Makanan Bersantan, Sahabat atau Musuh Kesehatan Jantung?

Bahan makanan yang sering digunakan dalam berbagai masakan Asia, terutama Indonesia, adalah santan, yang sering menjadi subjek pembicaraan tentang efeknya terhadap kesehatan jantung. Santan memiliki rasa dan tekstur yang enak, tetapi beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa dapat membahayakan kesehatan jantung. Namun, apakah santan benar-benar membahayakan jantung?
Komposisi Santan maupun Lemak
Santan biasanya dibuat dari kelapa parut dan memiliki banyak lemak jenuh. Konsumsi berlebihan lemak jenuh dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit jantung. Kadar kolesterol LDL, atau kolesterol jahat, dalam darah, adalah faktor risiko utama untuk penyakit jantung.
Dianggap tidak sehat, santan kaleng mengandung sekitar 48 g lemak jenuh (hampir 43 g) dan susu sapi utuh (3,25% lemak) hanya mengandung kurang dari 5 g lemak jenuh. Bagi mereka yang berusaha menurunkan kolesterol, para ahli, termasuk American Heart Association, menyarankan untuk mengonsumsi jumlah lemak jenuh yang sangat rendah tidak lebih dari 6% dari kalori harian Anda.Para ilmuwan mengusulkan bahwa antioksidan yang terkandung dalam minyak kelapa murni dapat membantu mengurangi dampak buruk dari kandungan lemak jenuh yang tinggi.
Bagaimana Lemak Jenuh Mempengaruhi Kesehatan Jantung
Studi menunjukkan bahwa konsumsi lemak jenuh yang tinggi dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit jantung lainnya. Ini karena lemak jenuh meningkatkan kadar kolesterol LDL dalam darah, yang dapat menyebabkan plak menempel pada dinding arteri, yang pada gilirannya menyebabkan aterosklerosis, penyempitan arteri.
Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi santan berlebihan (lebih dari 3 kali seminggu) secara signifikan meningkatkan risiko penyakit vaskular sebesar 1,3 kali lipat dibandingkan dengan konsumsi santan yang jarang (<2 OR=1,33; p=0,002).
Santan dalam Pola Makan Tradisional
Meskipun santan mengandung lemak jenuh, penting untuk memahami bahwa pola makan tradisional, yang sering mengandung banyak santan tetapi juga mengonsumsi banyak buah-buahan, sayuran, dan protein nabati, mungkin tidak secara signifikan meningkatkan risiko penyakit jantung.
Alternatif Santan yang Lebih Sehat
Keseimbangan dan moderasi adalah penting dalam nutrisi. Jika santan dikonsumsi dalam jumlah sedang sebagai bagian dari pola makan yang seimbang, mungkin tidak berdampak buruk pada kesehatan jantung, terutama jika dikonsumsi bersamaan dengan makanan sehat lainnya.
Pentingnya Kebiasaan Makan Secara Keseluruhan
Menerapkan pola makan secara keseluruhan yang seimbang dan sehat adalah lebih penting daripada menghentikan satu makanan tertentu. Pola makan ini mencakup mengonsumsi berbagai jenis makanan yang kaya akan nutrisi, mengurangi konsumsi makanan olahan dan gula tambahan, dan mempertahankan berat badan yang sehat.
Santan mengandung lemak jenuh yang meningkatkan risiko penyakit jantung jika dikonsumsi terlalu banyak, tetapi mengonsumsi santan sebagai bagian dari pola makan yang seimbang mungkin tidak selalu berdampak negatif pada kesehatan jantung.
Sangat penting untuk mempertimbangkan kebiasaan makan secara keseluruhan, dan jika diperlukan, mencari alternatif santan yang lebih sehat. Berkonsultasi dengan dokter juga dapat membantu merencanakan pola makan yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan kesehatan jantung seseorang.
Sumber: Kemenkes





