Bagaimana Stres dan Depresi Mempengaruhi Keseimbangan Gula Darah pada Diabetes Tipe 2?

artikel-2024-12-11T103343.739.png

Gaya hidup yang tidak sehat, seperti pola makan yang tidak seimbang dan aktivitas fisik yang kurang, telah memengaruhi kesehatan masyarakat dan berkontribusi pada peningkatan prevalensi diabetes. Beberapa faktor risiko yang dianggap dapat menyebabkan diabetes mellitus termasuk riwayat keluarga, lingkungan, usia, etnis, hipertensi, kebiasaan hidup yang tidak sehat, dan faktor psikologis seperti stres dan depresi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe 2 berkorelasi dengan komponen psikologis seperti stres dan depresi.

Diabetes memiliki kontribusi besar terhadap peningkatan angka kesakitan dan kematian di seluruh dunia karena berbagai komplikasi yang berbahaya. Koma hiperglikemik yang disebabkan oleh kadar glukosa darah yang tinggi, ketoasidosis atau ketotoksisitas yang disebabkan oleh metabolisme lemak dan protein, terutama pada diabetes tipe 1 yang bergantung pada insulin, koma hipoglikemik yang disebabkan oleh penggunaan insulin yang berlebihan atau tidak terkontrol, penyakit mikrovaskular yang mempengaruhi organ dengan pembuluh darah kecil, gangguan jantung dan pembuluh darah seperti infark miokard, dan penyakit jantung koroner lainnya.

Beberapa faktor dianggap berkontribusi pada prevalensi diabetes, seperti riwayat keluarga, lingkungan, usia, obesitas, ras atau etnis, hipertensi, pola makan, dan kurangnya aktivitas fisik. Namun, penyebab pasti diabetes belum diketahui. Selain faktor risiko tersebut, masalah psikologis seperti stres dan depresi juga dapat mempengaruhi kadar gula darah yang lebih tinggi. Stres adalah reaksi tubuh terhadap tekanan psikososial, seperti beban mental atau masalah hidup. Stres mempengaruhi sistem endokrin dengan meningkatkan kadar gula darah. Stres mengubah kondisi tubuh secara fisiologis, tetapi pada penderita diabetes, stres dapat membuat kadar gula darah menjadi lebih sulit untuk dikontrol.

 

Stres yang Berhubungan dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus

  • Salah satu komponen psikologis yang berkontribusi pada peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus adalah stres. Penelitian telah menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara tingkat stres dan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus: semakin tinggi tingkat stres, semakin tinggi kadar gula darah.
  • Stres dapat menyebabkan perubahan fungsi tubuh, seperti perubahan hormon, sistem kekebalan, atau ketidakteraturan pada sistem pencernaan. Selain itu, stres dapat memperburuk pengendalian kadar gula darah pada penderita diabetes.
  • Epinefrin berfungsi untuk memicu proses glukoneogenesis di hati, yang menghasilkan pelepasan glukosa ke dalam darah dalam waktu singkat. Akibatnya, kadar glukosa darah meningkat saat seseorang mengalami stres atau ketegangan.
  • Orang dengan diabetes mellitus yang mengalami stres cenderung mengalami kenaikan kadar gula darah, karena ada hubungan antara tingkat stres dan kenaikan kadar gula darah.
  • Stres juga dapat menyebabkan penurunan energi, yang dapat menyebabkan kebiasaan makan yang berlebihan dan penurunan minat untuk berolahraga. Akibatnya, stres dapat memperburuk penumpukan gula darah yang tinggi.

 

Depresi yang Disebabkan oleh Kadar Gula Darah yang Rendah pada Pasien Diabetes Mellitus

  • Pada penderita diabetes mellitus, depresi memiliki korelasi positif dengan kadar gula darah; tingkat depresi yang lebih tinggi dikaitkan dengan kadar gula darah yang lebih tinggi.
  • Depresi adalah gangguan fungsi manusia yang berkaitan dengan perasaan sedih dan gejala-gejala yang menyertainya, seperti perubahan pola tidur dan nafsu makan, gangguan psikomotor, kesulitan konsentrasi, anhedonia, kelelahan, dan perasaan putus asa dan tidak berdaya. Depresi juga sering disebut sebagai gangguan mood, di mana perasaan yang dominan adalah rasa tidak berdaya dan hilangnya harapan. Orang yang menderita penyakit berat, seperti diabetes mellitus, lebih rentan mengalami depresi.
  • Faktor psikologis seperti depresi memiliki korelasi positif dengan peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus. Seperti yang disebutkan sebelumnya, gangguan pada aksis HPA yang tidak stabil dan terlalu aktif menyebabkan hubungan biologis antara depresi dan kenaikan gula darah. Tubuh menggunakan sumbu HPA sebagai mekanisme untuk merespons stres akut dan kronis.
  • Stimulasi sistem saraf simpatis juga mengikuti aktivasi aksis HPA. Stimulasi ini memicu pelepasan katekolamin dan interleukin-6, yang pada gilirannya memicu kaskade sitokin. Dalam kondisi depresi, mekanisme umpan balik yang dimaksudkan untuk mengembalikan keseimbangan sistem hormonal ini dapat terganggu. Akibatnya, kadar kortisol dan katekolamin dapat meningkat secara terus menerus. Kondisi ini dapat menyebabkan kenaikan kadar gula darah.

 

Sumber: Kemenkes

Admin PERSI JATIM faradilla

Copyright by Markbro 2025. All rights reserved.