu sisi. Selain itu, penderita mungkin mengalami masalah berbicara atau memahami pembicaraan, masalah penglihatan pada satu atau kedua mata, masalah berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan, sakit kepala, dan bahkan kehilangan kesadaran atau pingsan. Setelah stroke, masalah kesehatan yang timbul sangat bervariasi, bergantung pada seberapa luas area otak yang terkena infrak atau kematian jaringan. Pasien mungkin mengalami gangguan bicara atau afasia jika stroke menyerang bagian otak kiri dan mempengaruhi pusat bicara. Otak kiri bertanggung jawab atas pemikiran logis, analisis, konsep, dan pemahaman bahasa.

Tiga kategori umum afasia adalah afasia motorik, afasia sensorik, dan afasia global. Pengucapan huruf vokal alfabet “AIUEO” adalah salah satu metode rehabilitasi yang digunakan untuk mengatasi gangguan komunikasi verbal pada orang yang mengalami afasia motorik. Terapi AIUEO melibatkan latihan bicara yang berfokus pada gerakan lidah, bibir, dan otot wajah serta pengucapan kata-kata dengan huruf A, I, U, E, dan O. Tujuannya adalah untuk memperbaiki cara bicara sehingga orang lain dapat memahaminya dengan lebih baik. Dalam terapi ini, pasien meniru gerakan organ bicara dan suara terapis.

 

Terapi “AIUEO”

Afasia motorik adalah kerusakan lapisan permukaan di area Broca yang ditandai dengan koordinasi yang sulit, bicara yang tidak lancar, dan ucapan yang sering sulit dipahami oleh orang lain.

  • Terapi “AIUEO” adalah jenis terapi wicara yang berfokus pada pelafalan huruf vokal alfabet dengan menggunakan gerakan lidah, bibir, dan otot wajah.
  • Gerakan otot dipengaruhi oleh terapi AIUEO dalam pengucapan kata. Interaksi antara bagian otak dan kedua belahan otak serta gerakan otot motorik yang berkaitan dengan berbicara dan berbahasa terkait dengan area Broca di otak. Akibatnya, afasia memperbaiki pengucapan.
  • Hasil penerapan menunjukkan bahwa terapi AIUEO selama tujuh hari meningkatkan kemampuan berbicara pasien. Penurunan skor penilaian pada lembar observasi Skala Komunikasi Fungsional Derby dari 9 menjadi 11.

 

Sumber: Kemenkes


artikel-2024-08-16T091313.232.png

Kehidupan manusia telah diubah oleh perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi.  Di era komputer dan internet saat ini, internet telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Ini digunakan oleh orang dewasa dan anak-anak untuk bermain, belajar, dan berinteraksi dengan teman-teman.  Namun, di balik kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan, kemajuan teknologi tidak selalu berdampak positif terhadap kehidupan manusia. Bahkan dapat berdampak negatif terhadap kehidupan manusia, khususnya pada anak-anak, seperti ketergantungan pada gadget, lupa waktu, dan terlibat dalam perjudian online yang berbahaya jika tidak diawasi dengan baik.

Dengan berkembangnya teknologi digital, para orang tua ternyata menghadapi masalah baru dalam menjalankan tanggung jawab mereka sebagai orang tua.  Melarang anak menggunakan gedget atau teknologi digital bukan pilihan terbaik, tetapi ada banyak risiko yang mengintai jika membiarkan anak mengakses internet tanpa batasan.  Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menerapkan konsep digital parenting untuk melindungi anak-anak mereka dari ancaman internet tanpa menghentikan mereka menggunakan teknologi. Digital parenting adalah cara orang tua mengajarkan, membimbing, dan melindungi anak-anak mereka saat mereka menggunakan teknologi digital.

 

Tips Digital Parenting

Digital parenting membantu orang tua mengajarkan anak-anak tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat menggunakan perangkat digital, mendidik mereka untuk menggunakan teknologi dengan cara yang positif dan aman.  Orang tua harus memahami teknologi informasi, komunikasi, privasi dan keamanan, kebijakan, dan etika digital dalam upaya ini.  Meskipun demikian, Ayah Bunda tidak perlu khawatir tentang bagaimana menggunakan teknik parenting digital. Anda dapat mencoba beberapa saran berikut:

  • Anak-anak harus dididik terlebih dahulu tentang cara menggunakan, manfaat, dan risiko internet. Diskusikan dengan mereka tentang cara-cara di mana internet dapat digunakan secara positif serta potensi bahayanya.
  • Pastikan anak-anak menggunakan pengaturan privasi yang tepat di media sosial dan platform online lainnya. Beritahu mereka tentang pentingnya melindungi informasi pribadi, termasuk bagaimana menjaga privasi media sosial, termasuk penggunaan kata sandi, untuk melindungi informasi pribadi mereka dari orang yang tidak berhak.
  • Screen Time adalah batas waktu harian yang diizinkan anak untuk menggunakan perangkat tersebut. Pastikan mereka memiliki waktu yang cukup untuk berolahraga, belajar, dan berinteraksi secara langsung dengan orang lain.
  • Ketika anak-anak menggunakan aplikasi dan fitur kontrol orang tua di perangkat digital mereka, mereka dapat memantau aktivitas online mereka dan memblokir konten yang tidak sesuai.
  • Untuk membuat anak merasa nyaman untuk berbicara tentang pengalaman online mereka dan melaporkan hal-hal yang membuat mereka tidak nyaman, Anda harus membangun hubungan yang terbuka dengan mereka.
  • Buat aturan yang jelas tentang penggunaan teknologi digital di rumah, yang berlaku untuk semua orang dan mencakup kapan dan di mana perangkat boleh digunakan, serta konsekuensi dari melanggar aturan.
  • Ajari anak etika dan perilaku yang baik di dunia digital, seperti menghindari cyberbullying, berbagi informasi, dan cara berhubungan dengan orang lain online.

Orang tua dapat membekali anak-anak mereka dengan pengetahuan dan alat yang diperlukan untuk menjelajahi internet dengan aman, membantu mereka lebih terlindungi dari berbagai ancaman yang ada di internet.

 

Sumber: Kemenkes


artikel-4.png

Salah satu jenis kanker yang paling umum di antara wanita adalah kanker serviks, yang sangat umum di negara berkembang. Lebih dari 500.000 wanita mendapatkan diagnosis kanker serviks setiap tahun, dan lebih dari 300.000 meninggal dunia karena penyakit ini. Sel-sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya dalam stadium akhir kanker serviks, yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi medis dan kualitas hidup yang buruk.

Kehidupan modern memerlukan perjalanan udara untuk keperluan pribadi atau medis. Namun, penerbangan dapat menimbulkan kesulitan dan risiko tambahan bagi pasien dengan kondisi medis serius seperti kanker serviks stadium akhir. Kondisi kesehatan pasien dapat dipengaruhi oleh perubahan tekanan udara, penurunan kadar oksigen, dan keterbatasan ruang gerak di kabin pesawat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dampak penerbangan terhadap pasien yang menderita kanker serviks stadium akhir dan untuk memberikan saran tentang cara terbaik untuk mengelola perjalanan udara untuk pasien ini.

Studi klinis pada pasien yang menderita kanker serviks stadium akhir yang melakukan perjalanan udara digunakan sebagai subjek penelitian deskriptif analitik. Data dikumpulkan melalui pemeriksaan medis, wawancara langsung, dan kuesioner sebelum dan sesudah penerbangan. Perjalanan udara telah dilakukan pasien kanker serviks stadium akhir dalam enam bulan terakhir. Data demografis, riwayat penyakit, detail penerbangan (durasi, tujuan, dan frekuensi), dan gejala dan komplikasi selama dan setelah perjalanan dikumpulkan.

Dari lima puluh pasien yang terlibat dalam penelitian ini, tujuh puluh persen melaporkan bahwa gejala atau komplikasi mereka meningkat selama penerbangan. Sesak napas (55 persen), kelelahan yang ekstrem (48 persen), nyeri (42 persen), dan edema (35%) adalah gejala yang paling umum. Beberapa pasien juga melaporkan bahwa mereka mengalami kesulitan tidur dan kecemasan yang meningkat selama penerbangan.

Pasien yang melakukan penerbangan dengan durasi lebih dari empat jam mengalami gejala yang lebih parah dibandingkan dengan mereka yang melakukan penerbangan dengan durasi lebih pendek. Mereka juga lebih rentan terhadap komplikasi selama penerbangan jika memiliki kondisi medis tambahan, seperti diabetes atau penyakit jantung.

Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa perubahan tekanan udara dan penurunan jumlah oksigen di kabin pesawat adalah penyebab gejala pasien yang lebih parah. Tubuh dapat mengalami distensi gas karena perubahan tekanan udara, yang dapat memperburuk nyeri dan ketidaknyamanan. Kondisi pasien yang sudah mengalami hipoksia kronis akibat kanker dapat memburuk karena penurunan kadar oksigen.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan kanker serviks stadium akhir mungkin sangat rentan terhadap penerbangan. Akibatnya, penting bagi penyedia layanan kesehatan untuk mempertimbangkan hal-hal ini saat merencanakan perjalanan udara pasien mereka. Rekomendasi berikut diberikan untuk meningkatkan kenyamanan pasien dan mengurangi risiko selama penerbangan:

 

Konsultasi Kesehatan Sebelum Penerbangan

Sebelum melakukan perjalanan udara, pasien harus berkonsultasi dengan dokter mereka. Dokter harus memeriksa kondisi pasien, termasuk status kesehatan umum, riwayat penyakit, dan kemungkinan komplikasi. Berdasarkan evaluasi ini, dokter dapat memutuskan apakah pasien layak melakukan perjalanan udara atau harus menundanya.

Orang yang memiliki kanker serviks stadium akhir yang dapat terbang biasanya dalam kondisi medis yang stabil dan memiliki kriteria kesehatan berikut:

  • Kesadaran: Compos mentis (sadar penuh)
  • Tekanan Darah: Rentang tekanan darah yang stabil, idealnya di antara 90/60 mmHg hingga 140/90 mmHg
  • Kadar Hemoglobin (Hb): Minimal 10 g/dL untuk mencegah hipoksia
  • Saturasi Oksigen (SpO2): Minimal 92% pada udara ruangan

Dokter juga harus memberi tahu pasien bagaimana menangani gejala dan komplikasi selama penerbangan. Ini dapat termasuk mengubah dosis obat, membuat resep baru, atau menyarankan untuk menggunakan perangkat medis tertentu.

 

Penggunaan Oksigen yang Lebih Banyak

Bagi pasien dengan kanker serviks stadium akhir, penurunan kadar oksigen di kabin pesawat dapat menjadi masalah serius, terutama bagi mereka yang sudah mengalami hipoksia atau kondisi paru-paru yang terganggu. Memberikan oksigen tambahan selama penerbangan dapat membantu pasien lebih nyaman dan mengurangi risiko hipoksia.

Sebelum penerbangan, pasien harus berbicara dengan dokter mereka tentang kebutuhan mereka akan oksigen tambahan. Dokter akan menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan, biasanya antara 2 dan 4 liter per menit menggunakan kanula hidung. Maskapai penerbangan harus diberitahu terlebih dahulu tentang kebutuhan ini, dan pengaturan harus dibuat untuk memastikan ketersediaan oksigen selama penerbangan. Pasien harus membawa surat keterangan medis dari dokter mereka yang menjelaskan kebutuhan oksigen.

 

Hidrasi yang Memadai

Gejala pasien kanker, seperti kelelahan, nyeri, dan sembelit, dapat diperburuk oleh dehidrasi karena kondisi kabin pesawat yang kering. Oleh karena itu, disarankan agar pasien minum cukup air baik sebelum maupun selama penerbangan.

Pasien harus menghindari minuman beralkohol dan berkafein, karena keduanya dapat meningkatkan risiko dehidrasi. Setelah pemeriksaan keamanan bandara, pasien dapat membawa botol air minum yang dapat diisi ulang untuk membuatnya mudah mendapatkan air selama penerbangan.

 

Gerakan dan Peregangan

Selama penerbangan, kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko edema dan pembentukan bekuan darah dalam vena (DVT atau deep vein thrombosis). Selama penerbangan, pasien disarankan untuk melakukan gerakan dan peregangan kecil, seperti berdiri dan berjalan di lorong pesawat setiap beberapa jam.

Selain itu, meregangkan kaki, pergelangan kaki, dan otot betis secara teratur dapat membantu mencegah DVT. Selama penerbangan, pasien mungkin perlu memakai stoking kompresi untuk mengurangi risiko bekuan darah dan pembengkakan.

 

Manajemen Nyeri

Salah satu gejala utama yang dialami pasien dengan kanker serviks stadium akhir adalah nyeri. Selama penerbangan, pasien harus memastikan bahwa mereka membawa obat penghilang rasa sakit yang cukup dan sesuai resep dokter mereka. Dokter mungkin perlu mengubah dosis atau meresepkan obat tambahan untuk digunakan selama perjalanan.

Selain itu, memanfaatkan alat bantu seperti bantal leher atau punggung dan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam atau meditasi dapat membantu mengurangi nyeri selama penerbangan.

 

Dukungan dari segi psikologi

Perjalanan udara dapat menimbulkan kecemasan dan stres bagi pasien kanker. Untuk membantu pasien mengelola kecemasan mereka selama penerbangan, mereka membutuhkan dukungan psikologis yang memadai. Ini dapat termasuk berbicara dengan dokter atau psikolog sebelum perjalanan, dan menggunakan teknik untuk merelaksasi diri, seperti melakukan pernapasan dalam, meditasi, atau mendengarkan musik yang menenangkan.

Memiliki anggota keluarga atau teman yang menemani selama perjalanan penerbangan dapat memberikan rasa aman dan dukungan emosional yang penting bagi pasien.

 

Durasi Penerbangan yang Direkomendasikan

Rekomendasi dari International Air Transport Association (IATA) dan International Civil Aviation Organization (ICAO) menyatakan bahwa pasien yang menderita kondisi medis yang serius, seperti kanker serviks stadium akhir, harus membatasi durasi penerbangan mereka. Penerbangan tidak disarankan lebih dari empat jam, kecuali jika ada kebutuhan medis mendesak yang memerlukan perjalanan yang lebih lama, yang harus diimbangi dengan persiapan dan dukungan medis yang tepat.

Pasien juga disarankan untuk tidak terbang lebih dari dua kali dalam seminggu untuk memberikan waktu untuk pemulihan antara penerbangan. Semua penerbangan harus direncanakan dengan cermat, termasuk penjadwalan konsultasi medis sebelum dan sesudah penerbangan untuk memastikan kondisi pasien tetap stabil.

Studi ini menunjukkan bahwa gejala pasien kanker serviks stadium akhir dapat diperburuk oleh penerbangan dan menyebabkan komplikasi. Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko dan meningkatkan kenyamanan pasien selama penerbangan, perencanaan yang cermat dan manajemen medis yang tepat sangat penting. Pasien dapat mempertahankan kualitas hidup mereka dan mengurangi efek negatif dari penerbangan dengan mengikuti saran yang diberikan.

Untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan selama penerbangan, pasien dengan kanker serviks pada stadium yang lebih awal harus mendapatkan dukungan medis yang tepat dan persiapan yang cermat sebelum penerbangan untuk memastikan kondisi mereka stabil dan tidak ada kontraindikasi yang signifikan terhadap perjalanan udara.

 

Sumber: Kemenkes


artikel-3.png

Jumlah sel darah merah, atau kadar hemoglobin (Hb), di dalam darah seseorang yang sehat lebih rendah daripada nilai normal untuk orang dengan umur dan jenis kelamin. Hemoglobin adalah sel darah merah yang bertanggung jawab untuk membawa oksigen dan zat gizi lainnya seperti vitamin dan mineral ke otak dan jaringan tubuh lainnya.

Pemeriksaan darah sederhana, yang merupakan bagian dari penghitungan jenis darah komplit, di mana persentase sel darah merah, volume darah total (hematocrit), dan jumlah hemoglobin dihitung, dapat digunakan untuk menentukan adanya anemia. Ada perbedaan dalam kadar Hb normal pada laki-laki dan perempuan.

Anemia dapat menyebabkan gejala seperti cepat lelah, wajah pucat, tidak bergairah, tidak mampu berkonsentrasi, mengantuk, kurang selera makan, pusing, sesak nafas, mudah kesemutan, rasa mual, jantung berdebar, warna kulit yang berubah dan bagian putih kornea mata menjadi kuning.

 

Penyebab Anemia

Anemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya adalah:

  • Kurang mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin b, asam folat, vitamin c, dan nutrisi lainnya yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
  • Jika wanita yang sedang menstruasi memiliki banyak darah menstruasi dan tidak memiliki cukup persediaan zat besi, mereka berisiko terkena anemia karena kekurangan zat besi.
  • Karena janin menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya, wanita hamil lebih rentan terkena anemia.
  • Anemia dapat disebabkan oleh penyakit tertentu yang menyebabkan pendarahan terus menerus di saluran pencernaan, seperti gastritis dan radang usus buntu.
  • Obat tertentu dan beberapa jenis obat dapat menyebabkan pendarahan lambung (aspirin, anti inflamasi, dll.), dan obat lain dapat mengganggu penyerapan zat besi dan vitamin (antacid, pil kb, antiarthritis, dll.).
  • Gastrektomi, atau pengambilan sebagian atau seluruh lambung, dapat menyebabkan anemia karena tubuh tidak dapat menyerap zat besi dan vitamin B dengan baik.
  • Penyakit anemia dapat disebabkan oleh penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, ginjal, masalah kelenjar tiroid, dan beberapa jenis kanker karena mempengaruhi produksi sel darah merah.
  • Infeksi cacing tambang, malaria, atau disentri, yang menyebabkan kekurangan darah yang parah, dapat menyebabkan anemia pada anak-anak.

Idealnya, Anda akan makan tiga kali setiap hari dengan waktu makan yang sama dan dua makanan ringan porsi kecil yang menyehatkan. Mereka sering jajan, tidak sarapan, dan sama sekali tidak makan siang. Kadar hemoglobin akan dipengaruhi oleh kondisi ini dan kebiasaan mengkonsumsi minuman yang menghambat absorbsi zat besi.

 

Pengobatan Anemia

Beberapa metode pengobatan bertujuan untuk meningkatkan nilai hemoglobin sehingga dapat kembali ke nilai normal. Dengan demikian, pengobatan ini diharapkan dapat menghilangkan gejala yang dialami penderita. Selain itu, pengobatan juga harus difokuskan untuk mengatasi penyebab anemia, termasuk yang berikut ini:

  • Tranfusi darah
  • Kortikosteroid atau obat lain yang melemahkan sistem kekebalan tubuh
  • Obat yang disebut eritropoietin membantu sumsum tulang membuat lebih banyak sel darah merah
  • Suplemen vitamin dan mineral, seperti asam folat, vitamin B12, atau zat besi

Penyakit yang mempengaruhi fungsi dan struktur jantung adalah disebut penyakit jantung. Penyakit jantung sering dikenal dengan istilah akut dan kronis karena lamanya berlangsung. Gagal jantung adalah salah satu penyakit jantung yang paling sering dibicarakan. Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dan nutrisi dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan baik saat istirahat maupun saat bekerja dikenal sebagai gagal jantung.1 Dari 11.000 orang di atas usia 25 tahun, ada 1-3 insiden gagal jantung, dan ini meningkat menjadi 3–13 % pada orang di atas 65 tahun.

 

Beberapa penyebab umum penyakit gagal jantung adalah kebiasaan merokok, diabetes, hipertensi, kolestrol, kelebihan berat badan, dan stress. Tiga komponen tambahan yang tidak dapat dihindari oleh manusia adalah usia, jenis kelamin, dan keturunan dan latar belakang keluarga. Semua faktor ini sangat umum dalam kasus kegagalan jantung. Kelainan otot jantung, ateriosklerosis, dan peradangan miokardium adalah penyebab lain gagal jantung, selain hipertensi. Selanjutnya, kondisi anemia kronis—anemia yang terjadi selama waktu yang lama—dapat meningkatkan risiko penyakit gagal jantung.

Konsentrasi hemoglobin, yang merupakan petunjuk penting untuk distribusi oksigen ke otot selama aktifitas, dapat menyebabkan anemia meningkatkan risiko gagal jantung. Kapasitas aerobik berkurang sebagai respons terhadap anemia pada pasien dengan gagal jantung karena ketidakmampuan kompensasi fisiologis terhadap penurunan kadar Hb. Menurut klasifikasi NYHA (New York Heart Association), ada korelasi antara penurunan Hb dan perburukan kelas fungsional gagal jantung.

Ketidaknormalan dalam struktur dan fungsi jantung disebabkan oleh anemia. Anemia melebarkan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah karena kurangnya darah yang mengalir ke pembuluh darah tepi. Dalam kondisi ini, sistem hormonal akan diaktifkan, yang akan menghasilkan penurunan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus serta peningkatan penyerapan air dan garam. Retensi cairan meningkatkan volume cairan ekstrasel, yang menyebabkan hemodilusi dan penurunan kadar Hb. Dengan volume plasma yang berlebih, beban jantung meningkat dan ventrikel didilatasi. Anemia menjadi lebih buruk karena penebalan dinding ventrikel kiri, kematian otot jantung, dan gagal jantung yang berlangsung lama.

 

Sumber: Kemenkes


artikel-2024-08-12T095811.978.png

Berolahraga tidak hanya membuat Anda merasa lebih baik tentang kesehatan Anda secara fisik, tetapi juga dapat membantu Anda tetap sehat secara mental dan fisik.

Olahraga tidak hanya memberi Anda manfaat fisik, tetapi juga memberi Anda kesempatan untuk bersosialisasi dan membangun hubungan. Bergabung dalam komunitas atau kelompok olahraga dapat menjadi cara yang menyenangkan untuk bertemu dengan orang baru dan memperluas lingkaran sosial Anda.

Penting untuk dicatat bahwa olahraga tidak terbatas pada aktivitas yang sangat intens; aktivitas ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, atau yoga juga memiliki manfaat kesehatan yang signifikan. Oleh karena itu, setiap orang dapat menemukan jenis olahraga yang sesuai dengan preferensi dan kondisi fisik mereka.

Mereka yang mengalami masalah jantung setelah serangan jantung dapat berolahraga. Penelitian menunjukkan bahwa memulai latihan sejak fase awal pasca serangan jantung dapat menurunkan angka kematian dibandingkan dengan orang yang tidak melakukan latihan sama sekali. Selain itu, jika dia tetap aktif selama lebih dari satu tahun, angka kematian akan lebih rendah lagi. Kita tahu bahwa banyak penelitian telah dilakukan tentang bagaimana olahraga memengaruhi jantung. Salah satu studi yang melibatkan pria berusia sekitar 60 tahun menemukan bahwa berolahraga secara teratur dapat mempertahankan fungsi jantung dan mungkin mengurangi dampak negatif dari serangan jantung.

Secara keseluruhan, penelitian menunjukkan bahwa latihan fisik dapat membantu kesehatan jantung dan sirkulasi darah pada orang yang mengalami masalah jantung setelah serangan jantung.

 

Latihan Fisik/Olahraga untuk Pasien Pasca Serangan Jantung

Berikut adalah beberapa jenis latihan yang dapat dilakukan oleh pasien yang memiliki riwayat serangan jantung:

  • Aktivitas fisik
    Untuk mencegah penyakit jantung, aktivitas fisik harus menjadi bagian dari pekerjaan, perpindahan aktif, dan aktivitas sehari-hari seperti berjalan di taman selama beberapa menit. Sangat disarankan untuk pasien dengan riwayat serangan jantung untuk berolahraga, khususnya pada pasien lanjut usia yang biasanya memiliki aktivitas fisik yang lebih rendah. Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang lebih tinggi menurunkan angka kematian dibandingkan dengan pasien dengan aktivitas fisik yang rendah.
  • Berenang
    Renang tidak hanya merupakan aktivitas rekreasi yang populer, tetapi juga merupakan jenis latihan yang unik dan berguna untuk mempertahankan dan meningkatkan Kapasitas Fungsional Kardiorespirasi (CRF). Eksperimen pada hewan menunjukkan bahwa latihan renang selama tiga minggu dapat membantu mengurangi kerusakan jantung yang disebabkan oleh serangan jantung. Untuk mencapai hal ini, adaptasi awal biogenesis mitokondria diperbaiki dan metabolisme energi otot jantung diperbaiki.
  • Yoga
    Selama sepuluh tahun, ada bukti bahwa yoga dapat menurunkan nilai Framingham Risk Score (FRS) dan risiko penyakit jantung. Ini berarti lebih sedikit kemungkinan terkena penyakit jantung. Terapi optimal mengubah tubuh seseorang yang pernah mengalami serangan jantung. Tubuh mereka menjadi lebih santai, sistem saraf yang menjaga keseimbangan menjadi lebih tenang, dan denyut jantung mereka lebih berubah secara keseluruhan.

Program rehabilitasi jantung berbasis olahraga adalah program yang dirancang secara komprehensif untuk membantu orang yang telah mengalami serangan jantung dengan tujuan meningkatkan kebugaran jantung-paru mereka, mengurangi risiko sakit dan kematian, dan meningkatkan kualitas hidup dan kemampuan mereka untuk berolahraga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 37 pasien dengan usia rata-rata 66 tahun yang mengikuti program rehabilitasi jantung selama lima minggu setelah serangan jantung menunjukkan peningkatan kualitas hidup, kemampuan berolahraga, dan modulasi otonom yang signifikan. Studi lain menemukan bahwa pasien dengan kardiomiopati iskemik dapat memperbaiki fungsi jantung mereka dengan melakukan latihan rehabilitasi jantung selama enam minggu dengan intensitas antara 60 hingga 85 persen detak jantung maksimal. Dalam rentang lima belas hingga enam puluh hari setelah serangan jantung, pasien yang mengikuti program berjalan di rumah juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kapasitas fungsional mereka. Ini termasuk peningkatan daya tahan otot inspirasi dan tekanan inspirasi maksimal.

Kita melihat bahwa aktivitas fisik baik untuk kesehatan fisik dan kualitas hidup. Ini bukan hanya rekomendasi medis tetapi juga investasi jangka panjang dalam kesejahteraan.

Sangat penting bagi keberhasilan pencegahan sekunder untuk memberi tahu pasien tentang pentingnya tetap aktif setelah serangan jantung. Pasien harus memahami bahwa, meskipun sulit pada awalnya, setiap langkah kecil menuju kembali aktif sangat memengaruhi pemulihan mereka. Dokter dan tim perawatan kesehatan sangat penting untuk memberikan informasi yang jelas kepada pasien dan membantu mereka memasukkan aktivitas fisik ke dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Penting untuk diingat bahwa pencegahan sekunder pasca serangan jantung bukanlah tugas yang harus dilakukan sendirian. Melalui kerja sama yang erat antara pasien, tenaga kesehatan, dan masyarakat, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung bagi mereka yang telah mengalami serangan jantung untuk mengambil kendali atas kesehatan jantung mereka sendiri.

Dengan terus meningkatkan kesadaran dan pendidikan, kita dapat membantu pasien pasca serangan jantung bertahan hidup dan berkembang melalui aktivitas fisik yang terencana dan berkelanjutan. Setiap langkah kecil yang diambil oleh setiap orang adalah kunci untuk memastikan bahwa hidup mereka akan menjadi lebih sehat dan lebih bermakna.

 

Sumber: Kemenkes


artikel-2024-08-10T090900.025.png

Istilah “masuk angin” pasti pernah kita dengar dalam kehidupan sosial kita sehari-hari. Saat tubuh seseorang sakit atau tidak enak badan, hal ini biasanya dinyatakan dan dikomunikasikan. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan situasi di mana seseorang percaya bahwa ada banyak “angin” di dalam tubuhnya. Penyakit masuk angin sebenarnya tidak disebutkan dalam ilmu kedokteran. Tidak ada penjelasan medis tentang penyebab masuk angin, diagnosisnya, gejalanya, atau bagaimana mereka diobati. Namun, istilah “masuk angin”, yang telah digunakan secara turun-temurun oleh orang Indonesia, sudah sangat wajar digunakan oleh masyarakat.

Secara khusus dalam ilmu kedokteran, jika merujuk pada tanda dan gejala masuk angin yang umumnya disebut sebagai angin. Masuk angin adalah kumpulan gejala yang menyerupai flu (flu seperti penyakit) atau influenza yang dapat disebabkan oleh virus maupun bakteri. Penyakit flu, juga dikenal sebagai masuk angin, memiliki riwayat perjalanan yang mirip. Penderita awalnya akan mengalami gejala seperti linu di persendian dan rasa tidak enak badan (seperti lelah dan lesu). Sakit pada seluruh tubuh biasa disebut myalgia, dan rasa tidak enak badan biasa disebut malaise.

Infeksi flu adalah infeksi yang menyerang saluran pernapasan dan dapat menyebabkan gejala yang serius. Reaksi imun adaptif yang tidak spesifik adalah bagian dari influenza, seperti penyakit infeksi lainnya. Virus fluktuasi dimulai dengan invasi setempat pada permukaan epitel saluran napas dan kemudian berkembang biak dengan cepat hingga sel epitel saluran napas menjadi lisis, pecah, atau pengelupasan. Setelah masuk ke dalam sel, partikel virus akan bergabung dengan permukaan sel dan kemudian pindah ke sel lain. Influenza biasanya terbatas pada saluran napas dan dapat sembuh melalui respons kekebalan tubuh atau sistem kekebalan tubuh. Namun, dalam situasi tertentu, seperti penyakit kekebalan yang lemah, virus dapat masuk ke sirkulasi atau peredaran darah, menyebabkan viremia, di mana virus memasuki aliran darah, dan menyerang atau memasuki organ tubuh lainnya. Tubuh melawan virus melalui berbagai cara. Reaksi imun innate akan mencegah penyebaran virus pada tahap infeksi awal.

Setelah paparan infeksi berulang, imunitas adaptif yang menyerap antigen tertentu akan terbentuk, yang memungkinkan respons imun yang lebih cepat. Cytokine, yang dibuat secara cepat setelah infeksi oleh sel-sel epitel dan sel imun pada mukosa saluran nafas, merupakan hormon lokal yang mengaktivasi sel, terutama yang berhubungan dengan sistem imun. Replikasi virus memicu pembentukan proinflammatory cytokine. Cytokine yang menyebabkan inflamasi termasuk Interleukin-1, Interleukin-6, dan Tumor Necrosis Factor. yang kemudian masuk ke sirkulasi sistemik, menyebabkan demam, malaise, dan myalgia. Mekanisme kekebalan inilah yang mengatur perjalanan alamiah penyakit. Ini dimulai dengan infeksi saluran pernapasan dan gejala lokal di sekitarnya, sebelum berkembang menjadi gejala seluruh tubuh seperti demam, malise, arthralgia, dan myalgia.

Penyakit jantung iskemik, atau penyakit “angin duduk”, adalah ketika jantung tidak dapat memompa darah dan oksigen ke seluruh tubuh dengan baik. Dalam medis, “iskemik” berarti kurangnya aliran darah atau peredaran darah. Ini dapat terjadi karena fungsi jantung yang buruk, yang menyebabkan gejala yang signifikan bagi penderita penyakit jantung.

Meskipun ada banyak alasan untuk penyakit jantung, kerusakan struktur jantung yang disebabkan oleh kerusakan sel otot jantung yang berfungsi secara teratur untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Mekanisme pasokan dan permintaan, atau pasokan dan kebutuhan aliran darah, dapat menyebabkan hal ini. Jantung bekerja penuh setiap hari untuk memompa darah ke seluruh tubuh secara fisiologis. Namun demikian, kebutuhan untuk menjalani kehidupan sehari-hari mendorong jantung untuk terus bergerak. Ketika Anda berolahraga atau berolahraga, intensitas kerja jantung mungkin meningkat, tetapi kemudian kembali normal saat Anda beristirahat.

Dinamika intensitas kerja jantung ini sangat penting untuk menjelaskan mekanisme supply and demand yang akan dibahas di kemudian hari. Karena metabolisme yang meningkat untuk menghasilkan lebih banyak energi, intensitas kerja jantung meningkatkan kebutuhan aliran darah. Dan setelah istirahat, kebutuhan ini akan kembali normal. Kondisi tertentu, seperti penyumbatan pembuluh darah jantung, mengurangi pasokan aliran darah ke otot jantung dan menyebabkan stres pada sel-sel otot jantung, kerusakan sel, dan kematian sel. Kondisi ini berlanjut selama pasokan aliran darah tidak dapat memenuhi kebutuhan sel-sel otot jantung, yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan dan kematian sel.

Sudah dibahas secara singkat tentang istilah “masuk angin” dan “angin duduk”, yang keduanya merupakan istilah bahasa masyarakat awam yang mengacu pada kondisi penyakit tertentu. Selain itu, gagasan bahwa keduanya saling berhubungan, yaitu bahwa masuk angin dapat menyebabkan penyakit angin duduk, adalah salah. Ini karena dalam bidang medis, keduanya adalah penyakit yang berbeda dan tidak saling berhubungan. Penyakit saluran pernafasan yang disebut angin duduk atau flu seperti penyakit dapat menyebabkan gejala seluruh tubuh seperti demam, linu-linu di persendian, nyeri seluruh tubuh, dan juga tidak enak badan. Namun, penyakit jantung iskemik, juga dikenal sebagai penyakit angin duduk, adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh kurangnya aliran dan peredaran darah, yang menyebabkan jantung menjadi lebih buruk dan tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh dengan baik.

 

Sumber: Kemenkes


artikel-2024-08-09T084910.396.png

Istilah intermittent fasting (IF) sangat populer dalam diskusi tentang penurunan berat badan di internet dan media online lainnya. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengetahui bagaimana puasa intermittent, juga dikenal sebagai puasa intermittent, mencakup berbagai bentuk puasa, seperti puasa setiap hari, puasa terbatas waktu, atau puasa berkala. Pola yang paling umum adalah puasa intermittent, di mana Anda makan selama 8 jam dan kemudian berpuasa selama 16 jam. Melakukan puasa teratur memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, salah satunya adalah menjaga kesehatan jantung. Bagaimana manfaatnya?

 

Manfaat Intermittent Fasting

  • Reduksi berat badan
    Dengan berpuasa secara berkala, tubuh membebaskan kalori dari cadangan glikogen dan lemaknya untuk digunakan sebagai energi. Penurunan berat badan dapat terjadi jika proses ini berlanjut. Penurunan berat badan ini akan menurunkan risiko sindrom metabolik, yang merupakan faktor risiko tambahan untuk penyakit jantung.
  • Meningkatkan kepekaan insulin
    Diabetes memiliki risiko yang lebih tinggi untuk penyakit jantung koroner dan beberapa penyakit degeneratif lainnya. Resistensi insulin umumnya terjadi pada pasien diabetes mellitus. Meningkatnya kadar gula darah dapat menyebabkan inflamasi pada pembuluh darah, yang menyebabkan disfungsi endotel, yang dapat menyebabkan penumpukan plak atheroma di pembuluh darah. Intermittent fasting ternyata meningkatkan sensitivitas insulin, membantu mengontrol gula darah pasien diabetes mellitus. Penyakit jantung dapat dicegah dengan cara ini.
  • Menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol
    Sebuah studi menunjukkan bahwa berbagai teknik intermittent fasting dapat meningkatkan profil lipid, termasuk peningkatan HDL dan penurunan kadar LDL, kolesterol total, dan trigliserida (TG) saat melakukannya. Hal ini pasti membantu mencegah penyakit jantung.
  • Reduksi tekanan darah
    Sebuah penelitian menunjukkan bahwa berhenti makan secara berkala memiliki efek positif pada kesehatan jantung dan paru-paru, termasuk penurunan signifikan pada tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien yang menderita hipertensi. Intermittent fasting dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Selain itu, diketahui bahwa puasa berkala dapat mengurangi fungsi ACE dan Ang-II, yang merupakan komponen yang bertanggung jawab atas tekanan darah tinggi. Jantung menjadi lebih sehat karena tekanan darah yang terkendali dapat dikurangi.
  • Melalui proses autophagy
    Autophagy adalah proses alami di mana sel-sel tubuh menghilangkan bagian yang rusak atau tidak diperlukan. Sayangnya, autophagy cenderung menurun seiring bertambahnya usia, yang memungkinkan munculnya penyakit kronis, termasuk penyakit jantung. Sejauh ini, telah diketahui bahwa sering berpuasa dapat menyebabkan autophagy (5), yang dapat membantu kesehatan jantung.

Meskipun ada bukti positif tentang manfaat intermittent fasting, masih banyak pertanyaan yang belum dijawab dalam penelitian terkait intermittent fasting dan kesehatan jantung. Studi lebih mendalam tentang dampak intermittent fasting pada kesehatan dan lebih khusus pada kesehatan jantung manusia harus dilakukan.

 

Cara Melakukan Intermittent Fasting

Bagaimana saya bisa mulai berpuasa secara berkala? Sangat banyak metode intermittent fasting saat ini, tetapi metode 16/8 adalah yang paling umum. Ini menggunakan pengurangan asupan kalori selama 16 jam, kemudian 8 jam berikutnya adalah jam makan. Mulailah dengan sedikit sesuai dengan kemampuan Anda dan tingkatkan durasi seiring berjalannya waktu.

Selama intermittent fasting, jangan lupa untuk tetap terhidrasi dengan minum air. Pastikan Anda juga mendapatkan jumlah nutrisi yang cukup selama periode puasa. Yang paling penting adalah konsistensi. Tubuh kita membutuhkan waktu untuk beradaptasi.

 

Sumber: Kemenkes


Copyright by Markbro 2025. All rights reserved.