artikel-2024-08-08T140318.298.png

Penyakit jantung koroner (PJK) tidak hanya mengancam generasi yang lebih tua, tetapi juga bisa menyerang orang dewasa muda. Sebelumnya, penyakit jantung koroner hanya dikaitkan dengan orang tua. PJK, yang mencakup kondisi seperti angina tidak stabil dan infark miokard (serangan jantung), sekarang muncul pada orang di bawah 40 tahun, setelah sebelumnya dianggap sebagai penyakit pada orang tua. Pergeseran demografi ini menunjukkan bahwa memahami faktor risiko, gejala, dan tindakan pencegahan yang tepat untuk orang dewasa muda sangat penting.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi penyakit jantung koroner sebesar 0,5%, menempatkannya di posisi ketujuh tertinggi dari penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia. Menurut profil penyakit tidak menular Kementrian Kesehatan tahun 2016, PJK paling sering terjadi pada kelompok umur di atas atau sama dengan 60 tahun dan kelompok umur 35-59 tahun, masing-masing dengan 2.228 kasus dan 1.934 kasus.

Munculnya penyakit jantung koroner pada usia muda dapat memiliki konsekuensi yang sangat serius, termasuk penurunan produktivitas dan kebutuhan jangka panjang pasien untuk layanan kesehatan. Selain itu, penyakit jantung koroner pada usia muda dapat memengaruhi keluarga penderita, kondisi sosio-ekonomi pasien, dan kondisi psikologis penderita.

Penyakit jantung koroner adalah ketika otot jantung kekurangan darah karena kerusakan pada lapisan dinding pembuluh darah koroner atau penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah, yang mengurangi pasokan oksigen ke jantung. Mungkin terjadi nyeri dada, sesak napas, dan kelelahan yang tidak wajar. Sangat penting untuk memahami bahwa deteksi dini sangat penting, dan penerapan gaya hidup sehat adalah cara yang bagus untuk mencegah hal ini terjadi.

 

Apa yang meningkatkan risiko penyakit jantung koroner pada orang dengan dewasa muda?

Sebagai penyakit multifaktorial, penyakit jantung koroner (PJK) dapat disebabkan oleh banyak faktor. Ada faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi yang dapat menyebabkan PJK, beberapa di antaranya adalah:

  • Faktor Genetik
    Faktor genetik dan respons lingkungan dapat menyebabkan penyakit ini.
  • Usia
    Usia memengaruhi risiko penyakit jantung koroner. Semakin tua seseorang, risiko terkena penyakit jantung koroner semakin tinggi.
  • Jenis Kelamin
    Karena perbedaan hormon antara laki-laki dan perempuan, jenis kelamin menyebabkan penyakit jantung koroner.
  • Aktivitas fisik
    Selain itu, aktivitas fisik menunjukkan risiko penyakit jantung koroner; orang yang sering melakukan aktivitas fisik lebih terlindungi dari penyakit jantung koroner daripada orang yang menjalani gaya hidup yang tidak aktif dan memiliki obsesi yang tidak aktif.
  • Diet
    Mengonsumsi makanan cepat saji dalam jumlah besar berkorelasi dengan risiko terkena penyakit jantung koroner. Orang-orang yang mengonsumsi makanan cepat saji dalam jumlah besar memiliki risiko terkena beberapa penyakit kronis, termasuk penyakit jantung koroner.
  • Merokok
    Rokok mengandung nikotin yang dapat menyebabkan plak arteri koroner menjadi inflamasi dan tidak stabil, yang dapat menyebabkan serangan jantung koroner.
  • Hipertensi
    Disfungsi endotel dapat disebabkan oleh hipertensi, yang dapat berdampak pada proses atherosclerosis dan membuat plak aterosklerosis tidak stabil. Salah satu komplikasi hipertensi yang sering terjadi adalah hipertrofi ventrikel kiri; ini juga dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard, yang dapat menyebabkan iskemia miokard.
  • Komorbid lainnya
    Disfungsi endotel yang dipengaruhi oleh resistensi insulin, yang dapat meningkatkan kejadian inflamasi dan akumulasi lipid akibat ekpresi berlebihan beberapa sitokin, dapat menyebabkan PJK karena komorbiditas lainnya, seperti diabetes melitus.

Jenis kelamin, usia, dan etnis adalah faktor risiko yang tidak dapat diubah; namun, faktor risiko yang dapat diubah termasuk kurangnya aktivitas fisik, obesitas, stres, konsumsi alkohol yang berlebihan, program diet yang tidak sehat, merokok, dislipidemia, hipertensi, dan diabetes melitus. Beberapa faktor yang sering memengaruhi pasien muda termasuk perokok, pria, obesitas, dan riwayat keluarga penyakit jantung koroner yang positif.

 

Cara Pencegahan

  • Memeriksa kadar kolesterol secara teratur
    Memeriksa kadar HDL (High Density Lipoprotein), yang biasanya disebut sebagai lemak yang baik karena memiliki kadar kolesterol yang rendah tetapi kadar protein yang tinggi, dan kadar non-HDL, seperti LDL (Low Density Lipoprotein), yang dikenal sebagai lemak jahat karena memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi dibandingkan kadar proteinnya, adalah salah satu hal yang harus diperhatikan saat mengendalikan resiko PJK karena rendahnya kadar HDL memiliki resik yang lebih tinggi
  • Menjalankan pola makan yang sehat
    Diet tetap menjadi bagian penting dari manajemen penyakit gangguan lemak. Dengan mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung kadar lemak yang tinggi dan mengurangi makanan atau minuman yang mengandung kadar protein yang lebih tinggi daripada kadar lemaknya, Anda dapat menurunkan resiko peningkatan kadar non-HDL dan peningkatan kadar HDL, yang keduanya merupakan faktor penting dalam risiko penyakit jantung koroner (PJK).
  • Olahraga teratur
    Karena aktivitas fisik dapat mengendalikan faktor risiko seperti obesitas, hipertensi, dan diabetes, aktivitas fisik berkorelasi positif dengan penurunan kejadian penyakit jantung koroner. Dengan berolahraga, Anda dapat mengurangi trombosis, mengurangi inflamasi sistemik, memperlambat proses aterosklerosis, dan meningkatkan disfungsi endotel. Untuk meningkatkan kadar kolesterol tinggi densitas lipoprotein (HDL) sebesar 4 mg/dL dan penurunan kadar kolesterol low-density lipoprotein (LDL) sebesar 10 mg/dL, disarankan untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur dalam tiga hingga lima hari setiap minggu selama 30 menit. Ini akan mengurangi risiko penyakit jantung koroner.
  • Memeriksa tekanan darah secara teratur
    Hal ini untuk memantau tekanan darah dan menjaga gaya hidup sehat.
  • Hentikan merokok
    Untuk serta merta mengurangi risiko penyakit jantung koroner, disarankan untuk berhenti merokok dan menghirup asap rokok.
  • Melakukan pemeriksaan gula darah rutin
    Karena diabetes dapat menyebabkan PJK, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat diabetes dalam keluarga mereka, Anda dapat mengetahui apakah Anda mengidap diabetes atau tidak.

Untuk menikmati kehidupan yang panjang dan bermakna tanpa terbebani oleh risiko penyakit jantung koroner di usia muda, kita harus belajar lebih banyak tentang faktor risiko, gejala, dan strategi pencegahan untuk penyakit jantung koroner.

Sumber: Kemenkes


artikel-2024-08-07T092608.868.png

Seiring waktu berlalu, penggunaan media sosial telah meningkat. Platform tersebut sekarang dikenal oleh anak-anak dan orang dewasa. Karena media sosial tampaknya sudah menjadi kebutuhan, rasanya aneh jika kita tidak menggunakannya setiap hari. Media sosial adalah tempat hiburan, sumber informasi, dan cara untuk pengguna dari berbagai tempat berinteraksi. Media sosial juga dapat berdampak negatif, termasuk pada kesehatan mental. Banyak orang belum menyadari fakta ini, terutama bagi generasi muda yang menghabiskan banyak waktu di platform tersebut.

Meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan dalam prevalensi gangguan mental secara umum, terdapat perbedaan dalam prevalensi beberapa jenis gangguan mental. Namun, hanya 2,6 persen remaja yang mengalami masalah kesehatan mental yang meminta dukungan atau konseling dalam 12 bulan terakhir. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memiliki akses ke layanan kesehatan mental, karena hanya sebagian kecil dari remaja yang mengalami masalah ini yang mendapatkan bantuan. Lebih dari sepertiga pengasuh utama remaja mengatakan mereka paling sering menghubungi petugas sekolah.

Meskipun sebagian besar remaja dengan masalah kesehatan mental tidak mendapatkan dukungan yang diperlukan, hanya sedikit pengasuh utama yang mengakui bahwa remaja mereka memerlukan bantuan untuk masalah perilaku dan emosional. Di antara efek negatif yang mereka alami selama pandemi COVID-19, sebagian kecil remaja melaporkan gejala seperti kecemasan, depresi, kesepian, dan kesulitan berkonsentrasi lebih dari sebelumnya. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan tindakan yang digunakan untuk meningkatkan dan memaksimalkan potensi, bakat, dan sifat bawaan seseorang dengan tujuan mencapai kebahagiaan pribadi, memberikan dampak positif pada orang lain, dan mencegah gangguan mental.

Mereka dapat mengalami tekanan yang lebih buruk lagi jika mereka tertipu di internet atau dilecehkan oleh pengguna lain. Di media sosial, komentar negatif, penghinaan, atau ejekan dapat memperburuk kesehatan mental mereka. Dalam situasi yang ekstrem, tekanan mental ini dapat menyebabkan seseorang merasa sangat putus asa sehingga mereka mempertimbangkan untuk melakukan tindakan bunuh diri atau mengambil tindakan bunuh diri. Media sosial seharusnya berfungsi sebagai alat komunikasi dan hiburan, tetapi bagi mereka yang tidak dapat mengelola dampak negatif interaksi sosial online, mereka dapat menjadi sumber penderitaan dan tekanan.

 

Strategi untuk Mengatasi Isu Kesehatan Mental Akibat Media Sosial

  • Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental seseorang; orang-orang yang menghabiskan lebih dari dua jam setiap hari untuk menggunakan situs jejaring sosial dapat mengurangi risiko masalah kesehatan mental.
  • Kesehatan mental kita bergantung pada hubungan kita dengan orang lain. Menghabiskan banyak waktu di media sosial dapat menyebabkan seseorang kurang berinteraksi dengan lingkungannya karena merasa nyaman dengannya. Namun, ini dapat membahayakan kesehatan mental. Berinteraksi secara langsung dengan orang lain dapat membantu mengatasi masalah mental karena Anda akan merasa didengar, dipahami, dan didukung oleh orang lain saat menghadapi kesulitan.
  • Melakukan aktivitas yang membutuhkan fokus dan konsentrasi, seperti bekerja, belajar, atau mengejar hobi, bisa menjadi cara efektif untuk mengatasi dampak negatif penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental. Saat seseorang terlibat dalam kegiatan produktif ini, mereka cenderung mengurangi jumlah waktu yang mereka habiskan di media sosial, dan mereka juga bisa merasakan pencapaian dan kepuasan pribadi, yang secara keseluruhan dapat meningkatkan mood dan kesehatan mental secara keseluruhan.
  • Salah satu langkah penting dalam menangani gangguan mental yang disebabkan oleh penggunaan media sosial adalah mengunjungi psikolog atau psikiater. Psikiater adalah profesional kesehatan mental yang dilatih untuk mendampingi individu dalam menghadapi berbagai masalah emosional dan psikologis.

 

Sumber: Kemenkes


artikel-2.png

Dampak perubahan iklim baik secara langsung maupun tidak langsung termasuk paparan langsung terhadap perubahan pola cuaca seperti suhu, curah hujan, kenaikan permukaan laut, dan peningkatan frekuensi cuaca ekstrem, yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan bahkan menyebabkan kematian. Faktor lingkungan seperti air, udara, dan kualitas air juga dipengaruhi oleh perubahan iklim.

Kematian dan penyakit yang terkait dengan perubahan iklim, seperti suhu ekstrem, pencemaran udara, kontaminasi air dan makanan, serta penyakit yang ditularkan oleh vektor dan hewan pengerat, merupakan risiko kesehatan tidak langsung. Terganggunya sumber makanan dan hasil panen juga dapat menyebabkan malnutrisi. Disarankan untuk memperkuat regulasi yang memperhatikan kualitas lingkungan untuk mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan.

Untuk menangani perubahan iklim, berbagai industri harus bekerja sama dan bekerja sama. Menjaga lingkungan, menghemat energi, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, dan mengelola sampah rumah tangga dengan baik adalah beberapa tindakan yang dapat diambil oleh masyarakat.

 

Faktor Risiko Kesehatan Terhadap Perubahan Iklim

  • Perubahan Iklim Meningkatkan Risiko Penyakit Tular Vektor: DBD, Chikungunya, Malaria, Leptospirosis, dan Filariasis adalah contoh penyakit tular vektor yang dipengaruhi oleh perubahan iklim. Faktor iklim seperti kelembaban, curah hujan, dan jumlah hari hujan terkait erat dengan meningkatnya kasus DBD. Semakin tinggi curah hujan dan jumlah hari hujan, semakin banyak tempat berkembang biak untuk vektor, sehingga kasus DBD cenderung meningkat. Umur vektor seperti nyamuk juga dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim seperti kelembaban, curah hujan, dan jumlah hari hujan. Kelembaban di bawah 60% cenderung memperpendek umur nyamuk. Curah hujan yang sedang namun berlangsung lama dapat meningkatkan populasi vektor dan meningkatkan tempat berkembang biak. Sementara itu, curah hujan yang tinggi dan terus-menerus yang mengakibatkan banjir dapat menghapus tempat berkembang biak dan menurunkan populasi vektor. Banjir juga dapat meningkatkan risiko paparan terhadap kencing tikus yang mengandung bakteri dan virus.
  • Perubahan iklim menyebabkan kekeringan dan banjir pada cuaca panas yang dipicu oleh pencairan es di Kutub Utara, yang mempengaruhi kualitas, kuantitas, dan aksesibilitas air minum. Suhu yang semakin tinggi merupakan faktor risiko untuk penyakit yang ditularkan melalui air (seperti penyakit air) yang terkait dengan perubahan iklim. Air sangat penting untuk kehidupan, tetapi air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, termasuk MCK, dapat membahayakan manusia dan lingkungan. Kualitas, kuantitas, dan aksesibilitas air yang buruk meningkatkan risiko penyakit yang ditularkan melalui air. Global warming menyebabkan virus dan bakteri berkembang lebih cepat, menyebabkan lebih banyak orang yang menderita diare.
  • Risiko penularan penyakit melalui makanan dan gizi melibatkan beberapa faktor penting. Semua makhluk hidup membutuhkan air dan makanan. Perubahan iklim mempengaruhi produksi pangan dan ketersediaan air. Gagal panen dan kekeringan yang disebabkan oleh perubahan iklim dapat mempengaruhi ketersediaan pangan di seluruh masyarakat.
  • Perubahan iklim, yang dapat mempengaruhi kualitas udara, adalah salah satu faktor risiko penyakit yang menular melalui udara (airborne disease).
  • Faktor risiko penyakit tidak menular adalah istilah yang mengacu pada kondisi yang dapat berbahaya dan memicu munculnya penyakit tidak menular pada orang atau kelompok tertentu. Perubahan iklim menyebabkan penurunan kualitas lingkungan, yang mengakibatkan peningkatan polusi, yang dapat menyebabkan berbagai penyakit tidak menular seperti kanker kulit, asma, gangguan sistem imun, dan heat stroke.
  • Peningkatan suhu di bumi adalah salah satu faktor risiko perubahan iklim terhadap bencana, karena mengganggu keseimbangan siklus alami dan menyebabkan suhu permukaan yang lebih tinggi serta perubahan musim yang sulit diprediksi. Pemanasan global menyebabkan banyak bencana alam, termasuk badai topan, siklon tropis, banjir, endemis, dan kekeringan, yang semuanya dipengaruhi oleh perubahan iklim ini. Bencana ini dapat berdampak negatif pada berbagai aspek, seperti ekonomi, sosial, kesehatan, dan lingkungan.
  • Meskipun banyak orang yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim, termasuk bencana, ada juga yang mengalami stres, perubahan perilaku, dan bahkan masalah kesehatan mental sebagai akibatnya.

 

Sumber: Kemenkes


artikel-1.png

Kesehatan mental adalah komponen penting dari kehidupan manusia, dan kualitas hidup seseorang dipengaruhi olehnya. Terapi dan konseling adalah cara untuk mengatasi masalah kesehatan mental. Musik telah diakui sebagai salah satu cara alternatif untuk mengkomunikasikan dan mengatur emosi. Namun, pemahaman tentang fungsi musik dalam terapi dan konseling masih kurang. Akibatnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana musik dapat membantu kesehatan mental. Penelitian ini akan berfokus pada berbagai metode terapi musik, seperti pendekatan eksistensial dan logoterapi.

Penelitian tentang peran musik dalam meningkatkan kesehatan mental masih sangat penting untuk dilakukan. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa musik terapi memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesehatan mental. Namun, masih ada banyak pertanyaan yang harus dijawab, seperti bagaimana musik dapat membantu orang mengkomunikasikan emosi yang mungkin sulit diucapkan secara lisan dan bagaimana terapi musik dapat bekerja sama dengan metode terapi lainnya dengan baik.

 

Peran Musik dalam Meningkatkan Kesehatan Mental

Menurut teori psikoanalisis Sigmund Freud, struktur kepribadian manusia terdiri dari tiga bagian utama: id, ego, dan super ego. Id adalah bagian tidak sadar dari kepribadian yang mendorong orang untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, minuman, dan keinginan seksual. Ego adalah bagian sadar dari kepribadian yang membantu menyeimbangkan kebutuhan id dengan realitas sosial dan lingkungan sekitar. Super ego adalah bagian yang tidak sadar dari kepribadian yang membantu orang menyeimbangkan

  • Menurut teori psikoanalisis, kecemasan dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan antara id, ego, dan super ego seseorang. Terapi musik dapat membantu individu mengatasi kecemasan dengan meningkatkan kesadaran akan emosi mereka dan membantu mereka mencapai keseimbangan yang lebih sehat antara id, ego, dan super ego. Mereka juga dapat mengekspresikan emosi mereka melalui musik, yang memberikan saluran ekspresi yang aman dan terapeutik.
  • Berbagai jenis aktivitas yang berkaitan dengan musik, seperti memainkan instrumen, menyanyi, atau mendengarkan musik yang dipilih dengan sengaja, dapat menjadi cara bagi seseorang untuk mengungkapkan emosi yang sulit diungkapkan secara lisan. Hal ini juga dapat membantu mereka memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka dan kesulitan yang mereka hadapi. Terapi musik dapat meningkatkan kesehatan mental secara menyeluruh dan membantu orang mengatasi stres dan kecemasan.
  • Musik digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan kesehatan mental individu dalam berbagai situasi. Terapi musik bertujuan untuk membantu individu mengungkapkan emosi yang sulit diucapkan dengan kata-kata, seperti kesedihan, kemarahan, atau rasa sakit. Musik juga dapat memicu kenangan dan pengalaman, yang membantu individu mengeksplorasi perasaan mereka dan mencapai pemulihan psikologis.
  • Hubungan antara tiga bagian kepribadian—id, ego, dan super ego—dipengaruhi oleh teori psikodinamika. Id mencerminkan naluri alami dan dorongan primitif seseorang, dan ego berfungsi sebagai penengah antara id dan dunia luar. Super ego mewakili norma dan prinsip moral yang diinternalisasikan seseorang dari lingkungannya.
  • Musik digunakan dalam terapi musik untuk mengakses dan mengendalikan berbagai aspek kepribadian. Pengalaman musik yang mendalam membantu orang memahami dan mengatasi konflik dan masalah emosional yang berkaitan dengan identitas, ego, dan super ego mereka. Pada awal sesi terapi musik, terapis akan membangun hubungan yang positif dengan klien dan menciptakan lingkungan yang aman dan terbuka untuk eksplorasi. Setelah itu, terapis akan meminta klien untuk memilih musik yang mencerminkan perasaan dan pengalaman pribadi mereka. Terapis kemudian akan membantu klien menggali makna dan emosi yang terkait dengan musik tersebut.

 

Sumber: Kemenkes


artikel.png

Di seluruh dunia, penyebab kematian paling umum adalah penyakit kardiovaskular. Angina, infark miokard, gagal jantung, kardiomiopati, karditis, irama jantung yang tidak normal, penyakit jantung bawaan, penyakit katup jantung, penyakit jantung rematik, hipertensi, aneurisme aorta, penyakit arteri perifer, penyakit tromboemboli, dan trombosis vena adalah penyakit jantung yang paling umum.Faktor risiko untuk penyakit jantung disebut faktor risiko primer dan sekunder.

Faktor risiko sekunder meliputi diabetes melitus, obesitas, diet, usia, jenis kelamin, etnis/ras, riwayat kesehatan sebelumnya, dan faktor psikologis. Faktor risiko primer adalah faktor risiko yang diteliti memiliki korelasi kuat dengan penyakit kardiovaskular, seperti merokok, hipertensi, dislipidemia, dan kurangnya aktivitas fisik. Faktor risiko penyakit kardiovaskular juga dibagi menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Aktivitas fisik adalah salah satu faktor risiko yang dapat dimodifikasi.

Ada hubungan ilmiah yang panjang antara aktivitas fisik yang teratur dan risiko terkena penyakit kardiovaskular. Banyak organisasi internasional terkemuka baru-baru ini telah mengakui betapa pentingnya berolahraga sebagai obat yang tidak hanya meningkatkan kesehatan seseorang tetapi juga membantu mencegah dan mengelola penyakit kardiovaskular. Organisasi-organisasi ini telah mengeluarkan seruan untuk membuat aktivitas fisik menjadi prioritas utama dalam program kesehatan mereka. Anda dapat melakukan berbagai jenis latihan fisik, seperti aerobik, seperti jalan kaki, jogging, berenang, dan kebugaran jasmani lainnya, seperti yoga, pilates, dan crossfit. Anda juga dapat melakukan latihan otot, seperti latihan kekuatan, kelenturan, keseimbangan, seni bela diri, dan lainnya.

Dalam sepuluh tahun terakhir, latihan ketahanan, juga dikenal sebagai latihan beban, telah menjadi salah satu olahraga yang paling disukai oleh masyarakat. Training resistensi adalah jenis latihan di mana otot dikontrak melawan suatu beban atau resistensi, baik itu menggunakan beban tubuh sendiri, alat berat, atau tali resistensi. Push-up, squat, dan olahraga menggunakan alat khusus seperti dumbel, barbel, mesin latihan, dan tali adalah beberapa bentuk latihan kekuatan. Latihan ini telah lama dikenal dapat meningkatkan kekuatan dan massa otot. Meskipun resistance training memiliki banyak manfaat, kebanyakan orang hanya menganggapnya untuk meningkatkan massa otot. Namun, penelitian terbaru menunjukkan hubungan antara latihan kekuatan dan kesehatan jantung.

 

Resistance Training dan Kesehatan Jantung

Studi menunjukkan bahwa latihan kekuatan dapat meningkatkan fungsi kardiovaskular. Latihan ini tidak hanya melatih otot besar, tetapi juga dapat meningkatkan denyut jantung dan volume stroke, yang keduanya penting untuk menjaga kesehatan jantung. Penelitian telah menunjukkan bahwa pelatihan kekuatan dapat sangat membantu mengelola tekanan darah. Pada individu dengan hipertensi, yang merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular, latihan ini terbukti menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik.

 

Bagaimana mekanisme resistance training berpengaruh terhadap kesehatan jantung?

Salah satu cara latihan kekuatan mempengaruhi kesehatan jantung adalah melalui peningkatan massa otot dan metabolisme basal. Selain itu, latihan kekuatan juga dapat mempengaruhi profil lipid, yang sangat terkait dengan kesehatan jantung. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa latihan ini dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik) dan mengurangi kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat), memberikan perlindungan tambahan terhadap penyakit jantung.

 

Tips Resistance training Yang Efektif

Resistance training yang berguna untuk kesehatan jantung mencakup hal-hal berikut:

  • Melakukan intensitas yang tepat: Studi menunjukkan bahwa latihan dengan intensitas moderat hingga tinggi meningkatkan kesehatan jantung lebih baik daripada latihan dengan intensitas rendah.
  • Kombinasi dengan latihan aerobik: Studi menunjukkan bahwa latihan kekuatan harus dilakukan dua atau tiga kali seminggu, dengan setidaknya satu set latihan untuk setiap kelompok otot utama. Durasi latihan dapat bervariasi, tetapi sekitar dua puluh hingga tiga puluh menit dapat memberikan manfaat yang signifikan.
  • Konsultasikan dengan profesional: Konsultasikan dengan pelatih pribadi atau profesional kebugaran jika Anda baru memulai atau memiliki kondisi kesehatan tertentu. Mereka juga dapat membantu Anda menentukan program latihan yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan Anda. Mereka juga dapat berbicara tentang teknik yang tepat untuk menghindari cedera dan memastikan bahwa otot yang ditargetkan benar-benar terlibat.
  • Istirahat yang cukup: Beri diri Anda waktu yang cukup untuk beristirahat antara latihan dan setelahnya. Ini membantu tubuh Anda tetap fit dan mencegah kelelahan yang berlebihan.

Kita memahami dari uraian di atas bahwa ada banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa latihan ini dapat menguntungkan kesehatan jantung. Untuk tetap sehat, perlu diingat bahwa aktivitas fisik, seperti latihan kekuatan, tidak cukup untuk menjaga kesehatan jantung. Kita juga harus mengurangi faktor risiko, terutama yang dapat diubah, dan menjalani pola hidup yang lebih sehat.

 

Sumber: Kemenkes


artikel-2024-07-29T153837.626.png

Penyakit Thypoid disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi yang menyebabkan infeksi sistemik. Penderita penyakit ini sering mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi. Kebersihan pribadi dan lingkungan, termasuk kebersihan perorangan yang buruk (biasanya mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar), kebersihan makanan, dan lingkungan kumuh, termasuk penyediaan air bersih yang kurang memadai, pembuangan sampah dan kotoran manusia yang tidak memenuhi standar kesehatan, dan perilaku masyarakat yang tidak ramah.

Salah satu penyakit yang mudah dicegah adalah demam tifoid, yang dapat dicegah dengan perubahan perilaku masyarakat dan ketersediaan fasilitas sanitasi yang baik. Penyebaran bakteri penyebab penyakit Tifoid dapat dikurangi dengan rutin mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir. Jangan terlalu dekat dengan orang sakit karena bakteri Salmonella Thypi mudah menyebar. Makanan dan minuman adalah media penularan yang paling umum.

 

Penyebab Demam Tifoid

Bakteri Salmonella Thypi dapat hidup di dalam tubuh seseorang dan dapat menyebar melalui sekret saluran nafas, urin, dan tinja. Waktu penyebarannya sangat beragam. Jika Salmonella Thypi berada di dalam air, es, debu, atau kotoran kering, ia dapat bertahan selama beberapa minggu. Bakteri dapat dihilangkan dengan mudah dengan klorinasi dan pasteurisasi pada suhu 630 °C.

 

Tanda dan Gejala Demam Tifoid

  • Demam yang meningkat setiap hari hingga mencapai 39 – 40 C
  • Sakit kepala
  • Lemah dan lelah
  • Nyeri otot
  • Berkeringat
  • Batuk kering
  • Kehilangan nafsu makan dan menurunkan berat badan
  • Sakit perut
  • Diare atau sembelit
  • Muncul ruam pada kulit berupa bintik-bintik kecil berwarna merah muda
  • Perut yang membengkak
  • Jika tidak mendapatkan perawatan yang tepat, akan mengalami kondisi seperti: mengigau, berbaring lemah dengan mata setengah tertutup

 

Penularan Demam Tifoid

Infeksi tifoid melalui 5 F:

  • Makanan, termasuk makanan yang dikonsumsi dan didapati dari lingkungan yang tidak bersih, dapat menjadi sumber infeksi. Ini terutama benar jika kontaminasi terjadi karena pengolahan makanan yang tidak benar.
  • Penularan infeksi pada jari dapat terjadi jika jari tidak dicuci secara bersih setelah buang air kecil atau buang air besar.
  • Jika seseorang sudah terinfeksi bakteri typhoid, fomitus, yang muntahan dari penderita dapat menjadi cara lain untuk infeksi.
  • Lalat sangat menyukai untuk hinggap di tempat atau benda yang kotor, yang dapat menjadi sarang bakteri Salmonella Thypi. Lalat dapat membawa bakteri Salmonella Thypi ke makanan, menyebabkan kontaminasi.
  • Bakteri penyebab Tifoid banyak ditemukan dalam kotoran, kotoran, atau feses pasien Tifoid.

 

Komplikasi Demam Tifoid

Demam Tifoid dapat menyebabkan masalah serius pada sistem pencernaan, hati, jantung, dan sistem saraf jika tidak ditangani dengan baik. Dua komplikasi yang paling umum adalah pendarahan internal dalam sistem pencernaan dan perforasi usus, yang memungkinkan infeksi menyebar ke jaringan di sekitarnya.

 

Penanganan Demam Tifoid

  • Beristirahat dengan cukup
  • Bisakah suhu tubuh turun dengan kompres jika demam adalah 37,5 °C hingga 37,9°C Paracetamol diberikan pada suhu 38°C.
  • Berpakaian tipis dan bedrest
  • Tingkatkan asupan cairan Anda.
  • Penggunaan antibiotic

 

Sumber: Kemenkes


artikel-2.png

Untuk membantu anak yang mengalami disfungsi sensori, okupasi terapis menggunakan teknik sensori integrasi untuk memaksimalkan pemahaman anak tentang lingkungannya. Untuk mencoba memperbaiki gangguan perkembangan, belajar, atau interaksi sosial, terapi sensori integrasi sering digunakan sebagai okupasi dan terapi pada anak dengan kondisi tertentu. Terapi sensori integrasi menunjukkan hasil yang baik untuk anak-anak dengan autisme dan retardasi mental ringan; terapi ini dapat mengoptimalkan sensori dan respons motorik anak. Terapi sensori integrasi dilakukan melalui pola permainan tertentu karena permainan melatih sensori anak untuk meningkatkan perkembangan mereka.

 

Tujuan Sensori Integrasi

Mengajarkan anak-anak untuk memperbaiki dan mengembangkan respons yang tepat dan spontan terhadap pengalaman lingkungan mereka akan meningkatkan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan fisik, sosial, dan emosional anak didukung oleh sensori integrasi.

 

Siapa yang Memerlukan Sensori Integrasi

Terapi sensori integrasi dirancang untuk anak-anak dengan gangguan pemrosesan indrawi atau gangguan pemrosesan indrawi. Gangguan-gangguan ini termasuk:

  • Spektrum autisme
  • Gagal untuk fokus
  • Ketidakmampuan untuk memahami hal-hal umum atau tertentu
  • Cedera, penyakit, trauma
  • Problem dengan koordinasi perkembangan
  • Sulit untuk mengontrol suasana hati

 

Sensori Integrasi Melibatkan 7 Sistem Sensori

  • Indera tactile (sentuhan), yang memproses perasa dan peraba melalui kulit
  • Auditory (pendengaran), untuk secara langsung mengidentifikasi volume, nada, dan suara
  • Visual (penglihatan), untuk melihat dan membantu mengidentifikasi objek, menilai jarak dari orang lain, mengidentifikasi warna, dan tingkat cahaya
  • Olfactory (penciuman), untuk membedakan aroma
  • Gustatory, atau pengecapan, digunakan untuk mengidentifikasi rasa manis, asin, asam, atau pahit.
  • Vestibular, yang menunjukkan posisi tubuh dalam ruang gerak dan gravitasi Bumi, membantu anak mengetahui di mana mereka berada meskipun dalam kegelapan
  • Kesadaran tubuh manusia, yang terdiri dari input sensori otot dan sendi, memungkinkan mereka merasakan posisi tubuh mereka dan tingkat gaya yang diperlukan untuk beraktivitas.

 

Sensory Processing Disorder (SPD)

Gangguan persepsi sensorik pada anak-anak menyebabkan mereka bertindak berlebihan (hipersensitif) atau bahkan tidak memberi reaksi terhadap rangsangan (hiposensitif).

Contoh gejala gangguan pemrosesan sensori adalah sebagai berikut:

  • Menjadi sangat unik dalam hal makanan karena rasa atau teksturnya.
  • Reaksi lamban terhadap gerakan cepat, suara keras, atau cahaya terang.
  • Koordinasi motorik yang tidak sempurna
  • “Pemilih Makanan” ketika Anda mengalami muntah berlebihan.
  • Kurang memperhatikan lingkungan sekitar, seperti berlari di depan mobil, melompat ke air tanpa bisa berenang, dan menabrak dinding.
  • menunjukkan perilaku tertentu, seperti tidak senang berhubungan dengan orang lain, seperti memeluk, atau tidak suka berpakaian.
  • Tulisan tangan berkualitas rendah yang sulit dibaca.
  • Menggigit sesuatu yang tidak terkait dengan makanan.

 

Kondisi Anak yang Memerlukan Terapi Sensori Integrasi

Autisme, ADHD, Speech Delay ,Down Syndrom

 

Penerapan

  • Sensory Tactile
    • Menempelkan sikat khusus pada tubuh anak
    • Meronce
    • Bermain play dough, bola bergerigi
    • Bermain di atas pasir
    • Berjalan-jalan di rumput
    • Pendengaran sensori

Untuk anak hipersensitif, kombinasi musik keras dan lembut; untuk anak hiposensitif, musik keras dan lembut.

  • Penciuman dan pengecapan oleh indra

Menghindari bau yang tajam untuk anak-anak.

  • Visual dan Sensori

Anak-anak hipersensitif diberi distraksi dari banyak ke sedikit, sedangkan anak-anak hiposensitif diberi pilihan dari banyak ke sedikit.

  • Sensori Propioceptif
    • Menggerakkan kursi atau benda yang diberi beban
    • Merangkak atau merayap dengan beban di punggung
    • Mengangkat meja
  • Sensory Vestibular
    • Ayunan
    • Lompat dari trampolin
    • Keseimbangan antara dua kaki
    • Berjalan melalui titian

 

Perawatan Pasca Sensory Integrase

Supaya hasil terapi tetap bertahan, orang tua dapat membantu kelancaran terapi dengan mempraktikkannya di rumah.

 

Kesimpulan

  • Ketujuh sistem indera sensori memungkinkan seseorang menyeseuaikan diri dengan lingkungannya karena mereka memberi tahu mereka apa yang terjadi di luar.
  • Tidak semua anak mengalami perkembangan sensori yang sama, dan perbedaan dalam fungsi integrasi sensori untuk beberapa anak dapat berdampak pada cara mereka menjalani kehidupan sehari-hari.
  • Untuk mencapai perilaku adaptif, stimulasi sensori yang tepat diperlukan dalam aktivitas yang bertujuan.

 

Sumber: Kemenkes


artikel-1.png

Salah satu cara untuk memastikan tumbuh kembang bayi berjalan dengan baik adalah dengan memberi bayi dan anak makanan seperti Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera setelah lahir selama minimal 1 jam, menyusui bayi secara eksklusif sampai dengan umur 6 bulan, dan mulai memberi bayi makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang bergizi sesuai dengan usia 6 bulan.

Rendahnya ASI eksklusif dibandingkan dengan peningkatan pemberian susu formula menunjukkan bahwa orang tua bayi dapat dengan mudah membeli susu formula untuk bayi usia 0-6 bulan, dan ibu kurang tahu tentang ASI eksklusif, pekerjaan ibu, dan pengalaman menyusui ibu sebelumnya yang tidak memuaskan. Selain itu, orang tua bayi kurang mendapatkan dukungan dari suami dan keluarganya.

 

Resiko Pemberian Susu Formula Pada Bayi

Susu formula, atau sufor, adalah susu yang meniru komposisi ASI, tetapi tidak akan pernah menyamai keistimewaan ASI.

  • Terlalu encer susu menyebabkan kekurangan nutrisi dan terlalu kental menyebabkan kegemukan.
  • Pengganti ASI dengan susu formula mengganggu “bonding” karena susu formula tidak memperkuat kasih sayang ibu dan bayi.
  • Sementara kebersihan alat minum dan air untuk mengencerkan yang tercemar meningkatkan risiko penyakit infeksi seperti diare, infeksi telinga, dan peningkatan risiko kematian, susu formula tidak mengandung zat anti infeksi.
  • Ibu yang tidak menyusui lebih rentan terhadap anemia setelah melahirkan. Mereka juga lebih rentan terhadap kanker rahim, payudara, dan diabetes tipe 2.

 

Beberapa Dampak Susu Formula Untuk Bayi 0-6 Bulan

meningkatkan risiko asma, alergi, gangguan pernafasan akut, infeksi, obesitas, kencing manis, kekurangan gizi, dan gangguan pertumbuhan. Orang yang mengonsumsi susu formula lebih dari 100 g setiap hari memiliki risiko kegemukan tujuh kali lipat. Susu formula seharusnya memiliki zat gizi yang sebanding dengan ASI, tetapi umumnya, susu formula memiliki kandungan energi yang lebih tinggi daripada ASI.

Bayi berusia 0-6 bulan harus hanya minum air susu ibu (ASI), tanpa makanan lain, seperti air putih; ini disebut sebagai ASI eksklusif. Rekomendasi khusus dari dokter dan berdasarkan indikasi ibu dan bayi diperlukan untuk memberi bayi susu formula. Bayi yang sakit (seperti kelainan ankongenital, hipoglikemi, dehidrasi, dll.) dan ibu yang menderita beberapa kondisi, termasuk mengonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi kesehatan bayi dan ibu, adalah beberapa alasan untuk memberi susu formula ini.

 

Sumber: Kemenkes


artikel-2024-07-15T094929.803.png

Di seluruh dunia, hipertensi adalah penyakit tidak menular yang merupakan penyebab utama kematian prematur. Saat ini, diperkirakan bahwa sekitar 22% orang di seluruh dunia menderita hipertensi. Kurang dari 25% orang yang terkena mengendalikan tekanan darah mereka secara aktif. Di seluruh dunia, Afrika memiliki tingkat prevalensi hipertensi tertinggi, dengan 27% dari populasi. Asia Tenggara menempati posisi ketiga, dengan sekitar 25% dari populasi. Mengonsumsi garam yang berlebihan adalah salah satu penyebab tingginya tingkat hipertensi di Indonesia, dengan rata-rata 6,3 gram garam per hari.

Data ini tidak menghitung garam tambahan yang ditambahkan ke makanan jajanan seperti bakso, soto, mie goreng, dan makanan lainnya, serta garam yang digunakan dalam produksi industri. Selain itu, konsumsi makanan jajanan dan produk industri yang mengandung garam telah meningkat dalam sepuluh tahun terakhir. Cara orang mengonsumsi garam berbeda di setiap wilayah Indonesia, tetapi umumnya di luar Pulau Jawa, orang Batak sering kali mengalami hipertensi karena konsumsi garam yang tinggi dalam makanan sehari-hari mereka. Mereka banyak mengonsumsi garam.

Hipertensi dapat disebabkan oleh konsumsi garam atau makanan yang mengandung banyak natrium. Asupan natrium yang berlebihan dapat menyebabkan pembuluh darah menyerap lebih banyak natrium, yang meningkatkan volume darah dan meningkatkan tekanan darah. Asupan natrium yang berlebihan juga dapat menyebabkan hormon natriouretik meningkat, yang tidak langsung meningkatkan tekanan darah. Orang mungkin lebih suka makan makanan yang banyak garam. Risiko ini dapat meningkat dan mendorong munculnya penyakit tidak menular.

 

Hipertensi pada Lansia

Hipertensi secara signifikan lebih umum pada kelompok usia 60-64 tahun, terutama pada wanita lanjut usia. Karena perempuan memasuki masa menopause setelah usia 45 tahun, mereka juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hipertensi. Kesehatan kardiovaskular dapat terpengaruh oleh penurunan elastisitas pembuluh darah karena penurunan produksi estrogen selama menopause. Beberapa faktor, termasuk kurangnya aktivitas fisik, stres, sejarah keluarga, kebiasaan merokok, konsumsi makanan berlemak hewani yang tinggi, kurangnya serat, dan asupan natrium yang tinggi, dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa riwayat keluarga, jenis kelamin, usia, dan pola konsumsi natrium tinggi adalah beberapa penyebab hipertensi. Tekanan darah seseorang meningkat secara bertahap atau tiba-tiba di atas nilai normal 140 mmHg dikenal sebagai hipertensi. Kondisi ini umumnya terjadi pada orang dewasa, tetapi lebih sering terjadi pada orang tua karena pembuluh darah arteri mereka menjadi lebih kaku atau kurang elastis. Akibatnya, pembuluh darah tidak berfungsi dengan baik, menyebabkan tekanan darah meningkat.

Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, ginjal, jantung, sirkulasi, dan bahkan mengancam jiwa. Kelebihan lemak, kebiasaan merokok, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik adalah faktor risiko utama hipertensi. Tekanan darah memainkan peran penting dalam peredaran darah tubuh manusia. Keseimbangan fisiologis tubuh dapat dipengaruhi oleh perubahan naik atau turunnya tekanan darah.

Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, ginjal, jantung, sirkulasi, dan bahkan mengancam jiwa. Kelebihan lemak, kebiasaan merokok, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik adalah faktor risiko utama hipertensi. Tekanan darah memainkan peran penting dalam peredaran darah tubuh manusia. Keseimbangan fisiologis tubuh dapat dipengaruhi oleh perubahan naik atau turunnya tekanan darah.

 

Sumber: Kemenkes


artikel-2024-07-13T110613.015.png

Aktivitas fisik sangat bermanfaat bagi orang yang mengalami kanker. Mereka tidak hanya hidup lebih baik, tetapi olahraga juga membantu mereka sembuh. Melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat meningkatkan stamina dan kebugaran secara keseluruhan serta mengurangi risiko kekambuhan. Apakah seseorang yang menderita kanker harus berhenti melakukan hal-hal tertentu? Meskipun membatasi aktivitas disarankan, beristirahat terlalu lama di tempat tidur dapat berdampak buruk pada pasien. Studi terbaru menunjukkan bahwa olahraga, misalnya, tidak hanya dapat mencegah kanker pada orang yang sehat, tetapi juga dapat membantu pengobatan dan meningkatkan kualitas hidup pasien kanker.

Kemoterapi adalah pengobatan utama kanker. Pada pasien kanker, pengobatan ini berdampak besar secara fisik dan psikologis. Kondisi medis pasien yang tidak memenuhi syarat untuk menerima kemoterapi sering membuat jadwal terapi yang telah direncanakan tertunda. Kelelahan adalah masalah umum bagi pasien kemoterapi, yang dapat berdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan mereka, seperti aktivitas fisik, kesehatan psikologis, interaksi sosial, dan stabilitas ekonomi.

 

Manfaat Berolahraga untuk Pasien Kanker

Banyak orang yang menderita kanker menghadapi masalah fisik dan psikososial selama dan setelah pengobatan, seperti kelelahan, risiko tinggi mengalami kesedihan, dan penurunan aktivitas dan fungsi fisik. Kesehatan pasien dan kualitas hidup mereka dapat sangat terpengaruh oleh dampak jangka panjang dari masalah ini. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan risiko kematian akibat kanker setelah diagnosis, dan penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik membantu kualitas hidup pasien kanker, mengurangi kelelahan dan distress, dan dapat meningkatkan kesempatan bertahan hidup bagi pasien kanker.

 

Mekanisme Latihan Fisik terhadap Kanker

Olahraga dan berbagai gerakan tubuh lainnya yang membutuhkan energi adalah contoh aktivitas fisik. Aktivitas ini sangat penting untuk kesehatan tubuh karena dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker dan membantu mencegah kanker. Penyakit yang dikenal sebagai kanker dicirikan oleh pertumbuhan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik secara lokal (invasi) maupun menyebar ke bagian tubuh lainnya (metastasis). Penelitian, terutama pada pasien kanker payudara, telah menjelaskan beberapa teori tentang mekanisme aktivitas fisik terhadap kanker.

  • Menurut teori hormonal, estrogen, yang berfungsi sebagai penyebab kanker payudara, meningkatkan pertumbuhan sel-sel epitel payudara. Ini berarti bahwa wanita yang tidak aktif secara fisik memiliki risiko kanker payudara yang lebih tinggi jika mereka memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Namun, aktivitas fisik dengan intensitas sedang hingga tinggi selama usia reproduksi dapat menurunkan kadar estrogen, sehingga juga menurunkan risiko kanker payudara, bahkan pada wanita menopause. Aktivitas fisik juga dapat menurunkan kadar estron, estradiol, dan androgen, yang merupakan prekursor estrogen.
  • Teori Imunitas mencatat bahwa latihan fisik teratur dan terprogram dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan yang kuat dapat meningkatkan jumlah dan fungsi sel Natural Killer, yang berperan penting dalam menekan pertumbuhan tumor. Dengan mengenali dan menghilangkan sel-sel abnormal, sistem kekebalan bisa secara efektif mengurangi risiko kanker.
  • Teori Inflamasi menunjukkan bahwa faktor inflamasi yang lebih tinggi, seperti C-reactive Protein (CRP), interleukin 6 (IL6), dan tumor necrosis factor (TNF), dan faktor anti-inflamasi yang lebih rendah, seperti adiponektin, dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi, persentase lemak tubuh yang tinggi, dan lingkar pinggang yang besar sering dikaitkan dengan tingkat adiponektin yang rendah. Jumlah adiponektin meningkat saat berolahraga, yang dapat membantu mengurangi risiko kanker payudara.

Akibatnya, aktivitas fisik membantu mengurangi risiko kanker payudara melalui regulasi hormonal, meningkatkan sistem kekebalan, dan mengurangi peradangan dalam tubuh.

 

Sumber: Kemenkes


Copyright by Markbro 2025. All rights reserved.