Apa Sih Penyebab Luka pada Penderita Diabetes?

artikel-1.png

Diabetes memiliki risiko lebih besar untuk komplikasi luka pada kaki. Tingkat HbA1c, kelebihan berat badan, neuropati sensorik, kalus, pola makan, aktivitas fisik, perawatan kaki, dan keyakinan spiritual adalah beberapa faktor yang diduga dapat menyebabkan luka kaki diabetes. Jumlah luka kaki diabetes yang tinggi mendorong perawat untuk memainkan peran penting dalam mencegah ulangan penyakit ini. Penting untuk mengenali dan mengidentifikasi faktor risiko yang dapat menyebabkan kembalinya luka pada kaki akibat diabetes.

Jumlah waktu yang dihabiskan untuk menderita diabetes, kelebihan berat badan, pola makan, perawatan kaki, kontrol kadar gula darah (HbA1c), tingkat aktivitas fisik, aspek spiritual, neuropati sensorik, dan keberadaan kalus adalah beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab ulangan luka kaki diabetes. Risiko mengalami komplikasi serius seperti kecacatan dan amputasi dapat meningkat jika diagnosis awal ditunda. Diabetes memiliki efek yang signifikan pada kaki mereka, dengan risiko amputasi ekstremitas bawah antara lima belas dan lima puluh kali lebih tinggi pada mereka yang menderita diabetes. Tingkat kematian pasien yang mengalami amputasi kaki sangat tinggi; 14,3% meninggal dalam satu tahun setelah amputasi dan 37 persen dalam tiga tahun.

 

Faktor Penyebab

  • Luka kaki diabetes lebih umum pada penderita diabetes kronis karena kadar gula darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi ini.
  • Hiperglikemia dapat terjadi karena kadar gula darah yang tidak terkendali akibat pola makan yang tidak teratur dan kurangnya aktivitas fisik. Hal ini menyebabkan jalur sorbitol bekerja lebih keras dalam metabolisme glukosa. Dalam situasi ini, arteriosklerosis dapat muncul di area kaki. Fungsi otot kaki dapat dipengaruhi oleh masalah arteri. Kesemutan, ketidaknyamanan, dan kematian jaringan semuanya dapat disebabkan oleh penurunan pasokan darah. Kondisi ini dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah dan gangren di ekstremitas. Akibatnya, diabetes dapat menyebabkan luka pada kaki.
  • Obesitas meningkatkan risiko diabetes. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan produksi insulin atau penurunan sensitivitas terhadap insulin, yang disebut resistensi insulin. Orang yang mengalami obesitas memiliki kadar gula darah yang lebih tinggi karena kekurangan kuantitas dan kualitas sel beta pulau Langerhans untuk memproduksi insulin.
  • Hasil pemeriksaan neuropati sensorik menunjukkan bahwa kondisi ini adalah penyebab utama luka pada kaki pasien diabetes. Selama pengujian sensitivitas, kebanyakan pasien mengatakan mereka tidak dapat merasakan sensasi seperti kebas atau tidak dapat membedakan rasa nyeri di kaki mereka. Selain itu, mereka menyatakan bahwa kebebasannya membuat mereka tidak waspada saat beraktivitas. Kebas di kaki juga dapat menghambat aliran darah ke area tersebut, meningkatkan risiko trauma atau luka yang tidak disadari pasien. Trauma ini dapat secara signifikan mempengaruhi risiko luka diabetes pada kaki.
  • Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kalus pada kaki penderita diabetes adalah penyebab utama luka. Kalus terjadi karena kulit menjadi tebal dan keras di area bantalan telapak kaki. Pasien takut untuk mengatasi kalus sendiri karena takut akan semakin tebal jika tidak diatasi. Luka pada kaki lebih mudah terjadi jika kaki terkena tekanan berulang. Selain itu, banyak responden yang tidak menggunakan alas kaki saat berjalan atau menggunakan alas kaki yang terlalu sempit. Penggunaan alas kaki yang tidak tepat meningkatkan risiko luka. Salah satu cara untuk mengurangi kallus adalah dengan menipiskannya; tidak menipiskannya meningkatkan risiko luka pada kaki penderita diabetes.
  • Sebagian pasien terus menghindari konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran. Hal ini terjadi karena mereka tidak tahu jenis buah apa yang aman untuk penderita diabetes melitus dan karena mereka juga sering mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat.
  • Karena malas, kelelahan, kesibukan pekerjaan, dan keyakinan bahwa aktivitas sehari-hari seperti menyapu atau mengepel sudah cukup, orang jarang berolahraga. Berolahraga secara teratur, bagaimanapun, telah terbukti dapat meningkatkan aktivitas insulin dan mengontrol gula darah, mencegah tekanan darah tinggi, dislipidemia, nekrosis jaringan, dan mengurangi risiko aterosklerosis dan kesemutan.

 

Sumber: Kemenkes

Admin PERSI JATIM faradilla

Copyright by Markbro 2025. All rights reserved.