Mitos Umum tentang HIV/AIDS yang Perlu Kamu Ketahui

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kondisi patologis yang disebabkan oleh HIV, yang menyebabkan berbagai infeksi yang dimulai pada tahap yang tidak menunjukkan gejala. Terlepas dari fakta bahwa HIV/AIDS (ODHA) telah menjadi masalah kesehatan global, stigma terhadap mereka masih ada di masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kepercayaan bahwa HIV/AIDS sering dikaitkan dengan tindakan atau kebiasaan yang dianggap tidak sehat atau bertentangan dengan norma sosial yang berlaku. Memberikan label negatif terhadap individu atau kelompok dengan tujuan memisahkan mereka dari masyarakat dan menciptakan pandangan negatif dikenal sebagai Stigma.
buruk Stigma biasanya disebabkan oleh keyakinan bahwa ODHA adalah musuh, pembawa penyakit, atau orang yang memalukan yang melanggar norma agama atau sosial. Stigma terhadap ODHA dapat dipengaruhi oleh banyak hal, seperti keyakinan bahwa HIV/AIDS adalah penyakit yang mematikan, bahwa mereka adalah hasil dari perilaku menyimpang, kotor, tidak bertanggung jawab, atau bahkan sengaja menyebarkan penyakit mereka kepada orang lain. Selain itu, stigma disebabkan oleh pengetahuan yang tidak akurat tentang bagaimana HIV/AIDS menyebar. Ketidaktahuan atau kesalahpahaman masyarakat tentang HIV/AIDS membuat stigma semakin kuat. Semakin rendah tingkat pengetahuan seseorang tentang HIV/AIDS, semakin besar kemungkinan mereka memberikan stigma terhadap ODHA. Sebaliknya, masyarakat yang memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang HIV/AIDS cenderung memiliki stigma yang lebih rendah terhadap ODHA. Persepsi yang tidak positif muncul di masyarakat.
Banyak ODHA takut akan stigma dan memilih untuk menyembunyikan identitas mereka dan bahkan menghindari pengobatan. Stigma memiliki konsekuensi yang sangat merugikan, seperti pengucilan sosial, pemecatan dari pekerjaan, dan kekerasan fisik atau psikologis. Stigma juga menyebabkan penderitaan emosional, psikologis, spiritual, dan sosial yang mendalam, yang tidak hanya berdampak pada ODHA tetapi juga pada keluarga mereka. Stigma bahkan dapat menghalangi akses ODHA ke layanan kesehatan, dukungan sosial, pendidikan, dan bahkan mengurangi rasa aman mereka dalam hidup.
Mitos dan Fakta Seputar HIV/AIDS yang Harus Dipahami
Mitos : HIV dan AIDS adalah Penyakit yang Sama
Banyak orang terus berpikir bahwa HIV dan AIDS adalah penyakit yang sama, meskipun sebenarnya keduanya berbeda. Salah satu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus). Sementara itu, AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah komplikasi yang muncul jika HIV tidak ditangani dengan benar. Penurunan daya tahan tubuh yang signifikan, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang lebih parah, adalah tanda AIDS.
Mitos : HIV/AIDS Dapat Menular Lewat Berjabat Tangan atau Bersin.
HIV tidak dapat menular melalui percikan cairan tubuh saat seseorang bersin, keringat, menggunakan kolam renang, toilet umum, atau berbagi alat makan, gigitan nyamuk, maupun luka terbuka. Virus ini hanya dapat menyebar melalui pertukaran cairan tubuh tertentu, seperti darah, air mani, cairan vagina, dan ASI. Dengan demikian, Anda tidak perlu khawatir untuk bersentuhan kulit, berjabat tangan, berpelukan, berbagi peralatan makan dan minum, atau berada di lingkungan yang sama dengan penderita HIV/AIDS.
Mitos : Seks Oral Tidak Menyebarkan Virus HIV
Banyak orang berpikir bahwa HIV tidak bisa menular melalui seks oral karena pertukaran cairan tubuh selama hubungan seks anal atau vaginal. Meskipun benar bahwa risiko penularan melalui seks oral lebih rendah dibandingkan dengan seks anal atau vaginal, risiko penularan HIV tetap ada, terutama jika ada kondisi seperti sariawan di mulut atau luka di alat kelamin. Tidak hanya pasangan homoseksual, Pekerja Seks Komersial (PSK), dan pengguna narkoba suntik yang berisiko tinggi tertular HIV, tetapi pasangan heteroseksual juga berisiko tinggi, terutama jika mereka bergonta-ganti pasangan tanpa menggunakan pelindung.
Mitos : Penderita HIV Pasti Mengalami AIDS
Ketahuilah bahwa tidak semua orang yang terinfeksi HIV akan mengembangkan AIDS. Meskipun hingga saat ini belum ada obat yang dapat menghilangkan virus HIV secara total, penderita HIV dapat menggunakan obat antiretroviral untuk menghambat perkembangannya. Jika penderita HIV menjalani pengobatan secara teratur, kemungkinan besar kadar virus dalam tubuhnya akan turun hingga tidak terdeteksi. Kondisi ini dapat membantu mencegah perkembangan AIDS atau komplikasi HIV lainnya.
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) seringkali tidak menunjukkan tanda-tanda atau perubahan fisik yang mencolok, dan gejala awal mereka bisa mirip dengan penyakit lain, seperti kelelahan atau demam. Ini adalah salah satu mitos yang sering beredar di masyarakat bahwa penderita HIV/AIDS dapat dikenali melalui penampilan fisik mereka.
Mitos : Penderita HIV Tidak Bisa Memiliki Keturunan
Penderita HIV tetap memiliki kemungkinan untuk memiliki anak dengan menjalani pengobatan secara teratur dan menjaga kadar virus HIV dalam tubuh tetap rendah. Pria dengan load virus yang rendah memiliki risiko penularan virus yang lebih kecil kepada pasangan dan anak mereka. Begitu juga dengan wanita yang terinfeksi HIV, mengonsumsi obat antiretroviral secara teratur dapat mengurangi risiko penularan virus dari ibu kepada janin yang dikandungnya.
Mitos: Tidak Perlu Menggunakan Kondom jika Kedua Pasangan Positif HIV Hal ini penting untuk mencegah penyebaran virus HIV yang berbeda atau yang sudah tidak dapat diobati dengan pengobatan antiretroviral. Ini adalah beberapa mitos dan fakta tentang HIV/AIDS yang penting untuk dipahami oleh setiap orang. Dengan memahami perbedaan antara fakta dan mitos, Anda tidak akan merasa khawatir untuk hidup berdampingan dengan orang yang menderita HIV/AIDS.
Sumber: Kemenkes