Missing-Link-dalam-Sengketa-Disiplin-Peran-Objek-Kajian-Forensik-dalam-Penegakan-Hukum-di-Bidang-Kesehatan.png

Sengketa disiplin dalam bidang pelayanan kesehatan sering kali melibatkan persoalan kompleks yang membutuhkan klarifikasi ilmiah yang mendalam. Salah satu aspek krusial yang sering kali terabaikan atau kurang mendapatkan perhatian yang layak dalam proses penyelesaian sengketa ini adalah kajian forensik. Kajian ini meliputi objek utama seperti jenazah, luka, dan toksikologi, yang kerap menjadi “missing link” atau penghubung yang hilang dalam sengketa disiplin tenaga kesehatan.

Kajian Forensik terhadap Jenazah

Pemeriksaan jenazah secara forensik adalah langkah penting dalam mengidentifikasi penyebab kematian yang pasti dan berdasarkan bukti ilmiah. Pemeriksaan ini melibatkan prosedur seperti otopsi, pemeriksaan eksternal, dan analisis post-mortem yang memberikan data objektif. Informasi ini menjadi penting dalam menilai adanya unsur kelalaian atau pelanggaran prosedur medis. Kekeliruan atau absennya data forensik yang valid dapat menyebabkan keputusan hukum yang tidak tepat atau bahkan ketidakadilan dalam sengketa disiplin.

Analisis Luka dalam Perspektif Forensik 

Analisis luka secara forensik sangat vital untuk memahami mekanisme terjadinya luka, waktu terjadinya, alat atau metode yang digunakan, serta intensi di balik luka tersebut. Ahli forensik bertanggung jawab atas dokumentasi, analisis, serta interpretasi luka secara objektif. Dengan analisis yang akurat, dapat ditentukan apakah luka tersebut disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan medis. Kesalahan dalam analisis luka atau interpretasi yang bias bisa menyebabkan sengketa disiplin tidak terselesaikan secara adil.

Peran Toksikologi Forensik 

Toksikologi forensik berfungsi untuk mendeteksi dan menganalisis zat-zat toksik yang berpotensi menjadi penyebab kondisi medis atau kematian pasien. Pemeriksaan toksikologi ini penting untuk memastikan apakah terdapat kesalahan dalam dosis atau interaksi obat yang fatal, dan apakah kejadian tersebut terjadi karena kelalaian medis. Tanpa data toksikologi yang valid dan lengkap, sengketa terkait kesalahan pemberian obat atau substansi kimia berpotensi tidak terselesaikan secara tepat.

Peran Ahli Forensik dalam Penegakan Hukum 

Kehadiran ahli forensik di pengadilan atau sidang disiplin berperan penting dalam menerjemahkan temuan ilmiah yang kompleks ke dalam bahasa hukum yang mudah dipahami. Ahli forensik bertugas memastikan hasil kajian ilmiah tersebut disampaikan secara objektif, tidak bias, serta relevan terhadap kasus yang sedang ditangani. Keberadaan ahli forensik sebagai saksi ahli menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan medis dengan pemahaman normatif hukum, sehingga mendukung proses pengambilan keputusan yang adil dan objektif.

Diskusi dan Implikasi

Kurangnya perhatian terhadap aspek forensik dalam penyelesaian sengketa disiplin dapat menyebabkan keputusan yang tidak akurat secara hukum. Penempatan objek kajian forensik pada posisi strategis dalam sengketa disiplin dapat mencegah terjadinya kekeliruan dalam penyelesaian kasus serta meningkatkan kualitas proses hukum secara keseluruhan.

Objek kajian forensik, meliputi jenazah, luka, dan toksikologi, secara nyata menjadi “missing link” dalam sengketa disiplin bidang kesehatan. Peran ahli forensik dalam memastikan bukti-bukti ilmiah diterjemahkan dengan benar sangat menentukan kualitas dan keadilan dalam keputusan hukum yang dihasilkan. Penguatan kapasitas forensik di bidang kesehatan penting untuk mendukung proses hukum yang transparan, akurat, dan berkeadilan.

Sumber : Dr. Galih Endradita M


Strategi-Efektif-Menurunkan-Harga-Akuisisi-Rumah-Sakit.png

Akuisisi rumah sakit adalah langkah besar yang melibatkan modal besar dan risiko tinggi. Untuk memastikan investasi yang menguntungkan, calon pembeli harus memaksimalkan leverage mereka agar mendapatkan harga yang masuk akal. Model ini menyajikan strategi praktis yang bisa diterapkan untuk menurunkan harga akuisisi rumah sakit tanpa menimbulkan konflik dengan pihak penjual.

1. Lakukan Due Diligence Secara Menyeluruh

Menurunkan harga bukan sekadar meminta diskon; Anda harus memiliki alasan kuat. Itulah peran due diligence. Teliti laporan keuangan secara mendalam untuk menemukan utang tersembunyi, kewajiban di luar neraca, atau gugatan yang belum terselesaikan. Selain itu, evaluasi juga aspek kepatuhan hukum dan peraturan. Jika ditemukan ketidakpatuhan, hal ini bisa digunakan untuk menegosiasikan pengurangan harga atau meminta jaminan khusus dari penjual.

Jangan lupa untuk menelaah kontrak dengan pemasok, perusahaan asuransi, dan tenaga kerja. Klausul yang merugikan atau kontrak yang sulit dialihkan bisa meningkatkan biaya operasional setelah akuisisi. Kelemahan ini merupakan argumen kuat untuk menurunkan harga.

2. Minta Penilaian Bisnis Independen

Melibatkan penilai independen membantu mengetahui nilai wajar rumah sakit berdasarkan aset, pendapatan, dan kondisi pasar. Dengan laporan ini, calon pembeli memiliki bukti objektif saat menawar harga. Jika harga yang diminta penjual jauh di atas estimasi penilaian, gunakan fakta tersebut untuk menekan harga ke tingkat yang realistis.

3. Susun Struktur Transaksi yang Menguntungkan

3.1 Skema Earn‑Out

Dalam skema earn‑out, sebagian pembayaran ditunda dan dibayarkan hanya jika rumah sakit mencapai target kinerja tertentu, misalnya target EBITDA atau jumlah pasien. Skema ini mengurangi risiko overpaying dan memastikan penjual ikut menanggung tanggung jawab atas hasil di masa depan.

3.2 Indemnity dan Representasi Warranti

Masukkan klausul indemnity dan representasi warranti dalam perjanjian. Klausul ini memastikan penjual bertanggung jawab jika ada kewajiban yang tidak terungkap. Dengan mengalihkan sebagian risiko ke penjual, pembeli dapat menurunkan harga awal.

3.3 Escrow atau Retensi

Tahan sebagian dana pembelian dalam akun escrow hingga persyaratan tertentu terpenuhi, seperti tidak adanya tuntutan hukum baru atau pemenuhan target operasional. Hal ini memberi jaminan bagi pembeli dan mengurangi pembayaran tunai di awal.

4. Bangun Narasi Negosiasi yang Kuat

Sebuah narasi negosiasi yang baik menekankan fakta‑fakta yang mendukung permintaan penurunan harga:

  • Biaya investasi di masa depan: Hitung biaya yang diperlukan untuk renovasi gedung, pembaruan alat, atau peningkatan teknologi. Semakin besar biaya yang harus dikeluarkan pembeli, semakin kuat alasan untuk menurunkan harga.
  • Kinerja keuangan yang lemah: Tunjukkan tren pendapatan yang menurun, margin laba tipis, atau piutang tak tertagih. Gambaran realistis tentang arus kas masa depan membantu meyakinkan penjual bahwa harga perlu diturunkan.
  • Perbandingan pasar: Kumpulkan data transaksi sejenis di wilayah dan segmen pasar yang sama. Jika rumah sakit target dihargai di atas rata‑rata pasar, gunakan data ini sebagai amunisi untuk penawaran harga yang lebih rendah.

5. Libatkan Konsultan Berpengalaman

Pengacara, akuntan, dan konsultan kesehatan yang berpengalaman akan membantu mengidentifikasi risiko dan peluang yang mungkin terlewat oleh tim internal. Mereka juga dapat membantu menyusun strategi negosiasi dan memastikan semua aspek perjanjian melindungi kepentingan pembeli.

6. Perhatikan Kondisi Pasar dan Waktu

Kondisi pasar memengaruhi posisi tawar. Jika pasar sedang lesu atau ada tekanan finansial di pihak penjual, pembeli bisa memanfaatkan situasi untuk menawar harga lebih rendah. Sebaliknya, jika pasar ramai dan banyak pesaing, pertimbangkan strategi lain seperti earn‑out untuk tetap menarik bagi penjual.

 

Sumber : Dr. Galih Endradita M


akuisisi-rumah-sakit.png

Akuisisi rumah sakit merupakan langkah strategis bagi banyak lembaga kesehatan untuk memperluas jaringan, meningkatkan kualitas layanan atau memenuhi tuntutan pasar. Proses ini tidak hanya melibatkan transaksi keuangan, tetapi juga penilaian mendalam terhadap aspek hukum, keuangan, operasional dan budaya organisasi. Artikel ini disusun sebagai model artikel internet yang optimal untuk SEO, menghadirkan kata kunci seperti pedoman akuisisi rumah sakitdue diligence, dan integrasi pasca akuisisi agar mudah ditemukan melalui mesin pencari.

Dengan mengikuti kerangka langkah demi langkah yang teruji, pemilik rumah sakit, manajemen, dan investor dapat memahami bagaimana melakukan akuisisi secara efektif dan efisien serta meminimalkan risiko. Panduan ini dirujuk dari sumber terpercaya yang menekankan pentingnya pemeriksaan menyeluruh (due diligence) pada aspek hukum dan keuangan serta mengelola integrasi organisasi dengan komunikasi yang kuat.

1. Definisi dan Tujuan Akuisisi Rumah Sakit

Akuisisi rumah sakit adalah proses pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian sebuah rumah sakit oleh perusahaan lain. Tujuan utamanya meliputi:

  • Ekspansi layanan dan jangkauan pasien – memperluas layanan kesehatan ke wilayah baru.
  • Efisiensi operasional – mengoptimalkan sumber daya dan menurunkan biaya melalui sinergi.
  • Peningkatan kualitas dan teknologi – memanfaatkan aset dan keahlian baru untuk meningkatkan layanan.

Proses ini harus mengikuti regulasi kesehatan nasional, termasuk ketentuan [Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 31/2022] yang berlaku.

2. Tahap Perencanaan Strategis

Tahapan awal akuisisi melibatkan perencanaan matang:

  1. Identifikasi kebutuhan dan tujuan: rumuskan mengapa akuisisi perlu dilakukan dan hasil yang diharapkan.
  2. Pembuatan tim kerja: pilih tim multidisiplin yang melibatkan ahli hukum, keuangan, kesehatan, dan teknologi informasi.
  3. Analisis pasar dan target: gunakan data demografis, tren kesehatan, dan catatan perizinan untuk memilih calon rumah sakit.
  4. Penilaian awal: tinjau laporan keuangan dan legal untuk menilai kelayakan sebelum memasuki due diligence.

Perencanaan strategis yang baik mengurangi kejutan yang tidak diinginkan saat melakukan penilaian lebih mendalam.

3. Due Diligence: Pemeriksaan Menyeluruh

Due diligence adalah inti dari proses akuisisi. Setiap aspek harus diperiksa untuk mengidentifikasi risiko dan peluang:

3.1 Aspek Hukum dan Kepatuhan

Teliti perjanjian pendirian, izin operasional, hak kepemilikan properti, perizinan fasilitas, serta kepatuhan terhadap peraturan kesehatan dan lingkungan. Pastikan tidak ada klaim hak tanggungan atau sengketa hukum yang sedang berjalan.

3.2 Aspek Keuangan dan Utang

Periksa laporan keuangan audited, utang jangka pendek/panjang, arus kas, pendapatan, dan proyeksi keuangan. Perhatikan komposisi payor mix (persentase pendapatan dari BPJS, asuransi, tunai) dan kecukupan modal kerja. Kajian keuangan yang cermat memungkinkan menentukan valuasi dan struktur pembayaran.

3.3 Aset dan Inventaris

Inventarisasi semua aset fisik (bangunan, peralatan medis, kendaraan ambulans) dan aset tak berwujud (hak paten, merek dagang). Pastikan status kepemilikan jelas dan terdaftar, serta peralatan terawat baik. Evaluasi apakah aset dapat diperbarui atau perlu investasi tambahan.

3.4 Kontrak dan Perjanjian

Tinjau kontrak dengan pemasok, tenaga medis, perusahaan asuransi, dan pihak ketiga lain. Pastikan syarat kontrak tidak merugikan dan ada klausul yang memungkinkan pengalihan kepemilikan. Upayakan renegosiasi kontrak untuk mendapatkan syarat lebih baik jika dibutuhkan.

3.5 Sumber Daya Manusia

Analisis data karyawan, struktur gaji, tunjangan, dan perjanjian kerja. Identifikasi tenaga ahli kunci yang harus dipertahankan untuk menjamin kelangsungan layanan. Evaluasi kebijakan rekrutmen dan pelatihan untuk memastikan kualitas tenaga medis dan staf.

3.6 Asuransi dan Potensi Klaim

Periksa polis asuransi rumah sakit, termasuk cakupan kewajiban dan klaim yang pernah diajukan. Pastikan tidak ada klaim yang besar atau perselisihan yang dapat menimbulkan kewajiban finansial mendadak setelah akuisisi.

3.7 Lingkungan dan K3

Evaluasi kepatuhan terhadap standar keselamatan kerja dan lingkungan hidup. Audit ini memastikan rumah sakit mengikuti peraturan limbah medis, pengelolaan bahan berbahaya, dan keselamatan gedung. Ketidakpatuhan dapat menyebabkan denda atau penutupan.

3.8 Litigasi dan Risiko Hukum

Pastikan tidak ada gugatan hukum yang sedang berjalan atau potensi tuntutan yang akan membebani setelah akuisisi. Konsultasikan dengan tim hukum untuk mengevaluasi risiko dan strategi mitigasi.

4. Negosiasi dan Penyusunan Transaksi

Setelah due diligence selesai, pihak pembeli dan penjual dapat menyusun skema transaksi. Pertimbangkan:

  1. Harga dan struktur pembayaran: pembayaran tunai, cicilan, atau skema earn-out berbasis kinerja.
  2. Perjanjian jual beli: perjanjian harus mencakup jaminan dan ganti rugi serta klausul penyesuaian harga.
  3. Persetujuan regulator: ajukan perizinan ke Kementerian Kesehatan dan lembaga terkait. Pastikan persyaratan merger atau akuisisi dipenuhi.
  4. Perencanaan integrasi awal: mulai merencanakan transisi operasional, teknologi, dan kebijakan SDM sebelum transaksi ditutup.

Negosiasi yang transparan dan profesional membangun kepercayaan antara kedua pihak dan memperlancar proses transaksi.

5. Proses Penutupan dan Integrasi Pasca Akuisisi

Menutup transaksi bukan akhir dari proses; integrasi pasca akuisisi adalah tahap krusial yang menentukan keberhasilan jangka panjang:

  1. Struktur Kepemimpinan: definisikan struktur kepemimpinan baru yang jelas dan komunikasikan peran serta tanggung jawab kepada seluruh staf.
  2. Komunikasi dan Branding: buat pesan tunggal yang konsisten untuk karyawan, pasien, dan pihak eksternal untuk menghindari kebingungan. Pertimbangkan rebranding rumah sakit untuk mencerminkan identitas baru.
  3. Integrasi Operasional: selaraskan SOP, sistem informasi (rekam medis elektronik), dan kebijakan manajemen risiko. Lakukan pelatihan untuk karyawan dalam menggunakan teknologi atau protokol baru.
  4. Kultur dan SDM: bangun budaya organisasi yang inklusif dengan program orientasi dan penilaian kinerja. Pastikan kompensasi dan tunjangan selaras sehingga tidak menimbulkan ketidakpuasan.
  5. Evaluasi Kinerja: tetapkan indikator kinerja (KPIs) seperti tingkat kepuasan pasien, efisiensi operasi, dan profitabilitas untuk memantau keberhasilan integrasi.

6. Risiko dan Mitigasi

Beberapa risiko umum dalam akuisisi rumah sakit meliputi:

  • Overvaluation: membayar di atas nilai wajar akibat penilaian aset atau potensi pendapatan yang terlalu optimistis.
  • Kulturs clash: perbedaan budaya organisasi yang menghambat kolaborasi.
  • Ketidakpatuhan regulasi: kelalaian dalam mematuhi hukum menyebabkan denda atau litigasi.
  • Gangguan layanan: transisi buruk menurunkan kualitas layanan yang mengakibatkan hilangnya kepercayaan pasien.

Strategi mitigasi antara lain adalah melakukan due diligence menyeluruh, membuat perencanaan integrasi yang solid, dan melibatkan konsultan berpengalaman.

Akuisisi rumah sakit yang sukses membutuhkan persiapan matang, pemeriksaan komprehensif, negosiasi yang fair, dan integrasi terencana dengan baik. Dengan mematuhi panduan dalam artikel ini, pelaku usaha dapat mengurangi risiko dan meningkatkan peluang keberhasilan. Penting untuk selalu mengikuti perkembangan regulasi dan tren industri kesehatan agar setiap keputusan tetap relevan.

Penerapan proses due diligence yang menyeluruh dan pendekatan manajemen perubahan yang terstruktur merupakan kunci utama dalam mewujudkan akuisisi yang efisien dan efektif. Semoga panduan ini membantu Anda dalam merancang strategi akuisisi rumah sakit yang berkelanjutan.

 

Sumber : Dr. Galih Endradita M


Surat-Keterangan-Medis-di-Indonesia-Update-Regulasi-dan-Implikasi-Etis.png

Surat keterangan medis adalah salah satu dokumen resmi yang memiliki peran vital dalam sistem kesehatan dan administrasi di Indonesia. Dokumen ini digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan administratif, hukum, hingga sosial bagi pasien maupun institusi yang terkait. Namun, penerbitannya tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Terdapat landasan etika, regulasi hukum, dan standar profesi kedokteran yang harus dipatuhi agar dokumen ini sah secara medis dan legal.

Surat keterangan medis (SKM) bukan hanya dokumen administratif biasa, tetapi instrumen medis-legal yang memiliki peran krusial dalam sistem kesehatan dan hukum di Indonesia. Dokumen ini digunakan sebagai dasar pemberian hak pasien, cuti sakit karyawan, bukti dalam proses hukum, hingga syarat administratif lainnya. Namun, SKM tidak dapat diterbitkan sembarangan. Ada aturan etika kedokteran, regulasi hukum terbaru, dan prosedur medis yang wajib dipenuhi agar sah dan terhindar dari pelanggaran pidana.

1. Pengertian Surat Keterangan Medis

Surat keterangan medis adalah dokumen tertulis yang diterbitkan oleh dokter yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP), berisi keterangan atau pendapat medis tentang kondisi fisik, mental, atau status kesehatan seseorang berdasarkan pemeriksaan langsung. Dokumen ini dapat berfungsi sebagai:

  • Bukti administrasi untuk cuti sakit atau perpanjangan izin kerja.
  • Persyaratan dalam proses hukum, asuransi, atau perjalanan.
  • Dokumen legal untuk mendapatkan fasilitas kesehatan atau bantuan sosial.
  • Bukti medis dalam proses penyidikan dan peradilan (misalnya visum et repertum).

2. Landasan Etika Kedokteran

Pasal 7 KODEKI 2012

“Seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.”

Pasal ini menegaskan beberapa prinsip mendasar:

  • Dokter tidak boleh memberikan surat keterangan medis tanpa melakukan pemeriksaan langsung.
  • Surat keterangan tidak boleh dibuat hanya atas dasar permintaan pasien, keluarga, atau pihak ketiga tanpa bukti medis yang sah.
  • Dokter wajib menghindari konflik kepentingan dalam pemberian surat keterangan medis.

Selain itu, dokter dilarang menerbitkan surat sakit untuk pihak yang sehat, misalnya orang tua yang ingin izin tidak bekerja karena merawat anak sakit tanpa ada dasar medis yang sesuai.

3. Jenis-Jenis Surat Keterangan Medis

Surat keterangan medis mencakup berbagai bentuk dokumen, antara lain:

  1. Surat keterangan sakit atau sehat (fisik maupun mental).
  2. Surat keterangan kelahiran atau kematian.
  3. Surat keterangan disabilitas (cacat fisik atau mental).
  4. Surat keterangan gangguan jiwa atau demensia.
  5. Surat keterangan untuk keperluan asuransi jiwa, perkawinan, perjalanan ke luar negeri, atau bukti imunisasi.
  6. Surat keterangan laik diwawancarai, disidangkan, atau dihukum (terkait perkara pidana).
  7. Surat keterangan rehabilitasi atau bebas narkotika/psikotropika.
  8. Visum et repertum untuk kepentingan penyidikan.

Pada kasus kompleks atau memerlukan analisis multidisiplin, tim dokter pemeriksa dapat dibentuk untuk menjamin akurasi isi surat dan pertanggungjawaban profesional.

4. Regulasi Terbaru: Sanksi Hukum dalam KUHP 2023

KUHP baru (UU No. 1 Tahun 2023) memberikan dasar hukum yang jelas dan sanksi tegas bagi dokter atau pihak lain yang memalsukan surat keterangan medis. Aturan ini tertuang dalam Pasal 395 dan 396, yang merupakan pembaruan dari pasal 267–268 KUHP lama.

Pasal 395 – Pemalsuan Surat Keterangan Kesehatan

  1. Dokter yang memberikan surat keterangan tentang kesehatan atau kematian seseorang yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, dipidana dengan:
    • Penjara paling lama 4 tahun, atau
    • Denda kategori IV.
  2. Jika surat tersebut diberikan dengan maksud memasukkan atau menahan seseorang ke rumah sakit jiwa, pidana dapat mencapai:
    • 8 tahun penjara, atau
    • Denda kategori VI.
  3. Pidana juga berlaku bagi setiap orang yang menggunakan surat palsu tersebut seolah-olah sah.

Pasal 396 – Pemalsuan atau Penggunaan Surat Dokter

  • Setiap orang (baik dokter maupun non-dokter) yang:
    1. Membuat surat keterangan dokter yang tidak benar atau dipalsukan tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan, atau cacat, dengan maksud menyesatkan pejabat berwenang atau penanggung asuransi, atau
    2. Menggunakan surat palsu seolah-olah benar,
      dapat dipidana hingga 3 tahun 6 bulan atau denda kategori V.

Penjelasan Pasal 395

  • Surat keterangan kesehatan mencakup kesehatan fisik dan mental.
  • Surat keterangan kematian mencakup status dan penyebab kematian seseorang.

5. Prosedur Standar Penerbitan Surat Keterangan Medis

Fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki SOP internal yang mengatur penerbitan surat keterangan medis, minimal meliputi:

  1. Verifikasi Identitas Pasien – Memastikan data pasien benar dan tercatat di rekam medis.
  2. Pemeriksaan Medis Langsung – Dokter wajib melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan/atau pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan.
  3. Diagnosis dan Penilaian Klinis – Menentukan kelayakan pemberian surat berdasarkan fakta medis.
  4. Penyusunan Surat – Harus memuat:
    • Nama, tanda tangan, dan SIP dokter penerbit.
    • Hasil pemeriksaan atau kesimpulan medis.
    • Lama waktu sakit atau rekomendasi tindakan medis.
    • Stempel resmi fasilitas kesehatan.
  5. Dokumentasi Rekam Medis – Semua surat keterangan menjadi bagian dari rekam medis pasien sesuai Permenkes Nomor 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis Elektronik.

6. Larangan dan Batasan

  • Dokter dilarang memberikan SKM untuk alasan yang tidak berhubungan dengan kondisi medis pasien (misalnya, surat sakit untuk keluarga yang sehat).
  • Dokter tidak boleh menambahkan informasi yang tidak sesuai fakta, atau menghilangkan informasi penting yang dapat mengubah substansi surat.
  • Dokter harus menolak permintaan pembuatan SKM palsu meskipun ada tekanan dari pihak pasien, keluarga, perusahaan, atau pihak berwenang.

7. Risiko Penyalahgunaan dan Konsekuensi Hukum

Penyalahgunaan surat keterangan medis dapat terjadi dalam bentuk:

  • Pemalsuan surat untuk tujuan manipulasi hukum atau administrasi.
  • Penerbitan surat tanpa pemeriksaan medis yang memadai.
  • Penggunaan surat sakit palsu oleh karyawan untuk menghindari kewajiban kerja.

Dampak yang ditimbulkan:

  • Sanksi pidana sesuai Pasal 395–396 KUHP 2023.
  • Sanksi disiplin dan etik dari Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) dan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
  • Kerugian reputasi bagi profesi medis dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan.

Surat Keterangan Medis adalah dokumen vital dalam pelayanan kesehatan dan administrasi publik di Indonesia. Dengan KUHP baru (UU No. 1 Tahun 2023), sanksi terhadap pemalsuan SKM semakin tegas, memberikan perlindungan hukum sekaligus menjaga integritas profesi medis.

Dokter wajib mematuhi Kode Etik Kedokteran Pasal 7, menjalankan pemeriksaan medis yang valid, dan memastikan setiap surat diterbitkan sesuai prosedur. Hanya dengan tata kelola yang baik, SKM dapat menjadi instrumen legal, etis, dan profesional untuk melindungi hak pasien dan menjaga kepercayaan publik terhadap layanan kesehatan di Indonesia

 

Sumber : Dr. Galih Endradita M


Kelola-Komorbid-dan-Stres-Untuk-Cegah-Stroke.png

Stroke, sebuah kondisi serius yang bisa memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup seseorang, dapat dicegah melalui upaya yang tepat. Dalam usaha mencegah stroke, peran komorbid (kondisi kesehatan tambahan) dan pengelolaan stres memiliki peranan penting.

Stroke Dapat Dicegah Dengan Mengelola Komorbid Dan Stres

Stroke adalah gangguan yang terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu, baik karena pembuluh darah yang pecah atau tersumbat. Hal ini dapat mengakibatkan kelumpuhan wajah atau anggota tubuh, serta gangguan berbicara. Namun, berbagai upaya bisa dilakukan untuk mencegahnya.

Usia merupakan faktor risiko yang signifikan dalam stroke. Orang di atas usia 40 tahun lebih rentan terhadap stroke karena pembuluh darah otak cenderung menjadi kaku dan tidak elastis. Namun, selain usia, ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko stroke, yaitu faktor komorbid.

Faktor komorbid atau penyakit penyerta adalah kondisi tambahan yang dapat meningkatkan risiko stroke. Beberapa di antaranya termasuk tekanan darah tinggi, diabetes, tingkat kolesterol yang tinggi, dan obesitas. Penting untuk memantau dan menjaga agar faktor-faktor ini tetap dalam batas normal untuk mengurangi risiko stroke.

Jika sudah memiliki kondisi komorbid, tindakan yang tepat adalah menjaga agar kondisi ini tetap terkendali. Ini dapat dilakukan melalui perubahan gaya hidup, seperti berolahraga secara teratur, mengatur berat badan, berhenti merokok, dan mengontrol pola makan dengan membatasi gula, garam, dan lemak.

Stres adalah faktor lain yang perlu diperhatikan dalam mencegah stroke. Stres dapat mengganggu pola tidur, pola makan, dan bahkan keseimbangan tubuh. Jika Anda rentan terhadap stres, penting untuk mengidentifikasi penyebab stres dan mencari solusi untuk menghindarinya.

Salah satu cara sederhana dan efektif adalah berbicara dengan teman atau keluarga sebagai bentuk curhat. Ini dapat membantu mengurangi tingkat stres tanpa biaya besar.

Pesan yang perlu diingat, pencegahan adalah kunci untuk mengatasi risiko stroke. Dengan mengelola kondisi komorbid Anda dan menghadapi stres dengan bijak, Anda dapat mengurangi risiko stroke dan menjalani hidup yang lebih sehat.

Sebagai bagian dari upaya pencegahan, berkonsultasilah dengan dokter untuk mendapatkan panduan yang sesuai dengan kondisi Anda.

Sumber : AyoSehat


leukemia-pada-anak.png

Leukemia, atau biasa dikenal sebagai kanker darah, merupakan salah satu jenis keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang dan dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Tahukah Ayah dan Bunda jika leukemia pada anak merupakan suatu jenis penyakit keganasan tersering? Angka kejadian leukemia di Indonesia adalah ¾ kasus dari seluruh kasus keganasan pada anak.

Leukemia adalah kanker sel darah putih atau leukosit. Kanker ini menyerang sumsum tulang karena disanalah leukosit diproduksi. Akibat kanker ini, maka sumsum tulang didominasi oleh sel-sel kanker tersebut, akibatnya fungsi sumsum tulang terganggu. Sumsum tulang terletak di rongga tulang yang berfungsi sebagai tempat produksi komponen-komponen darah, seperti sel darah merah, trombosit dan sel darah putih. Penyakit leukemia menyebabkan fungsi sumsum tulang terganggu, sehingga seluruh kegiatan produksi darah (hematopoesis), yaitu : pembetukan sel darah merah (eritropoesis), pembentukan sel limfosit (limfopoesis), pembentukan trombosit (trombopoesis) dan granulopoesis mengalami gangguan. Anak yang menderita sakit ini akan mengalami anemia, mudah mengalami perdarahan dan mudah terkena infeksi.

Akibat adanya gangguan sistem pembentukan darah, maka dapat muncul bermacam – macam gejala, seperti :

1. Pucat (anemia)

Pucat pada anak disebabkan oleh kurangnya sel darah merah. Gejala ini dapat diwaspadai oleh orangtua dengan melihat apakah bibir anak pucat atau tidak.

2. Perdarahan

Perdarahan pada anak dapat berupa lebam di kulit, mimisan ataupun berupa bercak merah sebagai tanda adanya perdarahan. Perdarahan ini disebabkan oleh trombositopenia atau trombosit kurang dari jumlah normal (<150.000/µL). Semakin rendah trombosit msemakin tinggi risiko perdarahan.

3. Mudah terinfeksi

Sel leukosit yang diproduksi sumsum tulang bukanlah leukosit yang normal, sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal ini menyebabkan anak mudah terinfeksi kuman maupun virus.

4. Demam

Sel kanker dapat menyebabkan demam karena ada pelepasan zat-zat peradangan (sitokin inflamasi) sehingga menyebabkan demam. Selain itu, demam juga sering disebabkan karena adanya infeksi akibat kekebalan yang menurun.

5. Nyeri tulang/sendi

Nyeri yang dirasakan pada anak merupakan manifestasi dari adanya infiltrasi (penyebaran) sel-sel kanker yang masuk kedalam permukaan tulang maupun sendi. Selain nyeri, leukemia pada anak juga menyebabkan bengkak di daerah persendian.

6. Pembesaran organ (organomegali)

Pembesaran organ atau organomegali disebabkan oleh sel kanker yang menyebar ke hati, limfa, kelenjar getah bening ataupun organ lain. Pembesaran ini sering ditemukan secara tidak sengaja ketika dokter sedang melakukan pemeriksaan fisik.

7. Kloroma

Kloroma adalah salah satu tanda khas dari leukemia yang berupa bercak kehitaman pada kulit. Gejala ini merupakan salah satu tanda adanya infiltasi sel kanker ke dermis, subdermis atau epidermis pada kulit.

8. Hiperleukositosis

Pada keadaan tertentu anak dapat mengalami kenaikan jumlah sel leukosit yang sangat tinggi, yaitu lebih dari 100.000/µL. Hiperleukositosis ini dapat menyebabkan komplikasi atau penyakit penyerta berupa kejang, sesak, perdarahan pada paru, otak maupun ginjal. Anak – anak yang memiliki gejala di atas, perlu segera diperiksa oleh dokter spesialis anak untuk pemeriksaan dan konfirmasi diagnosis lebih lanjut.

Pada anak, adanya leukemia sering kali terdeteksi secara tidak sengaja, yaitu baru diketahui ketika anaknya berobat untuk keluhan lain seperti demam, atau batuk dan pilek. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter ternyata ditemukan gejala lain, seperti anak tampak pucat, atau adanya pembesaran organ yang tidak diketahui oleh orangtua sebelumnya. Hal ini membuat kebanyakan pasien leukemia datang terlambat untuk berobat.

Apa yang harus dilakukan oleh orangtua di rumah?

  1. Selalu memperhatikan kondisi anak, apakar terdapat gejala-gejala seperti diatas atau tidak.
  2. Apabila ada keluhan tersebut maka segera bawa anak ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Dokter umum atau dokter anak yang memeriksa akan melakukan pemeriksaan sesuai dengan kompetensi mereka. Salah satu yang akan dilakukan adalah pemeriksaan darah (darah tepi lengkap). Pemeriksaan tersebut merupakan salah satu skrining awal adanya kelainan pada darah. Tentunya dokter yang memeriksa yang akan menyampaikan hasilnya kepada orangtua.

Faktor risiko pada anak

Berbeda dengan dewasa yang lebih banyak dipengaruhi oleh gaya hidup, pada anak faktor genetik menjadi faktor menderita leukemia. Berikut ini beberapa faktor yang meningkatkan risiko seorang anak menderita penyakit leukemia:

  1. Faktor genetik.

Adanya kelainan genetik yang diketahui merupakan salah satu keadaan yang ditemukan pada leukemia. Hal tersebut diturunkan oleh orangtua, baik secara langsung maupun tidak. Pada anak dengan riwayat penyakit kanker pada keluarga memiliki risiko keganasan apapun jenisnya, termasuk leukemia.

  1. Faktor lingkungan.

Faktor lingkungan diduga berperan dalam terjadinya kanker, seperti radiasi, paparan zat kimia, dan polusi udara, dsb.

Jenis–jenis  leukemia

Secara garis besar leukemia dibagi menjadi leukemia akut dan kronis. Leukemia juga dapat digolongkan berdasrakan jenis sel leukosit yang terlibat, yaitu leukemia limfoblastik dan mieloblastik. Pada anak leukemia yang paling banyak ditemukan adalah jenis leukemia limfoblastik akut (LLA).

Selain leukemia akut, terdapat juga jenis leukemia kronik. Leukemia kronik dibagi menjadi dua, yaitu leukemia mieloblastik kronik (LMK) dan leukemia limfositik kronik (LLK). Pada anak leukemia mieloblastik kronik (LMK) yang banyak ditemukan, sedangkan jenis leukemia limfositik kronik (LLK) pada anak jarang sekali.

Prognosis leukemia pada Anak

Keberhasilan pengobatan leukemia tergantung dari jenis leukemia dan stratifikasi risikonya. Penderita leukemia yang memiliki risiko tinggi, semakin kurang baik pula prognosisnya. Di Indonesia dilaporkan angka sintasan atau tingkat kelangsungan hidup anak yang menderita leukemia limfositik akut (LLA) sebesar 70 – 80 %. Namun, harus diingat bahwa selalu ada risiko kambuh, yaitu kembalinya tanda dan gejala penyakit setelah mengalami remisi (sembuh).

Diagnosis dini melalui pemeriksaan oleh dokter dan pengobatan yang tepat dapat memberikan prognosis yang baik. Ingat, selalu konsultasikan keluhan anak Anda ke dokter di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.

 

Sumber : IDAI


menjega-kesehatan-otak.png

 Otak merupakan organ yang sangat penting pada tubuh. Fungsi dari otak adalah untuk mengatur dan mengkordinir semua gerakan, perilaku dan fungsi tubuh lain. Otak manusia bertanggung jawab terhadap fungsi pengaturan seluruh badan, pengenalan, emosi, pembelajaran motorik dan pemikiran. Berat otak manusia berkisar antara 1200-1400 gram, merupakan 2?ri berat badan total manusia. Walaupun hanya 2?ri berat badan total manusia, fungsi otak sangatlah penting. Oleh karena itu menjaga kesehatan otak merupakan hal yang sangat mutlak untuk menjaga kelangsungan hidup manusia.

            Manfaat menjaga kesehatan otak adalah  memperlambat proses kepikunan, berpikir lebih cerdas, mencegah penyakit-penyakit otak yaitu stroke dan kepikunan, berprestasi dengan lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup kita.  Oleh karena itu menjaga kesehatan otak kita adalah sesuatu yang sangat penting.

            Stroke adalah penyakit yang merupakan penyebab kematian tersering ke tiga di negara Amerika, merupakan penyakit yang paling sering menimbulkan kecacatan. Menurut American Heart Association, diperkirakan terjadi 3 juta penderita stroke pertahun, dan 500.000 penderita stroke yang baru terjadi pertahun. Menurut Riskesdas 2014 (Riset Kesehatan Dasar), stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang utama di Indonesia.

            Kepikunan merupakan salah satu penyakit otak yang sering ditemukan saat ini. Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar, meningkat dari sekitar 6.5 milyar di tahun 2006. Peningkatan jumlah penduduk tersebut diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas; antara tahun 1970 sampai tahun 2025, jumlah mereka diperkirakan akan meningkat 223% atau bertambah sekitar 694 juta jiwa. Di tahun 2025 akan terdapat sekitar 1.2 milyar penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas, yang akan menjadi 2 milyar di tahun 2050; 80% di antaranya tinggal di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Oleh karena itu kepikunan merupakan salah satu masalah kesehatan yang akan dihadapi, dewasa ini.

            Pencegahan terhadap penyakit otak merupakan salah satu sasaran untuk menciptakan program Indonesia Sehat.

Hal-hal yang dapat kita lakukan untuk menjaga kesehatan otak adalah:

Melakukan aktivitas fisik

Melakukan aktivitas fisik lebih dari 30 menit setiap hari.  Aktivitas fisik dapat berupa jalan cepat, berenang, bersepeda, naik tangga, dan lakukan hal-hal yang menyenangkan selama 30-45 menit.

Gizi seimbang

Asupan makanan yang seimbang baik jenis dan jumlah. Dengan pengaturan gizi yang seimbang, dapat mengurangi risiko penyakit stroke dan kepikunan.

Jauhi pola hidup tidak sehat

Hindari rokok,  minum minuman beralkohol, dan penggunaan obat-obatan terlarang.

Aktif bersosialisasi

Ikut serta dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan.

Melakukan kegiatan yang merangsang proses berpikir dan mental

Dengan permainan-permainan berpikir seperti catur, game di komputer, membaca, mengisi TTS, dan lain-lain.

Menghindari stres dan depresi.

Penurunan kualitas hidup banyak dipengaruhi oleh stres dan depresi. Cara menghindari stres dan depresi adalah dengan melakukan hobi yang disukai.

Beribadah

Meningkatkan fungsi otak lebih baik

Berpikir positif.

Tidur yang cukup dan berkualitas

Tidur yang cukup selama 6-8 jam meningkatkan kualitas otak.

Memperhatikan berat badan, kolesterol, tekanan darah, kencing manis, dan asam urat.

 Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter

Oleh karena itu lakukanlah dengan segera langkah-langkah tersebut di atas, untuk menjaga kesehatan otak, sehingga dapat lebih produktif, masa depan lebih baik, dan bahagia , serta dapat meningkatkan kualitas hidup anda.

 

Sumber : PERDOSNI


Minuman-Apa-yang-Paling-Ideal-untuk-Kesehatan-Jantung.png

Halo semuanya, kali ini saya ingin membahas sesuatu yang kelihatannya sepele, tapi pengaruhnya luar biasa besar terhadap kesehatan jantung, yaitu: minuman yang kita konsumsi setiap hari. Seringkali kita tidak sadar, bahwa penyakit jantung tidak hanya dipicu dari makanan yang kita kunyah, tapi juga dari apa yang kita teguk.

Secara fisiologis, tujuan kita minum sebenarnya sangat sederhana: menggantikan cairan tubuh yang hilang. Cairan dibutuhkan untuk menjaga tekanan darah tetap stabil, mendukung kerja ginjal, menjaga suhu tubuh, dan membantu sirkulasi darah. Jantung kita memompa sekitar 5 liter darah per menit, dan darah itu 90%-nya adalah air. Jadi kalau kita kekurangan cairan, darah jadi lebih kental, tekanan darah bisa turun, detak jantung naik, bahkan bisa memicu serangan jantung pada pasien dengan penyakit jantung yang sudah ada.

Tapi sayangnya, manusia modern punya kecenderungan yang sangat kuat untuk minum bukan demi kebutuhan fisiologis, tapi demi memuaskan hawa nafsu lidah. Haus? Maunya yang dingin dan manis. Dahaga? Nyarinya yang berbuih dan bikin segar di iklan. Maka tidak heran jika minuman yang jadi pilihan bukan air putih, tapi soft drink seperti Coca-Cola, Sprite, Fanta, dan sejenisnya. Dan inilah ‘Jebakan Batman’ yang harus kita sadari bersama.

Minuman seperti soda itu memang dirancang untuk memberikan rasa puas dan menyegarkan, terutama karena kandungan gas karbonasinya, gulanya yang tinggi, dan efek dinginnya. Tapi segar di mulut belum tentu segar di jantung. Satu gelas Coca-Cola ukuran 200 ml mengandung sekitar 90-110 kalori. Kalau Anda minum segelas setiap hari, itu setara dengan menambahkan hampir 33.000 kalori per tahun, yang bisa menyebabkan kenaikan berat badan sekitar 4-5 kg jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik.

Dan itu baru Coca-Cola. Bagaimana dengan minuman lokal kita yang lain? Bajigur, bandrek, sekoteng, wedang ronde –enak, hangat, penuh kenangan. Tapi kalau dibongkar kandungannya? Banyak yang pakai santan, gula aren, susu kental manis, bahkan tambahan kacang goreng atau ketan. Maka tak heran, satu gelas bajigur pun bisa menyumbang 200-300 kalori. Belum lagi kalau diminum dua kali sehari. Belum lagi kalau habis itu lanjut makan martabak manis.

Kadang kita juga suka ‘tersandung oleh-oleh’. Coba kalau jalan-jalan ke daerah, pasti sering lihat sirup-sirup oleh-oleh dengan warna mencolok –rasa cocopandan, jeruk kunci, atau markisa. Bahan bakunya? Hampir selalu sirup gula pekat dengan perisa. Jadi meskipun Anda merasa cuma minum ‘air rasa’, sebenarnya Anda sedang menambahkan 100-150 kalori ke dalam tubuh Anda hanya dalam beberapa teguk.

Bagaimana dengan air yang mengandung elektrolit atau air isotonis? Air seperti ini memang punya keunggulan, yaitu cepat diserap tubuh karena komposisinya mendekati cairan tubuh kita. Cocok digunakan saat tubuh benar-benar membutuhkan rehidrasi cepat. Tapi hati-hati –banyak air isotonis di pasaran yang juga tinggi kandungan gulanya. Kadang kita merasa minum-minuman berlabel “sehat” atau “untuk pemulihan” itu otomatis aman untuk jantung. Padahal dalam satu botolnya bisa saja tersembunyi hingga 100-150 kalori, terutama jika diberi tambahan perasa atau pewarna.

Selain itu, tidak semua orang cocok dengan air isotonis yang cenderung asam rasanya. Bagi mereka yang memiliki masalah lambung seperti maag atau GERD, minuman seperti ini justru bisa memicu rasa tidak nyaman atau nyeri ulu hati. Maka penggunaannya harus tepat sasaran.

Lalu kapan sebenarnya seseorang benar-benar butuh minuman isotonis? Pada kondisi dehidrasi berat, seperti saat sedang mengalami diare yang menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara drastis. Atau pada aktivitas fisik ekstrem, misalnya ikut lomba lari marathon, triathlon, atau olahraga berat yang dilakukan lebih dari dua jam tanpa jeda. Dalam kondisi seperti itu, cairan tubuh yang hilang lewat keringat memang perlu digantikan bukan hanya dengan air, tapi juga elektrolit seperti natrium dan kalium.

Namun kalau aktivitas Anda hanya sekadar olahraga ringan di gym selama 30-60 menit, atau sekadar jogging pagi, cukupkan kebutuhan cairan dengan air putih biasa. Tidak perlu repot membeli minuman isotonis yang sebenarnya belum Anda butuhkan. Jadi, jangan sampai niat sehat malah berujung asupan kalori tersembunyi, apalagi kalau minumannya berasa manis dan diminum setiap hari tanpa kontrol.

Logikanya sederhana: semakin manis sebuah minuman, semakin besar kandungan kalorinya. Dan semakin sering Anda konsumsi minuman tinggi kalori seperti ini, semakin besar beban metabolik tubuh Anda –yang pada akhirnya berdampak ke jantung, tekanan darah, kolesterol, dan risiko diabetes.

Lalu apa solusinya? Minuman yang paling ideal untuk kesehatan jantung sebenarnya sederhana dan murah: air putih. Ya, air putih biasa tanpa tambahan gula, tanpa perisa, tanpa pemanis buatan. Air membantu menjaga hidrasi, mengencerkan darah, menurunkan beban jantung, mendukung kerja ginjal, dan menjaga metabolisme tetap lancar.

Bagaimana dengan kandungan mineral dalam air? Memang benar, air mineral mengandung elektrolit seperti natrium, kalsium, magnesium yang bisa bermanfaat, terutama untuk orang yang aktif atau berkeringat banyak. Tapi perlu diingat, tidak semua orang butuh tambahan mineral berlebihan. Kadang-kadang justru mereka yang punya batu ginjal atau masalah jantung tertentu lebih aman dengan air yang tidak terlalu tinggi mineral.

Lalu bagaimana dengan air suling, air destilasi, atau air demineralisasi yang diproses melalui pemanasan dan penguapan? Air jenis ini bebas dari hampir semua mineral. Untuk orang sehat, air murni semacam ini tetap aman, tapi kurang cocok dikonsumsi secara eksklusif dalam jangka panjang, karena tubuh tetap butuh asupan mineral dari air. Namun pada kondisi tertentu –misalnya pasien dengan penyakit ginjal berat, batu ginjal berulang, atau gangguan metabolik tertentu– air bebas mineral justru bisa membantu mengurangi beban tubuh. Jadi, seperti biasa, semuanya harus disesuaikan dengan kebutuhan medis masing-masing.

Kesimpulannya? Kalau Anda ingin menjaga jantung tetap sehat, jangan fokus hanya pada apa yang Anda kunyah, tapi juga pada apa yang Anda teguk. Dan kalau haus, jangan cari yang ‘segar’ di mulut, tapi yang aman di jantung. Karena kadang, satu teguk Coca-Cola lebih berbahaya daripada satu sendok nasi. Maka mari mulai ubah kebiasaan dari sekarang. Pilih air putih sebagai teman setia jantung Anda. Lebih hemat, lebih sehat, dan tak perlu khawatir berat badan naik gara-gara minum.*

 

Sumber : PERKI


bantuan-hidup-dasar.png

Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah keterampilan yang sangat penting dan dapat menyelamatkan nyawa dalam situasi darurat seperti henti jantung mendadak. Henti jantung sendiri sebenarnya adalah kejadian yang cukup sering terjadi. American Heart Association (AHA) melaporkan bahwa diperkirakan sekitar 350.000 orang di dunia meninggal setiap tahun akibat henti jantung di luar rumah sakit. Itu berarti setiap 90 detik ada seseorang yang mengalami henti jantung.

Penyebab henti jantung sangat beragam, tergantung pada kelompok usia dan kondisi kesehatan individu. Anak-anak, misalnya, bisa mengalami henti jantung di rumah karena tersedak, tenggelam, atau tersetrum listrik. Sementara itu, pria dewasa lebih rentan mengalami henti jantung akibat serangan jantung atau gagal jantung. Kombinasi faktor seperti dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, merokok, dan kelelahan yang diperparah dengan konsumsi obat atau suplemen yang mengandung kafein dapat menjadi penyebab terjadinya aritmia mematikan yang mengakibatkan henti jantung. Terlepas dari penyebabnya, upaya menyelamatkan nyawa melalui BHD menjadi sangat penting dan harus diberikan sesegera mungkin setelah terjadinya henti jantung mendadak.

Di Indonesia, kejadian henti jantung sering kali terjadi di tempat umum dan disaksikan oleh banyak orang. Namun, sayangnya, banyak dari mereka yang tidak melakukan BHD atau Bantuan Hidup Lanjut (BLS) sama sekali. Alih-alih memberikan pertolongan pertama, korban sering kali hanya dibawa begitu saja ke rumah sakit, yang akhirnya menyebabkan mereka tidak tertolong. Keadaan ini menunjukkan betapa pentingnya edukasi dan pelatihan BHD di kalangan masyarakat umum untuk meningkatkan respons pertolongan pertama saat terjadi henti jantung.

Kasus-Kasus Nyata di Indonesia

Contoh nyata dari kondisi ini adalah Irena Justine, seorang aktris muda berusia 22 tahun yang mendadak tidak sadar saat berada di lokasi syuting. Kejadian tersebut disaksikan oleh banyak orang, tetapi tidak ada yang melakukan BHD untuknya. Irena kemudian dibawa ke rumah sakit, namun sayangnya nyawanya tidak tertolong.

Kasus lainnya adalah Markis Kido, seorang pebulutangkis terkenal yang mendadak tidak sadarkan diri di lapangan saat sedang bermain bulu tangkis. Lagi-lagi, meskipun kejadian ini disaksikan oleh banyak orang, tidak ada yang melakukan BHD. Ketika Markis tiba di instalasi gawat darurat rumah sakit, dia sudah tidak dapat diselamatkan.

Baru-baru ini, Zhang Zie Jie mengalami henti jantung mendadak saat sedang beraktivitas dan tersungkur serta mengalami kejang-kejang di depan banyak saksi mata. Tidak ada yang melakukan BHD untuk Zhang, dan akhirnya dia juga meninggal dunia setelah tiba di rumah sakit.

Upaya untuk Merubah Kenyataan Memprihatinkan Ini

Belajar dari berbagai kasus yang telah terjadi sebelumnya, muncul pertanyaan penting: Apa yang bisa kita lakukan untuk merubah kenyataan memprihatinkan ini? Salah satu langkah awal yang sangat penting adalah meningkatkan edukasi dan pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) di kalangan masyarakat. Pemerintah dan lembaga kesehatan harus bekerja sama untuk menyediakan program pelatihan BHD yang mudah diakses oleh masyarakat umum, termasuk di sekolah-sekolah, tempat kerja, dan komunitas-komunitas lokal. Selain itu, kampanye kesadaran publik mengenai pentingnya BHD dan cara-cara praktis untuk melakukannya harus digalakkan melalui media massa dan platform digital. Dengan demikian, diharapkan semakin banyak orang yang siap memberikan pertolongan pertama saat terjadi henti jantung, sehingga dapat meningkatkan peluang korban untuk bertahan hidup.

 

Integrasi BHD dalam Kurikulum Sekolah

 

Pendidikan BHD di Usia Muda

Pada usia sekolah dasar, anak-anak mulai dapat memahami instruksi sederhana dan memiliki kemampuan motorik yang cukup baik untuk melakukan beberapa teknik dasar dalam BHD. Ini adalah periode krusial di mana pengenalan BHD dapat dilakukan dengan efektif. Anak-anak pada rentang usia ini sangat reseptif terhadap pembelajaran baru dan cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga mereka lebih mudah menyerap informasi dasar tentang pentingnya BHD. Di banyak negara maju, pengenalan BHD sudah dimulai pada tahap ini sebagai bagian dari program pendidikan kesehatan di sekolah. Ini membantu membangun fondasi keterampilan dasar yang dapat mereka kembangkan seiring bertambahnya usia.

Program pendidikan BHD untuk anak-anak usia sekolah dasar biasanya mencakup beberapa komponen utama. Pertama, anak-anak diajarkan tentang pentingnya BHD dan bagaimana teknik-teknik dasar ini dapat menyelamatkan nyawa dalam situasi darurat. Mereka juga belajar mengenali tanda-tanda keadaan darurat, seperti seseorang yang tidak responsif atau kesulitan bernapas. Selain itu, mereka diberikan pengetahuan tentang cara meminta bantuan kepada orang dewasa atau petugas kesehatan dengan benar. Semua ini disampaikan melalui metode yang interaktif dan menyenangkan, seperti permainan peran, video edukatif, dan demonstrasi praktis, sehingga anak-anak tidak hanya mengerti teori, tetapi juga siap untuk menerapkan keterampilan tersebut dalam situasi nyata.

Pendidikan BHD di Usia Remaja

Remaja adalah kelompok usia yang sangat ideal untuk diajarkan BHD secara lebih mendalam. Pada usia 13-18 tahun, kemampuan kognitif dan fisik remaja sudah lebih matang, sehingga mereka dapat mempelajari dan melakukan teknik-teknik BHD dengan lebih baik dan akurat. Remaja memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih berkembang, yang memungkinkan mereka memahami lebih dalam tentang anatomi tubuh manusia, fungsi-fungsi vital, dan mekanisme BHD. Ini membuat mereka tidak hanya mampu mengikuti prosedur BHD, tetapi juga memahami logika di balik setiap langkah, yang penting untuk respons cepat dan tepat dalam situasi darurat.

Selain itu, remaja sering berada dalam situasi sosial yang memungkinkan mereka untuk memberikan pertolongan pertama kepada teman sebayanya atau orang lain di sekitar mereka. Mereka aktif dalam berbagai kegiatan seperti olahraga, kegiatan ekstrakurikuler, dan acara sosial, di mana risiko kecelakaan atau keadaan darurat medis lebih tinggi. Kemampuan untuk melakukan BHD memberikan mereka alat penting untuk bertindak sebagai penyelamat dalam situasi-situasi tersebut. Pengajaran BHD kepada remaja juga membangun rasa tanggung jawab sosial dan kepercayaan diri, karena mereka tahu bahwa mereka memiliki keterampilan yang dapat menyelamatkan nyawa orang lain. Ini tidak hanya meningkatkan keselamatan komunitas secara keseluruhan, tetapi juga membentuk generasi muda yang lebih peduli dan siap membantu.

Contoh Implementasi di Negara Lain

  1. Singapura

Di Singapura, BHD diajarkan sebagai bagian dari kurikulum pendidikan kesehatan di sekolah-sekolah. Program ini dikenal dengan nama “Life Saving Skills Programme” dan dimulai sejak sekolah dasar. Siswa diajarkan keterampilan dasar seperti resusitasi jantung paru (CPR) dan penggunaan Automated External Defibrillator (AED). Pemerintah Singapura juga mendukung program ini dengan menyediakan pelatihan bagi guru dan fasilitas yang memadai untuk praktik siswa. Selain itu, kolaborasi dengan Singapore Red Cross Society dan Singapore Heart Foundation memastikan bahwa pelatihan ini selalu mutakhir dan relevan.

  1. Korea Selatan

Di Korea Selatan, pelatihan BHD dimulai dari sekolah menengah pertama dan berlanjut hingga sekolah menengah atas. Kurikulum ini mencakup teori dan praktik BHD yang komprehensif, termasuk teknik CPR, penanganan korban tersedak, dan penanganan situasi darurat lainnya. Pemerintah Korea Selatan telah menetapkan standar nasional untuk pelatihan BHD di sekolah, yang harus diikuti oleh semua institusi pendidikan. Selain itu, Korea Selatan juga mengadakan kompetisi tahunan di mana siswa dapat menunjukkan keterampilan BHD mereka, sehingga meningkatkan motivasi dan partisipasi.

  1. Australia

Australia merupakan salah satu negara yang sangat serius dalam mengimplementasikan pelatihan BHD di sekolah. Pelatihan ini dimulai sejak usia dini, dengan program yang dirancang oleh Australian Resuscitation Council. Siswa diajarkan keterampilan dasar seperti CPR, penggunaan AED, dan cara menangani korban kecelakaan. Pelatihan ini sering kali melibatkan sesi praktikum menggunakan manikin dan simulasi situasi darurat. Pemerintah Australia juga memastikan bahwa setiap sekolah memiliki akses ke instruktur bersertifikat dan peralatan pelatihan yang diperlukan.

  1. Jepang

Di Jepang, pendidikan BHD dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah melalui program pendidikan keselamatan. Program ini dimulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Siswa diajarkan tentang pentingnya BHD, teknik-teknik dasar, dan bagaimana bertindak cepat dalam keadaan darurat. Pemerintah Jepang bekerja sama dengan berbagai organisasi kesehatan untuk memberikan pelatihan kepada guru dan memastikan bahwa setiap sekolah memiliki fasilitas yang memadai untuk pelatihan BHD. Selain itu, Jepang juga memiliki program “Disaster Preparedness Education” yang mencakup pelatihan BHD sebagai bagian dari persiapan menghadapi bencana alam.

PP/UU Keselamatan Publik

Selain mengintegrasikannya ke dalam kurikulum di sekolah, pemerintah juga perlu membuat serangkaian kebijakan yang bersifat wajib untuk fasilitas publik. Melalui Peraturan Pemerintah atau Undang-Undang Keselamatan Publik, pemerintah bisa mewajibkan agar daerah berisiko tinggi seperti mall, gym, gelanggang olahraga, dan sekolah menyediakan Automated External Defibrillator (AED). Kebijakan ini penting untuk memastikan bahwa pertolongan pertama bisa diberikan secara cepat dan efektif saat terjadi henti jantung mendadak di tempat-tempat tersebut.

Mall, gym, dan gelanggang olahraga adalah beberapa contoh tempat yang sering dikunjungi oleh banyak orang dan berpotensi tinggi terjadi henti jantung mendadak. Oleh karena itu, penting bagi tempat-tempat ini untuk dilengkapi dengan AED dan petugas yang terlatih dalam penggunaannya. Pemerintah dapat mewajibkan setiap fasilitas ini untuk memiliki setidaknya satu AED yang mudah diakses. Selain itu, pelatihan rutin untuk staf dan pengunjung tentang cara menggunakan AED dan memberikan BHD juga harus diadakan secara berkala. Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan setiap orang di fasilitas tersebut dapat memberikan pertolongan pertama yang tepat sebelum tenaga medis tiba, sehingga meningkatkan peluang korban untuk bertahan hidup.

Sekolah juga harus menjadi fokus utama dalam penerapan kebijakan penyediaan AED. Setiap sekolah, baik itu sekolah dasar, menengah, atau perguruan tinggi, perlu dilengkapi dengan AED yang ditempatkan di lokasi strategis yang mudah diakses. Guru, staf sekolah, dan bahkan siswa harus diberikan pelatihan tentang cara menggunakan AED dan melakukan BHD. Mengingat waktu respon yang cepat sangat penting dalam kasus henti jantung, keberadaan AED di sekolah dapat menjadi penentu dalam menyelamatkan nyawa siswa, guru, atau staf sekolah yang mengalami henti jantung mendadak. Pemerintah dapat memberikan insentif atau bantuan dana bagi sekolah-sekolah untuk membeli dan memelihara AED, serta mengadakan pelatihan yang diperlukan.

Kesimpulan

Mengajarkan BHD sejak dini dan mengintegrasikannya ke dalam kurikulum sekolah adalah langkah penting dalam membangun generasi yang siap menyelamatkan nyawa. Contoh dari negara-negara maju menunjukkan bahwa pelatihan BHD yang efektif dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan respons masyarakat terhadap situasi darurat. Selain itu, kebijakan pemerintah yang mewajibkan penyediaan AED di fasilitas publik seperti mall, gym, gelanggang olahraga, dan sekolah dapat meningkatkan peluang penyelamatan nyawa dalam kasus henti jantung mendadak. Dengan pendekatan yang komprehensif ini, diharapkan angka kematian akibat henti jantung dapat dikurangi secara signifikan, menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sehat bagi semua.

 

Sumber : PERKI


meninggal-saat-olahraga.png

Meninggal mendadak saat berolahraga, terutama pada aktivitas intensitas tinggi, merupakan kejadian tragis yang meski jarang, namun selalu mengejutkan dan menggugah banyak pertanyaan. Kondisi ini seringkali melibatkan individu yang tampak sehat dan bugar, membuat banyak orang bertanya-tanya mengapa hal ini bisa terjadi. Penyebab utama kematian mendadak saat berolahraga biasanya berkaitan dengan kondisi jantung yang tidak terdiagnosis, seperti kardiomiopati hipertrofik, aritmia jantung, dan penyakit jantung koroner. Selain itu, faktor-faktor eksternal seperti dehidrasi, kelelahan ekstrem, dan penggunaan suplemen atau doping juga dapat berkontribusi terhadap risiko ini.

Beberapa kasus tragis melibatkan kematian mendadak atlet selama pertandingan olahraga menyoroti betapa pentingnya pemeriksaan kesehatan jantung yang baik dan kesiapan tim medis. Hank Gathers, pemain basket Loyola Marymount University, kolaps dan meninggal saat pertandingan pada tahun 1990 di usia 23 tahun. Marc-Vivien Foe, pemain sepak bola Kamerun, meninggal saat bertanding dalam Piala Konfederasi FIFA 2003 setelah kolaps di lapangan pada usia 28 tahun. Antonio Puerta, pemain sepak bola Sevilla, pingsan di lapangan pada tahun 2007 dan meninggal beberapa hari kemudian pada usia 22 tahun. Patrick Ekeng, pemain asal Kamerun, kolaps di lapangan selama pertandingan liga Rumania pada tahun 2016 di usia 26 tahun. Michael Goolaerts, seorang pembalap sepeda, mengalami serangan jantung dan terjatuh saat mengikuti Paris-Roubaix pada tahun 2018; ia segera dibawa ke rumah sakit tetapi meninggal beberapa jam kemudian pada usia 23 tahun. Kasus-kasus ini menunjukkan risiko serius yang dapat terjadi bahkan pada atlet yang terlihat sehat dan bugar.

Belum lama ini, di Indonesia, juga terjadi kematian mendadak pada atlet badminton asal China, Zhang Zi Jie. Saat bertanding dalam babak semifinal sebuah kompetisi di Yogyakarta, Zhang mendadak jatuh dan mengalami kejang-kejang. Meskipun tim medis segera memberikan pertolongan pertama dan membawanya ke rumah sakit, nyawanya tidak tertolong. Kejadian-kejadian seperti ini menegaskan pentingnya memahami penyebab utama kematian mendadak saat berolahraga dan bagaimana cara mencegahnya. Dengan meningkatnya kesadaran akan risiko ini, diharapkan para atlet, pelatih, dan penyelenggara acara olahraga dapat mengambil langkah-langkah preventif yang tepat.

Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang kondisi jantung yang sering tidak terdiagnosis, tanda dan gejala yang perlu diwaspadai, serta cara dokter mendiagnosis kondisi-kondisi tersebut. Selain itu, akan dibahas juga strategi pencegahan dan pentingnya edukasi serta kesiapan medis dalam menghadapi situasi darurat di lapangan. Dengan informasi yang tepat, diharapkan kita semua dapat menikmati manfaat kesehatan dari olahraga tanpa mengorbankan keselamatan.

Dampak olahraga terhadap jantung 

Olahraga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan jantung. Aktivitas fisik teratur dapat memperkuat otot jantung, meningkatkan sirkulasi darah, dan membantu menjaga berat badan yang sehat, yang semuanya berkontribusi pada penurunan risiko penyakit jantung koroner. Studi menunjukkan bahwa olahraga aerobik, seperti berlari, bersepeda, dan berenang, dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi kadar kolesterol jahat (LDL), dan meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL). Selain itu, aktivitas fisik membantu mengontrol kadar gula darah dan meningkatkan sensitivitas insulin, yang penting untuk mencegah diabetes tipe 2, salah satu faktor risiko utama penyakit jantung.

Namun, olahraga yang intens dan berlebihan dapat memiliki dampak negatif terhadap jantung, terutama dalam meningkatkan risiko aritmia berbahaya dan serangan jantung. Ketika berolahraga, tubuh melepaskan hormon adrenalin yang dapat meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Pada individu dengan kelainan jantung tersembunyi, peningkatan adrenalin ini dapat memicu aritmia, seperti ventrikular takikardia atau fibrilasi, yang bisa fatal. Selain itu, hormon endorfin yang dilepaskan selama aktivitas fisik intens dapat menutupi rasa sakit, membuat seseorang tidak menyadari bahwa mereka telah melewati batas kemampuan fisik mereka, yang juga dapat meningkatkan risiko kerusakan jantung. Oleh karena itu, penting untuk berolahraga dengan bijaksana, memahami batasan tubuh, dan berkonsultasi dengan profesional medis sebelum memulai program latihan yang intens.

Kondisi jantung yang sering tidak terdeteksi dan berpotensi menimbulkan masalah saat berolahraga intensitas tinggi

1. Kardiomiopati Hipertrofik (HCM)

Kardiomiopati hipertrofik (HCM) adalah kondisi genetik di mana otot jantung menjadi lebih tebal dari biasanya tanpa penyebab yang jelas. Penebalan ini dapat mengganggu aliran darah keluar dari jantung dan menyebabkan aritmia berbahaya. Gejala HCM sering kali tidak terlihat atau ringan, seperti sesak napas, nyeri dada, dan pingsan, terutama selama atau setelah olahraga. Dokter biasanya mendiagnosis HCM melalui pemeriksaan fisik, elektrokardiogram (EKG), dan ekokardiogram untuk melihat ketebalan dinding jantung dan fungsi jantung.

2. Displasia Ventrikel Kanan Aritmogenik (ARVD)

Displasia ventrikel kanan aritmogenik (ARVD) adalah kondisi genetik lain di mana jaringan otot di ventrikel kanan jantung digantikan oleh jaringan lemak atau fibrosa. Hal ini dapat menyebabkan aritmia yang serius dan berpotensi mematikan. Gejala ARVD meliputi palpitasi, pusing, dan pingsan, terutama saat atau setelah berolahraga. Diagnosis ARVD dilakukan dengan EKG, MRI jantung, dan biopsi endomiokardial untuk memeriksa adanya jaringan abnormal di ventrikel kanan.

3. Aritmia Ventrikel yang Diinduksi oleh Olahraga

Aritmia ventrikel yang diinduksi oleh olahraga adalah kondisi di mana aktivitas fisik memicu irama jantung yang tidak normal, khususnya pada ventrikel. Gejala utamanya adalah keluhan berdebar / palpitasi dan pingsan selama olahraga. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kelainan struktural atau kelistrikan pada jantung. Dokter dapat mendiagnosis kondisi ini melalui pemeriksaan EKG saat jantung diberikan beban (Treadmill Stress Test) atau monitoring EKG 24 jam / Holter untuk mendeteksi aritmia yang terjadi selama aktivitas fisik.

4. Infark Miokard Akut

Infark miokard akut, atau serangan jantung, terjadi ketika aliran darah ke bagian otot jantung terhenti, biasanya karena penyumbatan arteri koroner. Gejala serangan jantung mencakup nyeri dada yang berat, sesak napas, keringat dingin, dan pingsan. Meskipun lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua, atlet muda juga bisa mengalami serangan jantung jika lesi aterosklerosis yang tidak signifikan dan belum bergejala mengalami ruptur, menyebabkan terbentuknya gumpalan darah yang menyumbat arteri koroner.

Risiko ini lebih tinggi pada individu yang memiliki kebiasaan tidak sehat seperti merokok, konsumsi makanan tinggi lemak, konsumsi alkohol berlebihan, dan yang sedang mengalami peradangan tidak terkontrol (misalnya, sakit influenza atau memiliki gigi bolong). Semua faktor ini, jika dikombinasikan dengan stres mekanis akibat lonjakan tekanan darah dan denyut jantung yang tinggi selama aktivitas fisik yang intens, dapat menyebabkan ruptur plak yang rentan dan memicu terjadinya serangan jantung.

Faktor lain yang dapat berkontribusi pada terjadinya henti jantung 

Selain kondisi jantung yang sudah disebutkan, faktor lain seperti dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan penggunaan doping juga dapat meningkatkan risiko henti jantung mendadak selama olahraga. Dehidrasi dapat menyebabkan penurunan volume darah, yang meningkatkan beban kerja jantung dan risiko aritmia. Ketidakseimbangan elektrolit, terutama kalium dan magnesium, juga dapat mempengaruhi fungsi jantung. Penggunaan doping dan suplemen yang tidak diawasi dengan baik dapat memperparah kondisi ini dengan memicu tekanan darah tinggi dan peningkatan denyut jantung yang berlebihan.

Apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah terjadinya henti jantung saat berolahraga?

1. Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Rutin

Sebelum memulai program olahraga intensitas tinggi, sangat penting untuk menjalani pemeriksaan kesehatan rutin. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan bahwa jantung Anda dalam kondisi yang baik dan siap menghadapi beban fisik yang berat. Tes yang biasanya dilakukan meliputi elektrokardiogram (EKG), ekokardiogram, dan tes stres untuk menilai fungsi jantung dan mendeteksi adanya kelainan struktural atau ritme jantung yang tidak normal. Konsultasi dengan dokter spesialis jantung sangat dianjurkan, terutama jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau gejala yang mencurigakan.

2. Persiapan Sebelum Berolahraga

Pastikan Anda cukup beristirahat dan terhidrasi dengan baik sebelum berolahraga. Hindari alkohol, kafein, dan obat-obatan tertentu yang dapat mempengaruhi fungsi jantung dan menyebabkan dehidrasi atau peningkatan denyut jantung secara drastis. Mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang juga penting untuk memastikan tubuh memiliki energi yang cukup dan mendukung fungsi jantung yang optimal.

3. Kesiapsiagaan Tim Kesehatan

Selama pertandingan atau latihan, penting untuk memiliki tim kesehatan yang sigap dan terlatih dalam menangani situasi darurat. Tim ini harus dilengkapi dengan peralatan medis yang memadai, termasuk alat untuk resusitasi jantung paru (RJP). Pelatihan rutin untuk tim kesehatan dalam penggunaan defibrilator eksternal otomatis (AED) dan teknik RJP sangat penting untuk memastikan respons cepat dan efektif jika terjadi henti jantung mendadak.

4. Fasilitas dengan AED

Fasilitas olahraga dan tempat-tempat lain di mana aktivitas fisik intensitas tinggi berlangsung perlu dilengkapi dengan AED. Alat ini sangat penting untuk memberikan kejutan listrik yang dapat mengembalikan ritme jantung yang normal pada orang yang mengalami henti jantung. AED harus ditempatkan di lokasi yang mudah diakses dan semua staf serta peserta harus dilatih dalam penggunaannya. Keberadaan AED dan pelatihan yang tepat dapat secara signifikan meningkatkan peluang bertahan hidup seseorang yang mengalami henti jantung mendadak.

Jika terjadi henti jantung, apakah RJP bisa membantu?

Kemarin ada pembaca yang menanyakan, jika tim medis sigap dan dilakukan RJP (resusitasi jantung paru) serta defibrilasi cepat, apakah bisa menyelamatkan nyawa? Jawabannya adalah ya, RJP dan defibrilasi cepat dapat secara signifikan meningkatkan peluang bertahan hidup seseorang yang mengalami henti jantung mendadak.

Penelitian menunjukkan bahwa RJP yang dilakukan segera setelah seseorang mengalami henti jantung dapat meningkatkan peluang bertahan hidup dua hingga tiga kali lipat. Waktu adalah faktor kunci; setiap menit penundaan dalam memulai RJP mengurangi peluang bertahan hidup sekitar 7-10%. Dengan adanya defibrilasi, khususnya menggunakan defibrilator eksternal otomatis (AED), peluang bertahan hidup dapat meningkat lebih jauh. Menurut American Heart Association, kombinasi RJP dan defibrilasi dalam 3-5 menit pertama dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup hingga 74%.

Fabrice Muamba, pemain sepak bola Bolton Wanderers, adalah salah satu contoh terkenal di mana RJP dan defibrilasi yang cepat berhasil menyelamatkan nyawa. Pada tahun 2012, Muamba kolaps di lapangan selama pertandingan Piala FA akibat henti jantung. Tim medis segera melakukan RJP dan menggunakan defibrilator. Setelah 78 menit tanpa detak jantung yang terdeteksi, Muamba akhirnya pulih sepenuhnya tanpa kerusakan otak yang signifikan, berkat respons cepat dan tindakan medis yang tepat.

Kasus lain yang terkenal adalah Christian Eriksen, pemain sepak bola Denmark, yang kolaps saat pertandingan Euro 2020. Tim medis yang berada di lapangan segera memberikan RJP dan menggunakan defibrilator untuk mengembalikan ritme jantungnya. Eriksen berhasil diselamatkan dan kemudian pulih setelah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Insiden ini menyoroti pentingnya kesiapsiagaan medis dan keberadaan AED di setiap acara olahraga.

 

Sumber : PERKI


Copyright by Markbro 2025. All rights reserved.