Kenali Tinnitus pada Lansia: Bunyi Berdenging yang Mengganggu!

Sensasi suara tanpa sumber eksternal adalah tanda gangguan pendengaran yang dikenal sebagai tinitus. Tinnitus memiliki suara yang berasal dari dalam telinga penderita. Kondisi ini dapat terjadi hanya di satu telinga atau di kedua telinga. Tinnitus adalah masalah pendengaran umum yang dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari. Sekitar 10-30% populasi mengalami masalah ini, dan 3–4% orang mengunjungi dokter setidaknya sekali dalam hidup mereka. Tinnitus dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti gangguan kardiovaskular, gangguan telinga, cedera kepala, sengatan listrik, barotrauma telinga, dan efek samping dari berbagai obat.
Tinnitus juga dapat diklasifikasikan menjadi tinnitus subjektif, yang dikenal sebagai tinnitus sensorineural, dan tinnitus objektif, yang dikenal sebagai tinnitus somatik. Tinnitus juga dapat berkontribusi terhadap morbiditas, terutama pada orang tua. Mendengar suara tanpa suara eksternal baik itu sinyal listrik atau mekanik-akustik adalah tanda tinnitus. Suara seperti berdenging, berderu, atau berdesis adalah beberapa contoh gejala ini. Suara yang Anda dengar biasanya sangat berbeda. Hingga saat ini, penyebab tinnitus masih belum diketahui. Penanganan tinnitus biasanya bergantung pada pengalaman empiris.
Diagnosis Tinnitus
Tinnitus adalah gejala klinis dari penyakit telinga yang memerlukan diagnosis yang tepat untuk menemukan penyebabnya, yang seringkali sulit diidentifikasi. Anamnesis sangat penting untuk mendiagnosis tinnitus dengan benar. Kualitas, kuantitas, lokasi, dan karakteristik bunyi tinnitus, seperti mendenging, mendesis, menderu, berdetak, gemuruh, atau mirip riak air, semuanya harus dicatat. Selain itu, Anda harus menanyakan apakah tinnitus mengganggu atau memburuk pada waktu tertentu, seperti pada malam hari atau siang hari. Anda juga harus menanyakan apakah ada gejala lain yang menyertainya, seperti vertigo, gangguan pendengaran, atau gejala neurologis lainnya.
Selain itu, riwayat apakah tinnitus terjadi pada satu sisi (unilateral) atau kedua sisi (bilateral), dan seberapa besar dampaknya terhadap aktivitas sehari-hari sangat penting. Selama anamnesis, jangka waktu tinnitus juga harus diperhatikan. Jika serangan berlangsung kurang dari satu menit, itu biasanya bukan kondisi patologis dan dapat hilang dengan sendirinya. Namun, jika berlangsung selama lima menit atau lebih, itu bisa menunjukkan kondisi patologis. Selain itu, sangat penting untuk menanyakan riwayat penggunaan obat sebelumnya, terutama aspirin, usia dan jenis kelamin, karena meskipun tinnitus dapat terjadi pada semua umur, penyebabnya seringkali terkait dengan faktor-faktor ini.
Wanita muda sering mengalami tinnitus yang disebabkan oleh kelainan vaskuler, sementara myoclonus palatal lebih umum pada usia muda dan sering terkait dengan kelainan neurologis. Selain itu, pasien harus diberitahu tentang riwayat cedera kepala sebelumnya, paparan bising, trauma akustik, penggunaan obat ototoksik, infeksi telinga, dan operasi telinga. Selain itu, jika Anda menunjukkan gejala atau tanda gangguan audiovestibuler, seperti kehilangan pendengaran, vertigo, dan gangguan keseimbangan, Anda harus menanyakannya. Pasien diharapkan dapat menjelaskan lokasi suara tinnitus (apakah unilateral, bilateral, atau tidak dapat ditentukan), frekuensi kemunculannya (apakah intermiten atau terus-menerus), dan kualitas suaranya (seperti nada murni, bising, suara berganda, klik, atau meletup-letup).
Tinnitus dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis suara yang dirasakan, seperti angin atau desiran, berdenyut atau berpulsasi, dan intensitas suara yang dirasakan secara subjektif, seperti keras atau lembut. Suara tinnitus dapat tetap, berkurang, atau bahkan meningkat setiap hari, atau dapat dikaitkan dengan gejala penyakit telinga atau masalah sistemik lainnya. Tinnitus subjektif unilateral mungkin menunjukkan neuroma akustik atau trauma kepala, sedangkan tinnitus bilateral lebih sering dikaitkan dengan intoksikasi obat, presbiakusis, trauma akibat kebisingan, dan penyakit sistemik. Tinnitus yang hanya dirasakan di tengah kepala dan tidak dapat dibedakan antara kanan atau kiri adalah tanda gangguan patologis saraf pusat, seperti siringomelia, multiple sclerosis, atau kondisi serebrovaskuler.
Tinnitus dengan nada tinggi (mendenging) biasanya disebabkan oleh gangguan patologis pada bagian basal koklea, saraf pendengar perifer, dan saraf pendengar sentral, sementara tinnitus dengan nada rendah (seperti gemuruh ombak) seringkali terkait dengan penyakit koklea (seperti hidropendolimfatikus). Untuk evaluasi lebih lanjut, pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus dilakukan secara rutin. Selain itu, mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan seperti audiometri nada murni, OAE (Otoacoustic Emission), BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry), dan ENG (Electro Nystagmography).
Pengobatan Gejala Tinnitus
Secara umum, pengobatan untuk gejala tinnitus dapat dibagi menjadi empat pendekatan utama:
- Pendekatan Psikologis: Ini mencakup meyakinkan pasien bahwa tinnitus tidak berbahaya dan mengajarkan mereka teknik untuk merelaksasi setiap hari.
- Pendekatan Elektrofisiologis: Ini menggunakan alat bantu dengar atau masker tinnitus untuk memberikan stimulus elektroakustik dengan intensitas suara yang lebih tinggi daripada tinnitus itu sendiri.
- Terapi Medikasi: Penekanan terletak pada peningkatan aliran darah ke koklea dan penggunaan obat-obatan seperti sedative, antidepresan, neurotonik, sedatif, dan vitamin dan mineral.
- Tindakan Bedah: Jika terdapat tumor akustik neuroma, pembedahan dapat dilakukan.
Agar pasien tidak menjadi lebih takut, penting untuk memberikan penjelasan yang jelas tentang kondisi ini. Obat penenang atau obat tidur dapat dipertimbangkan untuk pasien yang mengalami gangguan tidur akibat tinnitus. Selain itu, beritahu pasien bahwa kondisi ini sulit diobati dan mereka disarankan untuk beradaptasi dengan kondisi tersebut.
Sumber: Kemenkes