Mengenal Rheumatoid Arthritis: Penyakit Autoimun yang Menyerang Sendi

artikel-2024-12-06T091214.681.png

Penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan pada sendi (arthritis) pada orang dewasa dikenal sebagai rheumatoid arthritis (RA). Area sinovial sendi, sarung tendon, dan bursa dapat membengkak karena peradangan pada penderita rheumatoid arthritis. Selanjutnya, hal ini dapat menyebabkan kerusakan dan erosi pada tulang di sekitar sendi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kecacatan. Namun, sebagian besar penyakit rematik bersifat kronis, yang berarti penyakit tersebut dapat sembuh tetapi dapat kambuh lagi dan lagi, menyebabkan kerusakan sendi permanen. Pengobatan RA saat ini menunjukkan bahwa kurang efektif, memiliki banyak efek samping, dan cukup mahal. Akibatnya, diperlukan alternatif pengobatan yang dapat menjadi pilihan dalam pengobatan RA.

Alternatifnya bisa berasal dari bahan alam atau senyawa yang dihasilkan dari bahan alam. Tanaman kunyit, yang telah banyak diteliti, mengandung senyawa kurkumin. Untuk mencapai sasaran terapi, obat harus memiliki sifat kimiawi selain kemampuan fisik. Arthritis rheumatoid (RA) adalah kondisi autoimun yang menyebabkan peradangan jangka panjang pada sendi, dan sistem nanopartikel banyak digunakan untuk mengubah sifat fisik suatu senyawa. Selain itu, nanopartikel juga dapat meningkatkan efektivitas pengobatan, khususnya dalam pengobatan RA.

Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuhnya sendiri secara keliru. Reaksi autoimun mempengaruhi jaringan sinovial, menyebabkan fagositosis. Selama proses ini, enzim sendi dibuat. Selanjutnya, enzim-enzim tersebut mengurai kolagen, yang menyebabkan pembengkakan, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya pannus. Selanjutnya, pannus ini merusak tulang rawan, menyebabkan erosi tulang. Akibatnya, permukaan sendi hilang, menyebabkan ketidakmampuan untuk bergerak. Perubahan degeneratif pada serabut otot juga menyebabkan sakit pada otot. Ini mengurangi elastisitas dan kekuatan kontraksi otot.

 

Manifestasi klinis RA

Sendi seperti tangan, siku, kaki, pergelangan kaki, dan lutut biasanya terkena rheumatoid arthritis (RA). Nyeri dan pembengkakan pada sendi dapat terjadi sepanjang waktu dan cenderung menjadi lebih parah seiring waktu. Namun, dengan perawatan yang tepat, gejala kadang-kadang dapat hilang setelah beberapa hari.

Tanda klinis umum RA adalah nyeri pada sendi yang disertai dengan pembengkakan, rasa panas, kemerahan, dan gangguan fungsi. Di pagi hari, sendi yang terpengaruh dapat mengalami sensasi hangat, bengkak, dan kaku selama lebih dari 30 menit. Kondisi ini biasanya dimulai pada sendi kecil di tangan, pergelangan tangan, dan kaki. Kemudian dapat menyebar ke sendi lain seperti lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, serviks, dan tulang belakang bagian leher.

Berikut ini adalah gejala dan tanda yang umum ditemukan orang pada usia lanjut, yaitu: pada pagi hari, ada rasa kaku di sendi, terutama di lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, kaki, dan jari-jari. Setelah beberapa bulan, sendi mulai membengkak dan terasa hangat saat diraba. Kemerahan dan rasa nyeri adalah gejala lainnya, yang dapat menyebabkan demam jika tidak tertahankan, yang dapat berulang.

 

Terapi untuk RA

Tujuan dari terapi rheumatoid arthritis (RA) adalah untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan pada sendi, mengurangi kekakuan pada sendi, dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada sendi. Dalam waktu 3 hingga 6 bulan, terapi lini kedua dapat diberikan jika RA terus menunjukkan gejala agresif meskipun telah diobati dengan NSAID. Untuk pasien rheumatoid arthritis yang memiliki gejala klinis yang jelas, seperti erosi, keterlibatan banyak sendi, atau manifestasi ekstraartikuler, methotrexate dapat diberikan bersama dengan hydroxychloroquine atau sulfasalazine.

Dengan penurunan dosis prednison, atau kortikosteroid, diharapkan dapat mencegah kerusakan sendi lebih lanjut. Terapi yang menggabungkan beberapa obat lini kedua telah dikenal dalam lima tahun terakhir. Penggunaan methotrexate, sulfasalazine, dan hydroxychloroquine dianggap kurang efektif ketika diberikan secara bersamaan daripada secara terpisah. Toksisitas terhadap hati dan gangguan fungsi ginjal harus dipertimbangkan saat menggunakan obat-obatan lini kedua ini. Pengobatan baru yang menggunakan inhibitor TNF telah menunjukkan hasil yang cukup baik, dengan manifestasi klinis RA menjadi lebih baik.

 

Sumber: Kemenkes

Admin PERSI JATIM faradilla

Copyright by Markbro 2025. All rights reserved.