Pola Makan Sehat untuk Remaja dan Dewasa dengan HIV/AIDS: Apa yang Harus Dimakan?

Pola makan sangat penting untuk sistem kekebalan tubuh pasien HIV/AIDS karena mereka membutuhkan jumlah makronutrien dan mikronutrien yang cukup. Diet yang kurang variatif dapat berdampak buruk pada kesehatan, kesejahteraan, dan perkembangan seseorang, terutama dengan mengurangi kemampuan fisik, sosial, kognitif, reproduksi, dan imunologi.
Keanekaragaman makanan bersama dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada orang yang terinfeksi HIV akan sangat berpengaruh pada kualitas perawatan gizi dan konseling yang diberikan oleh tenaga medis, yang akan membantu pasien memperbaiki kualitas hidup mereka dan meningkatkan kapasitas fisik dan sosial mereka.
Karena orang dengan HIV/AIDS juga harus menghadapi infeksi oportunistik, efek buruk gizi pada mereka menjadi semakin penting. Dengan nutrisi yang baik, penyakit dapat berkembang lebih lambat. Intervensi gizi dapat memaksimalkan manfaat dari obat antiretroviral dan meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan.
Pola Makan Pasien HIV/AIDS
- Kondisi gizi seseorang dapat dipengaruhi oleh kebiasaan makan mereka yang dikenal sebagai pola makan. Tubuh dapat mencapai status gizi yang ideal dengan mengonsumsi makanan yang tepat, baik dari segi jumlah, kualitas, maupun jenisnya, untuk memenuhi kebutuhan berbagai zat gizinya.
- Selain itu, sangat umum untuk menambahkan garam ke makanan yang dimasak. Akibatnya, tidak hanya obesitas yang meningkat, tetapi juga risiko diabetes tipe 2, karies, dan penyakit jantung. Remaja yang tinggal di panti asuhan mengonsumsi daging dan kacang yang lebih sedikit dan buah yang lebih banyak daripada remaja yang tinggal bersama keluarga mereka, sehingga faktor tempat tinggal juga berpengaruh.
- Prinsip pola makan sehat menyarankan orang dewasa untuk mengonsumsi dua gelas besar susu setiap hari atau minuman susu fermentasi sebagai penggantinya. Selain itu, ada bukti bahwa penderita HIV memiliki risiko lebih tinggi terhadap masalah tulang, seperti osteopenia, dengan risiko 22%–77%.
- Mengonsumsi makanan bergizi yang sehat tidak hanya mempengaruhi kesehatan mereka, tetapi juga kualitas hidup mereka. Ini dapat membantu mengurangi risiko kekurangan gizi yang signifikan dan kekurangan mineral dan vitamin karena sifat imunostimulasinya.
- Pola makan seseorang yang menderita HIV/AIDS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan mereka. Pola makan yang tidak memenuhi kebutuhan tubuh akibat infeksi HIV dapat menyebabkan kekurangan gizi jangka panjang, sementara stadium AIDS akan mengurangi daya tahan tubuh secara signifikan terhadap infeksi lain.
- Pola makan yang kurang bervariasi juga dapat berdampak buruk pada kesehatan, kesejahteraan, dan perkembangan seseorang, terutama dengan mengurangi kemampuan fisik, sosial, kognitif, reproduksi, dan sistem imun. Pola makan sangat penting untuk sistem kekebalan tubuh penderita HIV/AIDS karena kecukupan makronutrien dan mikronutrien sangat penting untuk menjaga fungsi tubuh yang normal.
Kesimpulan
Untuk mendukung sistem kekebalan tubuh remaja dan dewasa yang menderita HIV/AIDS, sangat penting untuk mematuhi pola makan yang sehat dan kaya nutrisi. Kecukupan makronutrien dan mikronutrien membantu memperlambat perkembangan penyakit, meningkatkan efektivitas obat antiretroviral, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Diet yang tidak sehat dan tidak bervariasi dapat memperburuk kondisi kesehatan, menurunkan daya tahan tubuh, dan meningkatkan risiko kekurangan gizi dan komplikasi kesehatan lainnya. Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien HIV/AIDS dapat dicapai dengan mengonsumsi makanan kaya nutrisi seperti susu, daging, kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayur-sayuran.
Selain itu, kesehatan fisik, sosial, dan kognitif pasien dibantu oleh pola makan yang seimbang. Untuk mempertahankan kesehatan jangka panjang dan meningkatkan kapasitas fisik, sosial, dan daya tahan tubuh, orang harus makan makanan yang sehat dan mendapatkan konseling gizi yang baik dari profesional medis.
Sumber: Kemenkes