Skrining-Hipotiroid-Kongenital-SHK.png

Apa itu SHK?

SHK adalah kegiatan untuk memilah bayi yang kemungkinan menderita Hipotiroid Kongenital dari bayi-bayi sehat.

Hipotiroid Kongenital adalah keadaan menurun atau tidak berfungsinya kelenjar tiroid yang didapat sejak bayi baru lahir.

Apa Kelenjar Tiroid?

Kelenjar yang terletak di leher bagian depan yang berfungsi untuk menghasilkan hormon tiroid

Fungsi Hormon Tiroid

Untuk membantu metabolisme tubuh, pertumbuhan, dan perkembangan sistem syaraf pusat. Jika kelenjar tiroid tidak mampu memproduksi hormon tiroid dengan baik maka akan terjadi kondisi hipotiroid

Apa dampaknya apabila tidak dilakukan?

  • Bagi Anak:
    Bila tidak segera dideteksi dan diobati maka bayi akan mengalami kecacatan yang sangat merugikan kehidupannya. Anak akan mengalami gangguan pertumbuhan fisik secara keseluruhan dan keterbelakangan mental
  • Bagi Keluarga:
    Keluarga yang memiliki anak dengan Hipotiroid Kongenital akan berdampak secara:

    • Ekonomi
      Akan membebani karena harus mendapatkan pendidikan, pengasuhan dan pengawasan yang khusus.
    • Psikososial
      Keluarga rentan terhadap lingkungan sosial karena rendah diri dan menjadi stigma dalam keluarga dan Masyarakat
    • Produktivitas keluarga menurun karena harus mengasuh anak dengan Hipotiiroid Kongenital

Kapan dan dimana dilakukan?

  • Skrining Hipotiroid Kongenital dilakukan pada Bayi Baru Lahir usia 48 sd 72 Jam. Jika kondisi tertentu dapat dilakukan pada usia lebih dari 24 jam dan maksimal kurang dari 14 hari.
  • Dilakukan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih

Bagaimana pelaksanaan skrining

  • Skrining dilakukan dengan mengambil sampel darah dari tumit bayi.
  • Sampel darah tersebut dikirimkan ke laboratorium untuk diuji tingkat hormon tiroid

 

Sumber : AyoSehat


Skrining-Bayi-Baru-Lahir.png

Pengertian

Skrining Bayi Baru Lahir (SBBL) merupakan pemeriksaan awal untuk mendeteksi kondisi atau permasalahan kesehatan yang mungkin tidak terlihat pada bayi baru lahir.

Skrining SHK, HAK dan G6PD dilakukan dalam 1 kali pengambilan sampel darah bayi.

Manfaat

Manfaatnya SBBL :

  • Mengetahui secara dini permasalahan Kesehatan sebelum adanya gejala, sehingga dapat ditindak lanjuti lebih awal
  • Mencegah atau mengurangi risiko komplikasi jangka panjang dengan memberikan perawatan yang diperlukan secara dini
  • Meningkatkan kualitas hidup bayi dengan mendeteksi dan mengatasi permasalahan Kesehatan lebih awal yang dapat mengganggu tumbuh kembang

Jenis Skrining

  • Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK)
  • Skrining Penyakit Jantung Bawaan Kritis (PJB Kritis)
  • Skrining Hiperlasia Adrenal Kongenital (S-HAK)
  • Skrining Glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD)
  • Skrining Pendengaran

 

Sumber : AyoSehat


Gejala-Dan-Pencegahan-Chikungunya.png

Apa itu Chikungunya?

Chikungunya merupakan penyakit tropis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Jika virus yang masuk ke dalam tubuh adalah virus Chikungunya, orang yang terinfeksi dapat mengalami beberapa gejala seperti:

  • Demam

  • Badan terasa lemas

  • Nyeri pada sendi dan tulang yang lama hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Gejala ini biasanya muncul segera setelah terinfeksi, namun sering juga infeksi virus ini tanpa gejala. Perjalanan chikungunya, digambarkan memiliki fase akut yang diikuti oleh fase pasca-akut (antara 1-3 bulan) dan fase kronis (Setelah 3 bulan). Gejala tersebut dapat berlangsung lama setelah terinfeksi dan dapat menyebabkan kerugian yang signifikan dalam hal kualitas hidup dan produktivitas ekonomi yang berhubungan dengan kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk mencegah gigitan nyamuk dengan lingkungan tetap bersih untuk mengurangi tempat nyamuk berkembang biak.

 

Segera Tangani Chikungunya

Saat ini, belum tersedia pengobatan antivirus khusus Chikungunya. Jika seseorang terkena Chikungunya, penanganan yang dapat dilakukan adalah untuk menghilangkan gejala, dengan beristirahat, mengganti cairan yang hilang, dan pemberian obat-obatan untuk meredakan nyeri sendi.

 

Pencegahan Chikungunya

Chikungunya dapat dicegah dengan menerapkan menjaga lingkungan tetap bersih untuk mengurangi tempat nyamuk berkembang biak. Lakukan 3M Plus (Menguras penampungan air secara rutin, menutup rapat tempat penyimpanan air, mendaur ulang atau membuang barang bekas, Plus: Menggunakan obat nyamuk dan memasang kawat anti-nyamuk di ventilasi rumah), memastikan saluran air tidak tersumbat, dan dapat menaburkan bubuk abate pada penampungan air.

Sumber : AyoSehat


Tips-Menerapkan-Kebiasaan-Tidur-yang-Baik-untuk-Si-Kecil-Begini-Caranya.png

Tidur adalah kebutuhan dasar anak yang sama penting dengan gizi dan stimulasi yang baik. Orang tua perlu memahami seperti apa kebiasaan tidur yang sehat dan pola tidur yang ideal, agar anak bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.

Kunci dari menerapkan kebiasaan tidur yang baik adalah konsisten. Dengan rutinitas yang teratur, anak bisa merasa lebih aman dan nyaman karena mereka sudah mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka juga lebih mudah mendapatkan tidur berkualitas yang mendukung kesehatan fisik, emosional, dan kemampuan belajarnya.

Kadang-kadang orang tua mungkin memiliki kesibukan lain sehingga sulit untuk menjaga rutinitas yang sudah diterapkan pada anak. Maka dari itu, mari kita pahami lebih jauh manfaat tidur yang cukup, risiko jika anak kurang tidur, serta cara sederhana yang bisa dilakukan orang tua agar kebiasaan tidur positif dapat terbentuk sejak dini.

 

Mengapa Tidur Itu Penting?

1. Waktunya Hormon Pertumbuhan Diproduksi

Saat tidur, tubuh memproduksi hormon pertumbuhan yang berperan besar dalam perkembangan fisik dan perbaikan sel. Produksi hormon ini mencapai puncaknya antara pukul 11 malam hingga 2 dini hari, yaitu saat anak berada pada fase tidur lelap (deep sleep). Karena itu, sangat dianjurkan anak sudah tidur sebelum pukul 9 malam agar tubuh memiliki cukup waktu masuk ke fase tidur dalam, sehingga manfaat tidur bisa dirasakan secara optimal.

2. Otak Memproses dan Menyortir Informasi

Pada saat tidur, otak anak memproses dan menyimpan semua informasi yang mereka tangkap sepanjang hari mulai dari pengalaman, pengetahuan baru, hingga keterampilan yang sedang dipelajari. Proses ini membantu anak lebih mudah mengingat pelajaran, memahami hal baru, dan meningkatkan kemampuan konsentrasi keesokan harinya.

3. Perbaikan dan Pemulihan Tubuh

Saat anak tidur, jaringan dan sel yang rusak akan diperbarui, sementara energi yang terpakai sepanjang hari dipulihkan kembali. Proses pemulihan ini penting agar tubuh tetap sehat, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan anak siap beraktivitas dengan penuh semangat keesokan harinya.

4. Menjaga Kestabilan Emosi dan Konsentrasi

Kurang tidur tidak hanya berdampak pada tubuh, tetapi juga pada kondisi emosional dan kemampuan berpikir anak. Saat kebutuhan tidur tidak terpenuhi, emosi anak cenderung menjadi kurang stabil dimana mereka lebih mudah rewel, tantrum, atau merasa cemas. Selain itu, kurang tidur juga membuat anak sulit fokus, sehingga menghambat proses belajar dan kemampuan mereka dalam menyerap informasi baru.

 

Kebutuhan Tidur Anak Berdasarkan Usia

  • Bayi baru lahir (0–3 bulan): membutuhkan sekitar 14–17 jam tidur per hari, termasuk tidur siang. Tidur pada usia ini penting untuk mendukung pertumbuhan cepat dan perkembangan otak.
  • Bayi usia (4–12 bulan): membutuhkan 12–16 jam tidur per hari, termasuk tidur siang. Pola tidur mulai lebih teratur, biasanya dengan 2-4x tidur siang.
  • Balita (1–2 tahun): membutuhkan 11–14 jam tidur per hari, termasuk 1-2x tidur siang. Konsistensi jadwal tidur menjadi sangat penting untuk membantu mengatur ritme harian mereka.
  • Usia prasekolah (3–5 tahun): membutuhkan 10–13 jam tidur per hari, termasuk tidur siang. Jika anak sudah tidak tidur siang, pastikan kebutuhan tidurnya terpenuhi pada malam hari.

 

Hubungan Kebiasaan Tidur dan Kualitas Tidur Anak

Tidur yang sering terputus membuat kualitas istirahat anak menurun. Misalnya, bayi yang setiap 30 menit terbangun saat tidur siang atau 1-2 jam di malam hari. Hal ini serupa dengan orang dewasa yang tidurnya sering terbangun; bukannya merasa segar, justru bangun dalam kondisi lelah.
Dalam satu malam, pergantian siklus tidur dapat terjadi 6–8 kali, sehingga wajar jika anak terbangun. Bahkan orang dewasa pun sebenarnya sering terbangun di antara siklus tidur, hanya saja biasanya tidak sadar dan langsung kembali tidur.
Agar anak bisa tidur nyenyak, penting memastikan kondisi tidur konsisten dengan saat mereka mulai tertidur. Jika anak terbiasa tertidur sambil menyusu, digendong, maka ketika siklus tidur berganti, mereka akan terbangun dan mencari kondisi yang sama untuk bisa melanjutkan tidur.
Kunci dari tidur berkualitas adalah membuat anak nyaman dan berada dalam kondisi yang sama sejak awal tidur. Dengan begitu, mereka bisa lebih mudah melanjutkan siklus tidur tanpa kendala, sehingga istirahat malamnya menjadi lebih nyenyak.

 

Bagaimana Cara Menerapkan Rutinitas Tidur yang Baik?

Rutinitas tidur adalah kebiasaan yang dilakukan sebelum tidur untuk membuat tubuh lebih rileks dan membantu tidur lebih nyenyak. Bagi anak, rutinitas ini juga berfungsi sebagai tanda bahwa waktunya tidur telah tiba. Anak belum memahami konsep jam, tetapi mereka bisa mengenali urutan aktivitas yang dilakukan sebelum tidur sebagai sinyal waktu istirahat.

1. Menetapkan Jam Tidur dan Bangun yang Teratur

Pastikan anak memiliki jadwal tidur dan bangun yang konsisten setiap hari. Memang tidak harus sama persis, tetapi sebaiknya ada toleransi sekitar 30 menit agar ritme sirkadian tidak terganggu.
Agar lebih disiplin, lakukan rutinitas sebelum tidur secara konsisten. Misalnya, mandi air hangat, pijat ringan, membaca buku, atau berdoa. Rangkaian kegiatan ini perlu diulang setiap hari dengan urutan yang sama, baik siang maupun malam, sehingga anak terbiasa dan memahami bahwa inilah rutinitas tidurnya.

 

2. Menciptakan Lingkungan Tidur yang Nyaman

  • Suhu kamar: Jaga suhu ruangan agar tetap nyaman. Pilih pakaian tidur sesuai kondisi ruangan. Misalnya, pada suhu 18-22°C anak bisa menggunakan pakaian lengan panjang, sementara pada suhu lebih hangat (>24°C) cukup dengan lengan pendek. Jika menggunakan kipas angin, jangan arahkan langsung kepada tubuh anak.
  • Cahaya: Cahaya menjadi sinyal utama bagi otak untuk membedakan waktu bangun dan tidur. Saat mendekati jam tidur (sekitar pukul 6 sore), mulai redupkan cahaya agar otak menerima sinyal bahwa waktu istirahat sudah dekat. Sebaliknya, di pagi hari berikan paparan sinar matahari sebanyak mungkin untuk menandai waktu bangun. Untuk anak yang sulit tidur siang dan mudah terbangun, redupkan cahaya dengan menutup gorden agar tidur lebih nyenyak.
  • Suara: Usahakan lingkungan tidak terlalu berisik karena anak menghabiskan banyak waktu tidurnya dalam tahap light sleep yang mudah terganggu. Bayi di bawah 4 bulan juga masih memiliki refleks kaget yang membuat mereka lebih mudah terbangun. Suasana yang tenang dan nyaman membantu anak tidur lebih lama dan berkualitas.

 

Menerapkan kebiasaan tidur yang baik sejak dini memang membutuhkan kesabaran dan konsistensi, namun manfaatnya sangat besar bagi tumbuh kembang anak. Dengan rutinitas yang teratur, lingkungan tidur yang nyaman, serta pemahaman akan kebutuhan tidur sesuai usia, anak dapat memperoleh kualitas tidur yang optimal.

 

Sumber : AyoSehat


7-Jenis-Gangguan-Mental-Ketahui-Gejala-dan-Penanganannya.png

Masalah kesehatan mental tidak bisa dianggap sepele. Meski tidak menyebabkan kematian secara langsung, gangguan mental tetap berdampak buruk bagi kesehatan, serta mengakibatkan penderitaan berkepanjangan, baik kepada penderitanya, keluarga maupun orang di sekitarnya.

Oleh karenanya, penting untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, serta mengenali jenis-jenis gangguan mental pada umumnya. Apa yang dimaksud dengan kesehatan mental?

Seseorang dikatakan sehat secara mental jika dapat berkembang maksimal secara fisik, spiritual, dan sosial, sehingga ia sadar akan kemampuannya sendiri, mampu mengatasi tekanan dan bekerja secara produktif, serta bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Lalu, apa saja ciri-ciri orang yang mengalami gangguan mental?

Jenis Gangguan Mental yang Perlu Diketahui 

Gangguan mental atau mental health disorders bisa dikatakan sebagai suatu penyakit (mental illness), yang dapat menyebabkan perubahan pada emosi, pola pikir, dan perilaku penderitanya. Perubahan ini dikatakan sebagai gangguan jiwa, jika sudah menghambat aktivitas sehari-hari dan gaya hidup normal penderitanya.

Berikut adalah jenis-jenis gangguan mental yang umum terjadi di sekitar kita.

1. Depresi

Gangguan kesehatan mental yang menyebabkan seseorang merasa sedih berkepanjangan, dan kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan. Kondisi ini bisa berlangsung lama, mulai dari berminggu-minggu sampai berbulan-bulan.

Sayangnya, depresi seringkali terabaikan karena dianggap sebagai gejala stres biasa. Padahal deteksi dini gejala depresi dapat membuka jalan untuk penanganan dan dukungan yang dibutuhkan.

Kenali gejala-gejala depresi, antara lain:

  • Sedih dan murung.
  • Kehilangan semangat dan energi.
  • Hilang nafsu makan.
  • Sulit tidur atau sebaliknya tidur berlebihan.
  • Merasa pesimis dan tidak berguna.
  • Sulit berkonsentrasi dan membuat keputusan.
  • Gelisah dan tidak tenang.
  • Merasa bersalah dan putus asa
  • Memiliki pikiran menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
  • Gangguan fisik, seperti nyeri punggung dan sakit kepala.

 

Banyak faktor yang dapat memicu timbulnya gejala depresi, antara lain:

  • Mengalami peristiwa traumatis, seperti kehilangan orang yang dicintai, kekerasan, kebangkrutan, atau kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian.
  • Riwayat gangguan kesehatan mental dalam keluarga.
  • Penyalahgunaan alkohol atau obat terlarang, atau konsumsi obat berlebihan.
  • Menderita penyakit kronis yang sulit disembuhkan, seperti kanker, HIV/AIDS, penyakit jantung atau cacat tubuh.
  • Memiliki kepribadian yang lemah dan tidak mandiri, serta terlalu keras dalam menilai diri sendiri.

Hindari mendiagnosis diri sendiri jika mengalami gejala-gejala depresi. Segera cari bantuan dokter atau psikiater. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan psikologis, wawancara medis, serta pemeriksaan darah, jika diperlukan, untuk menentukan penyebab dan gejala depresi.

Kemudian, setelah diagnosis depresi ditegakkan, dokter  dapat melakukan berbagai cara untuk mengatasinya, seperti terapi psikososial, psikoterapi, atau meresepkan obat antidepresan untuk mengembalikan keseimbangan senyawa kimia dalam otak, yang berfungsi membawa dan mengirimkan pesan ke otak.

2. Gangguan Kecemasan

Merasa cemas sebenarnya merupakan suatu hal yang wajar, seperti saat akan melakukan wawancara pekerjaan, ujian di sekolah, atau mengambil keputusan penting. Namun, perasaan cemas ini akan menjadi gangguan kecemasan atau anxiety disorders ketika penderitanya merespon situasi atau hal-hal yang dialaminya dengan perasaan takut, cemas, dan khawatir yang berlebihan, bahkan tanpa alasan yang jelas. Gangguan kecemasan ini bisa berlangsung cukup lama, sehingga berdampak pada kemampuan untuk beraktivitas sehari-hari dan kualitas hidup penderitanya.

Beberapa jenis gangguan kecemasan yang banyak terjadi antara lain:

  • Gangguan Kecemasan Umum (GAD)

Jenis gangguan mental yang memicu perasaan cemas berlebihan, yang sulit dikendalikan dan berlarut-larut.

  • Gangguan Kecemasan Sosial (GAK)

Kecemasan berlebihan saat berada dalam situasi sosial dan keramaian, dimana penderitanya akan merasa khawatir akan dihakimi, diejek, atau merasa malu berada di hadapan orang lain.

  • Fobia

Rasa takut dan cemas berlebihan yang dipicu oleh hal-hal, seperti tempat yang tertutup (agoraphobia), atau kejadian yang pernah dialami.

  • Panic Disorder

Serangan panik yang terjadi tiba-tiba tanpa tanda-tanda sebelumnya. dan bisa terjadi berkali-kali.

Walaupun berbeda-beda, gejala-gejala yang umum dirasakan oleh orang yang menderita gangguan kecemasan adalah:

Gejala Psikologis

  • Rasa gelisah, tegang dan sulit tenang.
  • Sulit berkonsentrasi atau merasa mudah terganggu.
  • Mengalami gangguan tidur.

Gejala Fisik

  • Sakit kepala, nyeri otot, atau gangguan pencernaan.
  • Merasa lelah berlebihan.
  • Napas tersengal-sengal atau sesak napas.
  • Mual.
  • Otot tegang atau tremor.
  • Keringat dingin
  • Jantung berdebar-debar

Penyebabnya bisa bermacam-macam, antara lain

  • Ketidakseimbangan senyawa kimia dalam otak yang dikenal sebagai neurotransmitter, serta hormon seperti serotonin, dopamin, atau norepinephrine.
  • Kelainan pada otak, dimana terjadi peningkatan aktivitas amygdala, yaitu bagian otak yang berperan dalam mengelola rasa takut dan cemas.
  • Faktor genetika yang membuat risiko seseorang terserang gangguan kecemasan lebih tinggi.
  • Stres atau trauma yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengubah neurotransmitter yang mengendalikan suasana hati Anda, sehingga dapat memicu timbulnya gangguan kecemasan.

Segera lakukan pemeriksaan dan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional atau psikiater jika mengalami gejala gangguan kecemasan.

3. Gangguan Bipolar

Gangguan mental yang ditandai dengan perubahan ekstrim pada suasana hati, dari merasa sangat gembira kemudian berubah menjadi sangat sedih secara drastis.

Perubahan suasana hati yang drastis ini dapat mempengaruhi tingkat energi, perilaku dan kemampuan berpikir penderitanya dalam waktu cukup lama, sehingga mengganggu kemampuan penderitanya untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Secara umum, gejala bipolar dapat dibagi ke dalam 2 fase, yaitu fase mania dan fase depresi sebagai berikut:

Fase Mania

Fase mania merupakan ciri utama gangguan bipolar I, dimana penderitanya akan mengalami episode suasana hati yang sangat bersemangat dan senang, tapi juga sensitif dan mudah tersinggung.

Orang yang berada dalam kondisi mania dapat melakukan hal-hal yang dapat merugikan mereka secara fisik, sosial, maupun finansial, seperti menghamburkan uang, berjudi atau mengendarai mobil secara sembarangan.

Gejala mania lainnya antara lain pikirannya berpacu dan merasa bisa melakukan banyak hal sekaligus, berbicara dengan sangat cepat atau merasa dirinya sangat penting, kuat, dan berbakat.

Fase Depresi  

Pada fase ini penderita bipolar akan mengalami gejala-gejala seperti yang dirasakan oleh penderita depresi, yaitu lelah, merasa hampa dan sangat sedih, kehilangan nafsu makan dan tidak berminat melakukan aktivitas sehari-hari, serta merasa tidak berharga dan putus asa.

Selain kedua fase ini, penderita bipolar kadang mengalami kondisi suasana hati normal, yang dikenal sebagai euthymia.

Adapun penyebab gangguan bipolar bisa bermacam-macam, mulai dari perubahan aktivitas dan ukuran otak, sampai trauma dan stres berlebihan.

Walaupun gangguan bipolar merupakan penyakit seumur hidup yang tidak bisa sembuh seutuhnya, terapi dan pengobatan yang tepat bisa membantu mengatasi gejala-gejalanya.

4. Skizofrenia

Skizofrenia merupakan gangguan psikosis yang dapat mengacaukan pikiran, ingatan dan perilaku, sehingga penderita sulit membedakan kenyataan dengan pikirannya sendiri. Orang yang menderita skizofrenia akan mengalami gejala-gejala berikut ini:

  • Delusi

Keyakinan yang salah, contohnya merasa ada orang lain yang mengendalikan pikiran dan perbuatan kita. Walaupun banyak bukti keyakinan itu salah, penderitanya tetap tidak percaya.

  • Halusinasi

Merasa melihat, mendengar, atau menyentuh hal-hal yang tidak dirasakan oleh orang lain, seperti bisikan, suara-suara, dan lain sebagainya.

  • Ketidakmampuan berbicara secara koheren

Misalnya, berbicara kacau dan sulit dimengerti orang lain.

  • Kehilangan motivasi

Penderita tidak bersemangat melakukan aktivitas yang biasa diminati dan berhubungan dengan orang lain.

  • Curiga berlebihan dan paranoid

Hal ini mengakibatkan penderita tidak peduli dengan sekitarnya.

  • Kumal dan kotor

Penderita tidak mempedulikan kebersihan dan penampilan dirinya.

Para ahli mengatakan skizofrenia terjadi karena berbagai faktor, yang paling utama adalah:

  • Ketidakseimbangan senyawa kimia pada otak, yang bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal komunikasi dari sel ke sel.
  • Masalah dalam perkembangan otak sebelum kelahiran.
  • Koneksi yang terputus antara berbagai bagian di otak kita.

Skizofrenia tidak bisa disembuhkan, namun bisa ditangani dengan perawatan dan pengobatan yang tepat oleh dokter dan psikiater.

5. Gangguan Makan 

Gangguan makan atau eating disorders adalah perilaku terhadap pola makan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, baik pada fisik maupun emosi. Gangguan makan yang berlangsung terus menerus dalam waktu lama dapat menghambat tubuh untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan, serta merusak organ tubuh seperti jantung, tulang, sistem pencernaan, hingga membahayakan jiwa.

Tiga jenis gangguan makan yang paling umum terjadi adalah:

Anoreksia

Anoreksia nervosa adalah gangguan mental yang menyebabkan penderitanya makan lebih sedikit daripada yang dibutuhkan oleh tubuh, karena penderitanya terobsesi untuk kurus dan menurunkan berat badan terus menerus. Ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk yang berat badannya sudah di bawah rata-rata.

Kenali gejala-gejala anoreksia, antara lain tidak mau makan dan menyangkal rasa lapar, mengalami penurunan berat badan secara drastis, atau berolahraga secara berlebihan.

Bulimia

Penderita bulimia nervosa memiliki kecenderungan makan dalam porsi banyak dengan frekuensi lebih sering. Kemudian, karena takut berat badannya meningkat, penderita bulimia akan memuntahkan kembali makanan yang sudah dimakan, baik secara paksa maupun menggunakan obat pencahar.

Gejala orang yang mengalami bulimia, selain tidak mampu mengontrol dirinya untuk tidak mengeluarkan kembali makanan yang baru saja dikonsumsi, juga memiliki kebiasaan olahraga berlebihan, dan sering pergi ke kamar mandi setelah makan.

Binge Eating Disorder (BED)

Gangguan makan berlebihan atau binge eating disorder terjadi ketika seseorang kehilangan kendali atas pola makannya, sehingga cenderung untuk makan lebih cepat dan banyak, bahkan saat tidak merasa lapar dan sudah kenyang.

Namun, berbeda dengan penderita bulimia, penderita gangguan makan berlebihan tidak melakukan kompensasi seperti memuntahkan kembali makanannya atau berolahraga secara berlebihan. Penderita BED juga cenderung makan sendirian karena malu dengan porsi makanannya, tapi kemudian merasa depresi dan bersalah setelah makan.

Jika Anda atau orang yang Anda kenal mengalami gejala-gejala dari ketiga jenis gangguan makan di atas, jangan ragu untuk mencari bantuan medis dan berkonsultasi kepada dokter, khususnya dokter spesialis gizi klinis. Gangguan makan dapat diatasi dengan bimbingan pola makan sehat, terapi dan pengobatan yang tepat dari dokter dan tenaga ahli kesehatan terkait.

6. Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD)

Obsessive compulsive disorder (OCD) merupakan gangguan mental yang menyebabkan penderitanya melakukan suatu hal tertentu secara berulang-ulang untuk mengurangi kecemasan dalam pikirannya. Misalnya, mencuci tangan berkali-kali karena takut terserang penyakit, atau mengecek kunci pintu berkali-kali.

Penderita OCD biasanya sadar bahwa dorongan obsesif tersebut bermasalah, namun tidak bisa melawannya. Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita OCD antara lain faktor genetik, perubahan senyawa kimia pada otak, serta faktor lingkungan di sekitar penderita.

Sejauh ini belum ada cara yang pasti untuk mencegah OCD. Namun, pemeriksaan dan penanganan sejak awal oleh tenaga kesehatan dapat membantu penderita mengendalikan gejala-gejala OCD, agar tidak semakin memburuk hingga mengganggu aktivitas dan kehidupan yang normal.

7. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)

Gangguan stres pasca trauma atau PTSD (post traumatic stress disorder) merupakan gangguan mental, yang dipicu oleh pengalaman atau menyaksikan peristiwa yang mengerikan bahkan mengancam jiwa, sehingga menimbulkan trauma.

Peristiwa atau kejadian traumatis yang bisa memicu gejala PTSD antara lain kecelakaan, kekerasan fisik dan perundungan, pelecehan seksual, bencana alam, peperangan, atau penyakit yang mengancam jiwa seperti serangan jantung.

Gejala-gejala PTSD bisa dirasakan dalam jangka waktu pendek yaitu satu bulan setelah peristiwanya, yang dikenal sebagai acute stress disorder, atau lebih dari satu bulan hingga seumur hidup, yaitu complex PTSD (CPTSD).

Beberapa gejala yang umumnya dirasakan oleh penderita PTSD adalah:

  • Ingatan terhadap peristiwa masa lalu yang muncul berulang-ulang dan menimbulkan rasa takut dan cemas, sehingga mengganggu penderitanya.
  • Sulit tidur dan sering bermimpi buruk.
  • Kecenderungan untuk menghindari tempat, aktivitas, dan hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa traumatis tersebut.
  • Perubahan perilaku dan emosi, seperti mudah stres, marah, takut, dan susah berkonsentrasi.

Segera periksakan diri ke dokter atau psikiater, jika mengalami gejala-gejala PTSD selama lebih dari 1 bulan. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan dan merekomendasikan psikoterapi dan pengobatan yang dibutuhkan untuk mengatasi gejala-gejala PTSD.

Masih banyak lagi jenis gangguan mental yang harus kita waspadai. Yang pasti, apapun jenis dan berat ringannya, masalah kesehatan mental dapat berdampak pada penurunan produktivitas sumber daya manusia Indonesia dalam jangka panjang, sehingga perlu menjadi perhatian kita bersama.

 

Sumber : AyoSehat


Bedah-Jantung-Terbuka-Kini-Bisa-Dilakukan-di-27-Provinsi.png

Kemampuan rumah sakit daerah dalam melakukan operasi jantung terbuka terus meningkat. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, saat awal ia menjabat, layanan ini hanya tersedia di 9 provinsi, kini sudah berkembang menjadi 27 provinsi.

“Sekarang sudah 27 provinsi bisa melakukan bedah jantung terbuka,” ujar Menkes Budi dalam Konferensi Pers Kegiatan Alih Iptek Bedah Jantung RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo bersama King Salman Humanitarian Aid dan Relief Center, Selasa (2/9) di Makassar.

Budi menargetkan seluruh provinsi di Indonesia memiliki layanan ini pada 2026.

“Mudah-mudahan akhir tahun depan, semua 34 provinsi mampu melakukan pembedahan jantung terbuka,” katanya.

Ia menjelaskan, ada tiga prosedur utama yang harus dikuasai tenaga kesehatan di rumah sakit rujukan daerah, yaitu penggantian atau perbaikan katup, operasi bypass (CABG), dan pembedahan pediatrik. Dengan semakin meratanya layanan ini, pasien tidak perlu lagi menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan tindakan penyelamatan jiwa.

Selain itu, Budi mendorong peningkatan kompetensi rumah sakit agar mampu menangani prosedur yang lebih kompleks.

“Harapannya ke depan bukan hanya bypass atau penggantian katup, tetapi juga Tetralogy of Fallot, hingga prosedur kompleks seperti Norwood atau Fontan,” jelasnya.

Direktur Utama RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Prof. dr. Syafri Kamsul Arif menyambut baik program pemerataan layanan bedah jantung. Menurutnya, inisiatif ini tidak hanya menyelamatkan banyak pasien, tetapi juga menjadi momentum penting dalam pengembangan teknologi dan keterampilan tenaga medis.

“Program ini bermanfaat besar, baik untuk pasien jantung anak maupun dewasa, sekaligus bagi pengembangan teknologi serta kompetensi tenaga medis. Kolaborasi internasional memberi kami eksposur signifikan pada teknik operatif, kardiologi intervensi, pediatri, hingga pembedahan dewasa,” ungkap Syafri.

Ia menambahkan, operasi bersama tim dari King Salman Humanitarian Aid and Relief berjalan sukses dan menjadi sarana transfer keterampilan yang berharga.

“Alhamdulillah sukses, ini sangat berarti sebagai transfer skill dan knowledge yang amat berharga bagi kami. Teman-teman dari intervensional kardiologi ikut membersamai, dan operasi berikutnya juga direncanakan di RS Wahidin,” tuturnya.

Syafri juga mengapresiasi dukungan berbagai pihak, termasuk donasi peralatan medis berteknologi tinggi. Menurutnya, semakin kuat layanan bedah jantung di RS Wahidin, semakin banyak pasien dari kawasan timur Indonesia yang bisa ditangani tanpa harus dirujuk ke Jakarta.

 

Sumber : Kemenkes


lupus.png

Penyakit lupus juga dikenal dengan nama systemic lupus erytematosus (SLE) merupakan salah satu penyakit autoimun. Autoimun menggambarkan suatu kondisi dimana sistim imun didalam tubuh tidak mampu membedakan antara kuman dan benda asing dari luar tubuh dengan sel-sel atau jaringan tubuh sendiri, sehingga sistim imun menyerang sel-sel dan jaringan tubuh sendiri. Oleh karena penampilan penyakitnya  sangat beragam dan gejala serta tanda-tandanya banyak menyerupai penyakit lain, maka penyakit ini juga dikenal dengan istilah penyakit seribu wajah. Istilah ini menggambarkan bahwa pada penderita lupus bisa muncul gejala yang tidak khas  dan samar-samar, yang menyebabkan kesulitan dalam mengenali penyakit lupus ini.

Kata lupus pertama kali digunakan pada tahun 1200 sebelum masehi, untuk menggambarkan suatu kelainan pada muka yang disebut dengan ulserasi. Kata lupus sendiri berasal dari bahasa latin yang berarti serigala. Istilah ini bersumber dari bercak pada dikulit yang terlihat menyerupai gigitan dari serigala.  Bercak kemerahan yang khas pada lupus disebut malar butterfly rash, yaitu bercak kemerahan yang melintas diatas hidung dan menyebar ke kedua pipi yang gambarannya menyerupai kupu-kupu.  Selain mengenai kulit dan selaput lendir, lupus juga menyerang sendi, ginjal, jantung, paru-paru, pembuluh darah, dan otak.

Lupus banyak dijumpai pada wanita, terutama wanita usia reproduktif  dibanding laki-laki, dan umur terbanyak adalah pada 15-45 tahun, namun demikian pada anak-anak dan usia lanjut juga bisa ditemukan. Meskipun 90% penderita lupus pemeriksaan laboratorium ANA (anti-nuclear antibody) nya positif, tidak ada satu pun pemeriksaan laboratorium tunggal yang dapat memastikan seseorang menderita lupus. Banyak penderita mengalami gejala-gejala lupus untuk beberapa tahun lamanya, sebelum mereka betul-betul ditetapkan menderita lupus.

Sistim Imun dan Lupus

Setiap hari tubuh kita terpapar oleh berbagai benda asing, baik berupa kuman ataupun zat-zat kimia yang dapat merusak tubuh. Tubuh tetap tidak mengalami gangguan apapun karena di dalamnya terdapat suatu sistim yang disebut sistim imun (sistim kekebalan) yang membasmi kuman atau menetralkan benda asing yang masuk. Jika tubuh terpapar oleh benda asing, ada dua respon imun yang akan terjadi, yang pertama adalah respon imun tidak spesifik, yang merupakan kekebalan bawaan (innate immunity) yang memberikan respon terhadap benda asing walaupun sebelumnya tidak pernah terpapar oleh benda asing tersebut. Respon imun yang kedua adalah respon imun spesifik, merupakan respon imun didapat (acquired) yang timbul terhadap benda asing, terhadap mana tubuh pernah terpapar sebelumnya dengan benda asing tersebut.

Sistim imun berfungsi melindungi tubuh terhadap setiap benda asing yang masuk terutama kuman yang dapat menyebabkan infeksi. Kerja sistim imun tergantung pada kemampuan sistim imun mengenali molekul atau antigen yang terdapat pada benda asing atau kuman dan kemudian membangkitkan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan sumber  antigen bersangkutan. Proses pengenalan antigen dilakukan oleh unsur utama sistim imun yaitu sel limfosit, yang kemudian diikuti oleh fase efektor yang melibatkan berbagai jenis sel. Pengenalan antigen sangat penting dalam fungsi sistim imun normal, karena limfosit harus mengenal semua antigen yang terdapat pada benda asing, yang potensial bisa menyebabkan gangguan pada tubuh, dan pada saat yang bersamaan ia juga harus mengabaikan molekul-molekul jaringan tubuh sendiri.

Kondisi ini disebut toleransi, dimana sistim imun hanya akan bereaksi terhadap benda asing yang akan merusak tubuh, sementara  dengan tubuh sendiri tidak akan bereaksi. Berkaitan dengan hal tersebut, limfosit pada seseorang individu melakukan diversifikasi selama perkembangannya sedemikian rupa sehingga populasi limfosit secara keseluruhan mampu mengenali seluruh benda/molekul asing dan membedakannya dari molekul jaringan atau sel tubuh sendiri.

Dalam keadaan normal sistim imun menghasilkan sesuatu protein yang disebut antibodi (protein kekebalan). Antibodi ini berfungsi mempertahankan tubuh kita terhadap serangan benda asing, dengan cara menetralkan benda asing yang masuk ke tubuh kita. Pada keadaan sistim imun tidak mampu mengenali diri sendiri, maka terjadilah kondisi yang disebut autoimun yaitu sistim imun mengenali tubuh sendiri sebagai benda asing, sehingga sistim imun akan menyerang dan merusak sel dan jaringan tubuh sendiri.

Kondisi inilah yang terjadi pada penderita lupus, dimana sistim imun pada penderita lupus tidak mampu mengenali diri sendiri sehingga menyerang dan merusak organ atau jaringan tubuh sendiri. Selain itu sel-sel sistim imun juga menghasilkan protein yang disebut autoantibodi, yang juga merusak jaringan dan sel tubuh sendiri.

Penyebab Lupus dan Faktor Pencetus

Lupus adalah penyakit yang kompleks dan sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mengapa seseorang menderita lupus. Namun demikian kombinasi dari berbagai faktor antara lain lingkungan, hormonal, kelainan pada sistim imun, dan faktor genetik diduga menjadi penyebab terjadinya lupus. Faktor lingkungan meliputi paparan sinar matahari, merokok, stres, obat-obatan tertentu, dan infeksi virus. Faktor genetik berperan penting sebagai faktor penyebab lupus. Meskipun demikian tidak semua orang yang punya kecenderungan (predisposisi) genetik akan menderita lupus. Hanya sekitar 10% penderita lupus mempunyai orang tua atau saudara kembar yang juga menderita lupus. Penting sekali untuk memperhatikan faktor-faktor yang dapat mencetuskan atau memperberat gejala-gejala lupus. Beberapa faktor antara lain : paparan sinar matahari, kerja berat dan kurang istirahat, mengalami stres, menderita infeksi, trauma, menghentikan obat-obat lupus, dan penggunaan obat-obat tertentu.

Tanda-tanda dan gejala-gejala Lupus

Gejala dan tanda-tanda lupus berbeda antara satu penderita dengan penderita lain. Bahkan dikatakan tidak ada dua orang yang mempunyai gejala dan tanda-tanda lupus yang sama. Penampilan lupus juga bisa menyerupai banyak penyakit lain, sehingga penyakit lupus juga dikenal dengan istilah penyakit seribu wajah. Beberapa penderita hanya memiliki sedikit gejala, sementara yang lainnya muncul dengan banyak gejala. Gejala dapat hilang timbul. Pada saat gejala muncul atau bertambah berat (flare) penderita merasa sakit, dan pada saat gejala menghilang (remisi) penderita merasa sehat.

Meskipun lupus dapat mengenai seluruh organ di dalam tubuh, pada kebanyakan kasus, lupus hanya mengenai beberapa bagian dari tubuh. Sebagai contoh pada seseorang mungkin hanya mengalami pembengkakan pada lutut dan demam. Pada penderita lain hanya merasakan kelelahan sepanjang hari atau hanya gangguan pada ginjal.  Pada kasus yang lain, mungkin hanya ditemukan bercak kemerahan pada kulit.  Seiring dengan perjalanan waktu, gejala-gejala dapat muncul lebih banyak.  Perjalanan penyakit lupus lambat, dengan gejala-gejala yang hilang timbul. Pada wanita yang menderita lupus, gejala-gejala dan diagnosis umumnya ditegakkan antara umur 15-45 tahun. Namun demikian lupus juga dapat ditemukan pada anak-anak dan usia lanjut.

Pada beberapa orang, manifestasi lupus adalah ringan, namun pada yang lainnya lupus dapat muncul dengan gejala yang berat dan dapat mengancam jiwa.  Gejala yang umum ditemukan pada penderita lupus adalah nyeri dan kekakuan pada sendi tanpa disertai dengan pembengkakan, nyeri dan kelemahan pada otot, demam yang tidak diketahui sebabnya, perasaan sangat lelah, bercak kemerahan pada muka yang menyerupai kupu-kupu ataupun bercak kemerahan pada kulit di tempat lain, penurunan berat badan, sel darah merah yang rendah, gangguan berpikir/mengingat ataupun kebingungan, gangguan pada ginjal, nyeri dada pada waktu menarik napas yang dalam, timbul bercak kemerahan pada kulit jika terpapar sinar matahari, rambut rontok, ujung jari tangan atau kaki pucat atau keunguan jika terkena hawa dingin. Sementara gejala-gejala yang jarang adalah gangguan pembekuan darah, kejang-kejang, sariawan pada mulut atau hidung yang tidak nyeri, sakit kepala, kelumpuhan pada anggota gerak (stroke), mata kering dan gangguan kejiwaan berupa perasaan sedih.

Kewaspadaan Lupus

Perhimpunan Reumatologi Indonesia (Indonesian Rheumatism Assosiation – IRA) membuat suatu pedoman didalam mewaspadai kemungkinan seseorang menderita lupus. Ada 11 kriteria, jika ditemukan 2 atau lebih dari kriteria yang tersebut dibawah ini, maka kita perlu mewaspadai seseorang menderita lupus. Kriteria kewaspadaan lupus meliputi:

1. Wanita muda dengan terdapat kelainan pada 2 organ tubuh atau lebih.

2. Terdapat gejala-gejala umum seperti kelelahan, demam tanpa adanya bukti menderita infeksi, dan penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya.

3. Terdapat kelainan pada organ otot dan tulang seperti radang sendi (artritis), nyeri sendi (atralgia), radang otot (miositis)

4.  Kelainan pada kulit dan selaput lendir berupa bercak kemerahan pada muka yang menyerupai kupu-kupu, kulit jadi merah jika terpapar matahari (fotosensitivitas), lesi pada selaput lendir mulut (sariawan), rambut kepala rontok (botak), ujung-ujung jari tangan dan kaki menjadi pucat jika terkena hawa dingin.

5.  Gangguan pada ginjal antara lain kencing berwarna merah, terdapat protein dalam air seni (proteinuria), bengkak seluruh badan akibat gangguan ginjal (sindroma nefrotik)

6. Gangguan pada sistim saluran pencernaan dengan gejala-gejala mual, muntah, dan nyeri perut

7. Gangguan pada paru berupa lesi pada jaringan paru, peningkatan tekanan pembuluh darah paru (hipertensi pulmonal)

8. Peradangan pada otot jantung (miokarditis) dan selaput jantung (perikarditis/endokarditis)

9. Pembesaran organ limpa (splenomegali), hati (hepatomegali), dan jaringan limfe (limfadenopati)

10. Kekurangan sel-sel darah merah (anemia), sel-sel darah putih (leukopenia), dan sel-sel pembekuan darah (trombositopenia)

11. Gangguan kejiwaan (psikosis) dan gangguan pada saraf seperti kejang-kejang

Penatalaksanaan lupus

Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan lupus. Tujuan penatalaksanaan lupus adalah mencegah terjadinya flare, mengatasi gejala yang muncul, dan yang terpenting adalah mencegah terjadinya kerusakan organ. Penatalaksanaan lupus meliputi edukasi dan konseling, program rehabilitasi, dan pemberian obat-obatan.

Obat-obatan yang dapat digunakan pada penderita lupus meliputi :

1. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS), obat ini dapat digunakan untuk mengatasi nyeri dan pembengkakan pada sendi dan otot. Biasanya hanya digunakan pada lupus ringan dan organ vital tidak mengalami gangguan. Perlu kehati-hatian dalam penggunaannya karena dapat menyebabkan gangguan pada lambung, sakit kepala, penimbunan cairan di dalam tubuh, gangguan pada hati, darah, dan ginjal. Obat ini juga dihindari penggunaannya pada wanita hamil setelah tiga bulan pertama kehamilan. Demikian juga perlu kehati-hatian pada wanita menyusui

2.Kortikosteroid atau steroid, obat ini digunakan untuk mengatasi pembengkakan dan nyeri pada berbagai organ tubuh. Pada dosis besar, obat ini dapat menekan kerja sistim imun. Gejala lupus memberi respon perbaikan yang cepat dengan pemberian obat ini. Begitu gejala membaik, maka dosis obat ini perlu diturunkan perlahan-lahan sampai dengan dosis yang paling kecil yang masih dapat mengontrol aktifitas penyakit. Selain efeknya yang kuat dalam mengatasi gejala lupus, obat ini juga mempunyai banyak efek samping yang harus menjadi bahan pertimbangan didalam penggunaannya. Efek samping jangka pendek meliputi bengkak pada muka (moon face), timbul jerawat, nyeri ulu hati, nafsu makan meningkat, berat badan bertambah, dan perubahan suasana hati. Efek samping ini biasanya menghilang setelah obat dihentikan. Efek samping jangka panjang meliputi mudah mengalami memar, kulit dan rambut menipis, tulang keropos, peningkatan tekanan darah, peningkatan gula darah, kelemahan pada otot, infeksi, dan katarak. Beberapa penderita mungkin menderita luka, depresi, ataupun gagal jantung. Kortikosteroid dapat digunakan selama kehamilan.

3. Obat anti malaria, obat ini digunakan untuk pencegahan dan pengobatan malaria, tetapi juga mempunyai efek yang baik dalam mengatasi gejala lupus. Efektifitas obat ini terlihat baik pada lupus dengan keterlibatan kulit dan muskuloskeletal, juga baik untuk mengatasi gejala kelelahan dan inflamasi pada paru. Ada dua obat yang sering digunakan yaitu klorokuin dan hidroksiklorokuin. Efek samping yang utama akibat penggunaan obat ini adalah gangguan pada penglihatan. Sebelum penggunaan obat anti malaria penderita disarankan untuk memeriksakan matanya ke dokter mata.

4. Obat Immunosupressif, obat ini bertujuan menekan sistim imun pada penderita lupus, terutama digunakan pada lupus yang berat. Obat-obatannya antara lain azathioprinecyclophosphamidemycofenolate mofetil, dan methotrexate. Efek samping yang dapat terjadi dengan penggunaan obat ini, antara lain mual, muntah, rambut rontok, gangguan pada kandung kemih, penurunan kesuburan, kanker, dan infeksi.

 Lupus dan kehamilan

Karena kebanyakan penderita lupus adalah wanita dan diagnosis umumnya ditegakkan pada usia reproduktif, maka isu kehamilan dan lupus menjadi hal penting. Beberapa hal yang perlu diketahui menyangkut lupus dan kehamilan adalah tingkat kesuburan wanita lupus (fertilitas),  waktu yang tepat untuk hamil, risiko flare pada saat hamil, kemungkinan bayi lahir dengan selamat, keamanan penggunaan obat-obat yang digunakan untuk mengontrol lupus pada saat kehamilan dan menyusui, dan penggunaan kontrasepsi. Lupus biasanya tidak mengurangi tingkat kesuburan wanita penderita lupus, namun demikian lupus akan meningkatkan risiko terhadap kehamilan dan terjadinya komplikasi.

Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi kesuburan seorang penderita lupus adalah siklus menstruasi yang tidak teratur yang bisa terjadi selama fase aktif dari lupus dan penggunaan obat steroid dengan dosis tinggi. Gangguan ginjal yang terjadi akibat lupus dapat menyebabkan amenore (tidak mendapat haid). Pemberian obat siklofosfamid juga dapat menyebabkan gangguan pada ovarium (indung telur). Sepertiga dari penderita lupus mengalami perbaikan gejala selama kehamilan, sepertiga lagi makin memburuk, dan sepertiga sisanya tidak mengalami perubahan gejala. Tidak ada pemeriksaan yang dapat memperkirakan siapa yang akan mengalami perburukan gejala selama kehamilan, tetapi pada penderita lupus yang sudah mengalami remisi selama lebih dari enam bulan memperlihatkan risiko yang rendah untuk terjadi kekambuhan (flare) dan bayinya dapat lahir dengan normal.

Sejumlah penelitian mendapatkan bahwa hamil pada saat lupus dalam keadaan aktif, akan meningkatkan risiko terjadinya flare selama kehamilan.  Demikian juga risiko terjadinya preeklampsia meningkat pada penderita lupus. Risiko terjadinya gagal ginjal juga meningkat pada penderita lupus hamil dengan gangguan ginjal (lupus nefritis) yang bisa mengakibatkan kematian.  Wanita hamil dengan lupus, khususnya yang mendapat kortikosteroid mempunyai risiko untuk terjadinya peningkatan tekanan darah, kencing manis (diabetes), dan komplikasi pada ginjal. Pada penderita lupus yang tidak ingin hamil, disarankan untuk menggunakan kontrasepsi. Penggunaan kontrasepsi pada penderita penderita lupus didasarkan pada kondisi penderita dan diberikan secara individual.

Kontrasepsi oral merupakan pilihan bagi penderita dengan keadaan penyakit yang stabil, tanpa suatu kelainan sindroma antifosfolipid (APS). Ada kekhwatiran penggunaan kontrasepsi oral, karena di dalam pil kontrasepsi terdapat hormon estrogen yang dapat memicu kekambuhan dari lupus, tetapi dari beberapa penelitian dibuktikan bahwa pendapat tersebut lemah. Sementara penggunaan spiral (IUD) tidak dianjurkan pada penderita lupus yang mendapat obat steroid atau obat-obat penekan sistim imun, karena risiko terjadinya infeksi, sehingga pilihannya adalah kondom. Konsultasi dengan para ahli sangat penting untuk menentukan kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi penderita.

Pengelolaan diet pada penderita lupus

Saat ini belum ada patokan yang pasti mengenai pola diet yang harus dijalani oleh penderita lupus. Diet pada penderita lupus mungkin perlu penyesuaian tergantung gejala, pengobatan yang diberikan, dan hal-hal lain. Penderita lupus dengan lemak darah yang tinggi, perlu mengkonsumsi makanan rendah lemak. Diet rendah lemak juga berguna untuk menghindari risiko menderita penyakit jantung. Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa diet rendah lemak akan menekan sistim imun yang over aktif. Pada keadaan suhu badan yang tinggi perlu mengkonsumsi makanan dengan kalori tinggi.

Penderita lupus yang mengalami gangguan ginjal seharusnya menghindari makanan dengan kadar protein yang tinggi, karena akan memperberat gangguan fungsi ginjal penderita lupus. Jika menggunakan steroid, yang dapat menyebabkan paningkatan berat badan, maka perlu pengurangan kalori. Pada penderita lupus yang sedang menggunakan steroid juga disarankan banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium, yang berguna untuk menghindari terjadinya pengeroposan tulang (osteoporosis),  baik akibat penggunaan steroid, maupun akibat penyakit lupusnya  sendiri. Oleh karena penderita lupus tidak diperbolehkan terpapar sinar matahari, maka disarankan banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin D.

Olah raga dan lupus

Olah raga atau latihan pada penderita lupus tetap merupakan hal yang penting. Meskipun demikian latihan harus disesuaikan dengan kondisi penderita dan derajat aktifitas penyakit, dan sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter yang merawat sebelum memulai latihan. Dengan latihan diharapkan penderita lupus dapat mempertahankan kekuatan otot, mencegah kekakuan sendi, mengatasi gejala kelelahan, dan mencegah terjadinya peningkatan berat badan.

 

Sumber : IRA (Indonesian Rheumatology Association)


Tips-Agar-Sendi-Tetap-Sehat.png

Sering Bergerak Bantu Cegah Nyeri Sendi
Menjaga sendi tetap sehat dengan sering menggerakkannya. Semakin Anda bergerak, semakin sedikit kekakuan yang Anda rasakan. Baik sedang membaca, bekerja, atau menonton TV, sering seringlah mengubah posisi. Istirahat sejenak dari meja atau kursi Anda dan bergerak di sekelilingnya.

Nyeri Sendi dan Artritis
Artritis adalah keadaan di mana terjadi peradangan di sendi yang menimbulkan rasa nyeri. Penggunaan yang berlebihan atau cedera, pertumbuhan tulang berbentuk taji (osteofit) dan  tulang rawan yang aus dapat  menyebabkan terjadinya penyempitan celah sendi. yang  menimbulkan rasa nyeri di sendi. Keluhan ini   dapat disertai pembengkakan dan rasa kaku, yang dikenal dengan nama osteoartritis, jenis nyeri sendi yang paling umum dialami orang dengan usia tua.. Tipe lain dari artritis adalah artritis reumatoid, yaitu penyakit autoimun yang ditandai dengan peradangan yang ekstrim, arthritis pirai (gout), yaitu peradangan di sendi yang disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat di dalam sendi, serta artritis karena penyebab lain

Lindungi Tubuh dan Sendi Anda
Cedera dapat merusak sendi. Jadi melindungi sendi seumur hidup Anda adalah penting. Pakailah alat pelindung seperti bantalan siku dan lutut ketika mengambil bagian dalam kegiatan berisiko tinggi seperti bermain skating atau sepatu roda. Jika sendi Anda sudah merasa nyeri pada pergelangan tangan atau siku , pertimbangkan memakai pelindung ketika bermain tenis atau golf. Jika nyeri dirasakan bertambah maka temuilah dokter untuk berkonsultasi.

Berat Ideal untuk Sendi Sehat
Sendi Anda sakit? Turun beberapa kilogram berat badan maka ketegangan dari pinggul, lutut, dan punggung Anda akan berkurang. Naik beberapa ons dapat menambah beban sendi , sehingga meningkatkan risiko kerusakan tulang rawan. Berat badan Anda turun sedikit saja, akan sangat membantu. Setiap turun satu ons berat badan dapat mengurangi tekanan sebanyak empat ons pada lutut Anda

Lakukan Peregangan Sebelum Latihan
Ahli reumatik  banyak yang percaya bahwa peregangan adalah latihan yang paling penting. Cobalah untuk melakukan peregangan setiap hari, sekurang-kurangnya  tiga kali seminggu. Penting diingat Anda tidak mendadak meregangkan otot yang masih dingin. Lakukan gerangan ringan sebelum peregangan untuk melemaskan sendi,  ligamen dan tendon di sekitarnya.

Latihan Ringan untuk Sendi
Olahraga apa yang baik? Untuk melindungi sendi Anda, pilihan terbaik Anda adalah olahraga ringan (low impact) seperti berjalan, bersepeda, dan berenang. Olahraga berat (high impact) dapat meningkatkan risiko cedera sendi dan lama-kelamaan dapat menyebabkan kerusakan pada  tulang rawan. Latihan mengangkat beban yang ringan juga harus disertakan dalam olah raga rutin Anda, hal ini baik untuk mengurangi kejadian osteoporosis atau pengeroposan tulang. Tapi jika Anda menderita artritis, sebaiknya diskusikan dulu dengan dokter Anda.

Memperkuat Otot Sekitar Sendi
Otot yang lebih kuat di sekitar sendi dapat mengurangi tekanan pada sendi  tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa memiliki otot paha yang lemah meningkatkan risiko osteoartritis lutut . Peningkatan sedikit saja kekuatan otot dapat mengurangi risiko tersebut. Hindari gerakan cepat dan berulang-ulang dari sendi yang terkena osteoartritis.

Ruang Lingkup Gerak Sendi adalah Kunci
Gerakkan sendi sesuai ruang lingkup gerak sendi untuk mengurangi kekakuan dan menjaga tetap fleksibel. Lingkup gerak pada sendi normal dapat bergerak dalam arah tertentu. Jika Anda memiliki artritis, dokter atau ahli fisioterapi  dapat merekomendasikan gerakan latihan tertentu yang dilakukan rutin setiap hari.

Memperkuat Perut, Pinggul dan Punggung Anda
Bagaimana otot-otot perut  yang kuat membantu melindungi sendi? Otot-otot perut yang kuat dan otot punggung dapat membantu keseimbangan badan. Semakin seimbang, semakin kecil kemungkinan Anda untuk merusak sendi dengan jatuh atau cedera lainnya. Jadi lakukanlah latihan yang memperkuat perut, punggung, dan pinggul dalam latihan rutin Anda.

Ketahui Kemampuan Sendi Anda
Adalah wajar untuk merasakan sedikit sakit pada otot setelah berolahraga. Tetapi jika rasa sakit Anda berlangsung lebih dari 48 jam, Anda mungkin telah menekan sendi Anda secara berlebihan. Jangan berolahraga terlalu keras sehinggamenimbulkan rasa sakit demikian, hal tersebut dapat menyebabkan cedera atau kerusakan. Sebaiknya latihan dilakukan sesuai kemampuan Anda dan ditingkatkan secara bertahap.

Minum Susu Agar Tulang Tetap Kuat
Kalsium dan vitamin D membantu menjaga tulang kuat. Tulang yang kuat dapat menjaga Anda, dan mencegah jatuh yang dapat merusak sendi. Produk susu merupakan sumber kalsium terbaik, tapi pilihan lain adalah sayuran berdaun hijau seperti brokoli.. Jika Anda tidak mendapatkan cukup kalsium dalam diet Anda, mintalah suplemen kalsium pada dokter Anda.

Lindungi Sendi Dengan Postur Tubuh Yang Baik
Berdiri dan duduk dengan tegak. Postur yang baik melindungi sendi Anda dari leher sampai ke lutut. Salah satu cara mudah untuk memperbaiki postur tubuh adalah dengan berjalan kaki. Semakin cepat Anda berjalan, semakin keras otot-otot Anda bekerja untuk membuat Anda tegak. Berenang juga dapat memperbaiki postur tubuh.

Hati-hati Dalam Gerakan Mengangkat dan Membawa Barang
Pertimbangkan sendi Anda ketika sedang mengangkat dan membawa barang. Bawalah tas di lengan, bukan di tangan.

Gunakan Es untuk Nyeri Sendi
Es adalah pereda nyeri  alami dan gratis. Es dapat mematikan rasa sakit dan membantu meringankan pembengkakan. Jika Anda mengalami sakit sendi yang disertai dengan tanda-tanda radang seperti bengkak, merah, hangat dan nyeri, gunakan kompres dingin atau es yang dibungkus handuk. Biarkan selama 20 menit. Tidak memiliki es atau kompres dingin? Cobalah sekantung sayuran beku yang dibungkus handuk. Jangan gunakan es langsung ke kulit.

Obati Luka Pada Sendi
Trauma fisik dapat berkontribusi pada kerusakan tulang rawan dan OA. Jika sendi Anda cedera, temui  dokter Anda segera untuk pengobatan. Kemudian ambil langkah-langkah untuk menghindari kerusakan yang lebih parah. Anda mungkin perlu menghindari kegiatan berat atau menggunakan pelindung untuk menstabilkannya.

 

Sumber : IRA (Indonesian Rheumatology Association)


Cek-Kesehatan-Gaya-Hidup-Masa-Kini-Dan-Kunci-Sehat-Menuju-Masa-Depan.png

Di tengah kesibukan hidup modern, banyak orang menunda atau bahkan mengabaikan pemeriksaan kesehatan rutin. Padahal, cek kesehatan bukan hanya soal mencari penyakit, tetapi tentang menjaga kualitas hidup. Dengan deteksi dini, kita bisa mengelola risiko, mencegah komplikasi dan merancang gaya hidup yang lebih sehat.
Menurut WHO, lebih dari 70% penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan kanker dapat dicegah atau dikendalikan jika terdeteksi lebih awal melalui pemeriksaan berkala. Data Kementerian Kesehatan hingga Agustus 2025, baru sekitar 21 juta orang yang mengikuti program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang diprogramkan pemerintah dari target 50 juta orang di akhir tahun. Pemerintah menargetkan 250 juta penduduk Indonesia melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dalam lima tahun ke depan.

 

Kesehatan Bukan Sekadar Fisik

Kualitas hidup terbaik mencakup keseimbangan antara fisik, mental, dan sosial. Pemeriksaan kesehatan mental – seperti skrining depresi, kecemasan, atau burnout – semakin relevan di era digital dan tekanan kerja tinggi.
Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) juga telah mengenalkan pemeriksaan kesehatan jiwa, terutama pada pelajar. Tekanan sosial dan penggunaan gawai berlebihan memicu kecemasan dan depresi pada remaja, sehingga sangat penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan jiwa. Banyak institusi kini telah menyediakan layanan konseling dan psikolog sebagai bagian dari paket kesehatan karyawan.

 

Jenis Pemeriksaan yang Disarankan

Banyak pemeriksaan atau cek kesehatan yang mestinya dilakukan, baik mencakup faktor risiko penyakit ataupun gejala penyakit, antara lain:

  1. Faktor keturunan untuk penyakit degeneratif seperti kencing manis, kanker, jantung, hipertensi, thalassemia, dan lain-lain.
  2. Risiko penyakit menular, seperti kontak dengan penderita Penyakit Tuberkulosis, batuk lama, berkeringat malam tanpa sebab yang jelas, dan lain-lain.
  3. Masalah kejiwaan, seperti gangguan pola makan, gangguan pola tidur, kecemasan, menarik diri dari komunitas, dan lain-lain.
  4. Gejala penyakit, seperti pusing, sakit kepala, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, kesemutan, dan lain-lain.

 

Cek Kesehatan sebagai Gaya Hidup

Di tengah laju kehidupan modern yang serba cepat, cek kesehatan secara berkala bukan lagi sekadar anjuran dan bukan pula berarti kita sakit, melainkan telah bertransformasi menjadi bagian integral dari gaya hidup masyarakat. Pergeseran ini tidak terjadi tanpa alasan. Dulunya dianggap sebagai tindakan kuratif – dilakukan hanya saat sakit – kini cek kesehatan menjadi langkah preventif untuk menjaga kualitas hidup dan mencegah penyakit. Mengapa tren ini semakin menguat?

 

Dari Pengobatan Menjadi Pencegahan

Filosofi di balik cek kesehatan telah berevolusi secara fundamental. Dulu, kesehatan seringkali diabaikan hingga muncul gejala atau rasa sakit yang mengganggu. Maka muncullah pengertian sakit menurut masyarakat awam, yaitu jika merasa sakit atau aktivitas terganggu. Pendekatan ini berdampak pada pengobatan setelah sakit, yang sering kali terlambat dan menelan biaya besar. Bahkan tidak jarang tidak tertangani dan meninggal.
Kini masyarakat semakin sadar bahwa mencegah jauh lebih baik daripada mengobati. Cek kesehatan rutin memungkinkan deteksi dini berbagai kondisi, seperti diabetes, hipertensi atau bahkan kanker, sebelum penyakit tersebut berkembang ke stadium lanjut. Ketika terdeteksi lebih awal, peluang kesembuhan meningkat drastis, biaya pengobatan menjadi lebih efisien, dan kualitas hidup dapat dipertahankan. Pola pikir ini merupakan pilar utama yang mendorong perubahan perilaku dari reaktif menjadi proaktif dalam menjaga kesehatan.
Cek kesehatan menjadi upaya agar yang sehat tetap sehat dan yang mempunyai faktor risiko memperbaiki pola hidup sebagai bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang-orang yang dicintai. Dengan mengetahui kondisi tubuh, seseorang bisa mengelola faktor risiko penyakit, menyesuaikan pola makan, istirahat dan aktivitas fisik, menghindari konsumsi obat yang tidak perlu, mengelola stres, merencanakan masa depan dengan lebih baik dan tenang.

 

Era Informasi dan Kesadaran Diri

Pesatnya perkembangan teknologi dan akses informasi memainkan peran krusial. Dengan mudahnya informasi tentang gizi, olahraga, dan penyakit diakses melalui internet, masyarakat menjadi lebih teredukasi dan sadar akan risiko penyakit yang mengintai. Fenomena ini menciptakan literasi kesehatan yang lebih baik, mendorong individu untuk mengambil alih tanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri.
Aplikasi kesehatan (health apps) dan perangkat pintar (smart wearables) yang dapat memantau detak jantung, pola tidur, dan aktivitas fisik juga semakin populer. Perangkat-perangkat ini menyediakan data real-time yang personal, membuat individu lebih termotivasi untuk melakukan pemeriksaan medis secara profesional guna mendapatkan gambaran kesehatan yang lebih akurat.

 

Investasi untuk Masa Depan

Cek kesehatan juga dilihat sebagai sebuah investasi jangka panjang untuk diri sendiri dan kualitas hidup. Hidup sehat bukan tujuan akhir, melainkan perjalanan yang layak dijalani dengan penuh kesadaran. Kondisi kesehatan yang prima memungkinkan seseorang untuk tetap produktif, menikmati masa tua dengan lebih mandiri, dan menghindari beban finansial serta emosional yang diakibatkan oleh penyakit kronis. Di era yang menuntut kinerja optimal, kesehatan fisik dan mental menjadi aset paling berharga.
Selain itu, pandemi global seperti COVID-19 juga menjadi pengingat yang menyakitkan betapa rentannya kesehatan manusia. Pengalaman ini semakin memperkuat kesadaran kolektif akan pentingnya memiliki kondisi tubuh yang kuat dan sistem imun yang prima, yang hanya dapat dicapai melalui pemantauan dan perawatan kesehatan yang teratur.
Dengan semua alasan tersebut, tidak mengherankan jika cek kesehatan kini menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup sehat yang modern. Ini bukan lagi hanya tentang hidup lebih lama, melainkan tentang hidup lebih berkualitas. Melakukan cek kesehatan berkala adalah langkah cerdas dan bertanggung jawab untuk merawat satu-satunya “rumah” yang kita miliki, yaitu tubuh kita. Mulailah dari hal kecil: ukur tekanan darah, konsultasi gizi, konsultasi masalah kejiwaan atau sekadar berbicara dengan tenaga kesehatan. Hidup sehat itu pilihan dan cek kesehatan bagian dari perilaku hidup sehat. 

 

Sumber : AyoSehat


Catat-3-Kebiasaan-Penting-bagi-Gen-Z-yang-Membantu-Tetap-Sehat.png

In this economy (bahasa ala Gen Z), terdapat beragam faktor yang berpotensi memengaruhi kondisi kesehatan kita secara menyeluruh, baik dari faktor lingkungan, sosial, bahkan masalah pribadi; sesuatu yang bisa di kontrol maupun tidak. Terkhusus bagi Gen Z, hidup di jaman sekarang tuh tantangannya banyak banget. Terlebih lagi, kalian masih berada di tahapan perkembangan; biologis, psikologis maupun sosial. Otak masih berkembang, emosi masih belum stabil hingga aspek pertemanan dan percintaan yang kadang kacau. Semuanya terakumulasi dalam satu waktu yang bisa memengaruhi kesehatan kalian, baik fisik maupun mental.

World Health Organization mendefisinisikan sehat adalah suatu keadaan dimana individu tidak hanya terbebas dari penyakit fisik, melainkan juga secara mental mampu mengaktualisasikan diri hingga berkontribusi terhadap lingkungan sosial. Untuk mencapai hal tersebut, ada 3 saran kebiasaan praktis yang bisa kalian terapkan dalam keseharian.

  1. Exercise

    Trend olahraga saat ini mempromosikan hasil yang menjanjikan untuk hidup sehat. Running, gym, pilates menjadi olahraga favorit yang lagi di gemari berbagai lintas generasi, tidak hanya Gen Z. tahukah kalian bahwa aktif secara fisik itu banyak manfaatnya loh. Studi dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menemukan bahwa manfaat fisik dari olahraga atau aktif secara fisik dapat mengurangi risiko serangan jantung dan penyakit kardiovaskular, menurunkan kadar kolesterol, mengurangi risiko beberapa jenis kanker, mengurangi risiko diabetes tipe 2, membantu individu mempertahankan berat badan yang sehat, memperkuat tulang dan otot, meningkatkan kualitas hidup sehari-hari, mencegah jatuh, dan meningkatkan umur panjang.

    Selain itu, aktif secara fisik juga berperan dalam kesehatan mental. Sebuah studi menunjukan bahwa aktif secara fisik meningkatkan suasana hati, mengurangi gejala depresi dan kecemasan, dapat membantu menangkal serangan panik, meningkatkan kualitas tidur, dan meningkatkan daya ingat serta kemampuan berpikir (Weir, 2011). CDC merekomendasikan setidaknya melalukan latihan aerobik intensitas sedang hingga berat selama 150 menit dalam seminggu, serta penguatan otot setidaknya 2 hari per minggu.

  2. Tidur

    Karena padatnya aktivitas dalam sehari, terkadang Gen Z mengorbankan waktu tidur untuk tetap produktif hingga malam hari. Ditambah lagi, konsumsi kopi yang kurang terkendali juga mampu memengaruhi siklus tidur. Pada dasarnya tidur adalah waktu buat mengistirahatkan tubuh dan pikiran, dan secara langsung juga bermanfaat untuk kesehatan.

    Menurut CDC, remaja berusia 13-18 tahun membutuhkan waktu 8-10 jam tidur/hari, dan orang dewasa berusia 18 tahun ke atas membutuhkan 7+ jam/hari. Untuk mendapatkan tidur yang berkualitas, American Psychological Association (APA) merekomendasi beberapa kiat-kiat untuk mendapatkan tidur malam yang lebih baik:

    • Biasakan tidur rutin yang konsisten tanpa teknologi
    • Tidurlah pada waktu yang sama setiap malam
    • Cobalah tidur lebih awal jika Anda tidak cukup tidur di malam hari
    • Hindari kafein di sore hari
    • Tidur siang selama 20-25 menit di sore hari
  3. Nutrisi dan Diet

    Apa yang kalian makan ternyata berdampak untuk kesehatan kalian loh. Tantangan memilih makanan di era yang serba instan ini justru menjadi fasilitator bagi kalian memilih makanan yang kurang sehat. Salah satu yang menjadi favorit Gen Z adalah makanan dan minuman yang manis. Sebuah studi meta-analisis terhadap 8,5 juta partisipan menemukan bahwa (Sugar-Sweetened Beverages/SSBs meningkatkan risiko diabetes tipe 2 sebesar 26% dan obesitas sebesar 55% (Malik, 2019).

    Ditinjau dari aspek kesehatan mental, studi meta-analisis dari 21 studi kohort juga menemukan bahwa kepatuhan terhadap pola makan tinggi buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan ikan mampu mengurangi risiko depresi hingga 33% dibandingkan makanan olahan (Lassale, 2019).

    Di Indonesia, terdapat panduan nutrisi dan diet yang dikenal dengan “Isi Piringku” sebuah pedoman makan sehat yang dikampanyekan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai pengganti konsep “4 Sehat 5 Sempurna. Komponen “Isi Piringku” antara lain:

    Dalam satu piring makan, komposisi makanan harus terdiri dari:

    1. Makanan Pokok (½ dari separuh piring)
      • Sumber karbohidrat seperti nasi, jagung, singkong, ubi, atau gandum.
      • Dianjurkan memilih biji-bijian utuh (whole grain) untuk serat lebih tinggi.
    2. Lauk-Pauk (½ dari separuh piring)
      • Protein hewani (ayam, ikan, telur, daging) atau nabati (tahu, tempe, kacang-kacangan).
      • Disarankan mengurangi lemak jenuh (contoh: gorengan, daging berlemak).
    3. Sayuran (⅓ dari separuh piring)
      • Beragam warna (hijau, oranye, ungu) untuk vitamin dan mineral.
      • Contoh: bayam, wortel, brokoli, kangkung
    4. Buah-Buahan (⅔ dari separuh piring)
      • Sumber serat, vitamin, dan antioksidan.
      • Contoh: apel, pisang, jeruk, pepaya.
    5. Air Putih
      • Minum air putih cukup (minimal 8 gelas/hari) dan hindari minuman manis berlebihan.

Beberapa saran diatas layak kalian coba untuk mempertahankan kondisi kesehatan kalian, agar tetap bisa mencari cuanhealing ke berbagai tempat hits dan kekinian, mencoba berbagai trend sosmed dan outfit yang sangat relate sama Gen Z.  Karena sehat itu mahal dan bernilai, ayo sebarkan juga ke grup small circle dan close friend kalian di Instagram

 

Sumber : AyoSehat


Copyright by Markbro 2025. All rights reserved.