Prinsip Komunikasi Profesional untuk Tenaga Kesehatan

Prinsip-Komunikasi-Profesional-untuk-Tenaga-Kesehatan.png

PRINSIP KOMUNIKASI PROFESIONAL

Prinsip Penjelasan
Empati Tunjukkan kepedulian terhadap kondisi fisik dan emosional pasien.
Kejelasan Gunakan bahasa yang mudah dipahami pasien, hindari istilah medis berlebihan.
Ketepatan Waktu Komunikasikan informasi penting (hasil lab, diagnosis, risiko) secepatnya.
Transparansi Sampaikan kondisi medis dan rencana penanganan secara terbuka namun proporsional.
Non-diskriminatif Bersikap adil kepada semua pasien, tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau kepercayaan.
Kerahasiaan Jangan menyampaikan informasi medis pasien ke pihak lain tanpa persetujuan tertulis.
Konsistensi Informasi Seluruh tim medis sebaiknya menyampaikan informasi yang sejalan dan tidak saling bertentangan.

TIPS PRAKTIS DALAM SITUASI UMUM

  1. Saat Menjelaskan Diagnosis:
    • Mulailah dengan mengklarifikasi pemahaman awal pasien:
      • “Bapak/Ibu, boleh saya tahu apa yang sudah Bapak/Ibu ketahui tentang kondisi ini?”
    • Jelaskan diagnosis dengan bahasa sederhana. Gunakan analogi bila perlu.
    • Tanyakan kembali apakah pasien memahami:
      • “Apakah penjelasan saya bisa dimengerti?”
  2. Saat Menjelaskan Risiko dan Pilihan Terapi:
    • Berikan semua pilihan medis yang tersedia, lengkap dengan risiko dan manfaat.
    • Jangan memaksa pasien memilih. Berikan waktu untuk mempertimbangkan.
    • Gunakan pendekatan “shared decision making”:
      • “Keputusan medis yang terbaik adalah yang Bapak/Ibu pahami dan yakini.”
  3. Saat Menyampaikan Kabar Buruk (Bad News):
    • Gunakan pendekatan SPIKES:
      • S: Setting – siapkan ruang tenang dan privasi.
      • P: Perception – pahami persepsi pasien/keluarga.
      • I: Invitation – tanya sejauh mana pasien ingin tahu.
      • K: Knowledge – berikan informasi secara perlahan.
      • E: Emphaty – beri waktu untuk merespon emosinya.
      • S: Strategy – jelaskan rencana dan dukungan selanjutnya.
  4. Dalam Komunikasi Tertulis (Rekam Medis & Surat Rujukan):
    • Tulislah lengkap, objektif, dan logis.
    • Hindari bahasa spekulatif atau penilaian pribadi.
    • Jangan ada coretan yang tidak ditandatangani.
    • Wajib mencantumkan waktu, tanggal, tanda tangan, dan nama jelas.
  5. Saat Menjawab Komplain atau Kritik Pasien:
    • Dengarkan dulu, jangan langsung membantah.
    • Ucapkan kalimat empati: “Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang Bapak/Ibu rasakan.”
    • Jelaskan bahwa dokter/RS akan mengevaluasi lebih lanjut, hindari menyalahkan.
    • Catat dan laporkan ke unit mutu/RM/etika bila serius.

KOMUNIKASI DOKTER DALAM TIM MULTIPROFESI

  • Gunakan prinsip kolaborasi, bukan kompetisi.
  • Hindari debat medis di depan pasien.
  • Hormati peran perawat, apoteker, fisioterapis, dsb., dan libatkan mereka dalam penjelasan ke pasien jika diperlukan.
  • Bila terjadi perbedaan pandangan, selesaikan secara internal dan profesional.

Contoh Kalimat di Rekam Medis:

“Pasien telah diberikan informasi terkait diagnosis pneumonia berat, rencana terapi antibiotik dan kemungkinan rawat ICU. Pasien dan keluarga menyatakan memahami dan menyetujui.”

PERBEDAAN KOMUNIKASI PROFESIONAL VS KOMUNIKASI EFEKTIF

Aspek Komunikasi Profesional Komunikasi Efektif
Definisi Komunikasi yang dilakukan sesuai etika profesi, hukum medis, dan norma pelayanan kesehatan. Komunikasi yang dilakukan agar pesan diterima, dipahami, dan direspons secara benar oleh lawan bicara.
Fokus Utama Akurasi terminologi, netralitas, dokumentasi yang legal dan etik. Pemahaman pasien dan keluarganya terhadap kondisi, risiko, dan tindakan medis.
Tujuan Menjamin pertanggungjawaban etik, hukum, dan institusi. Mencapai pemahaman yang menyeluruh agar pasien berpartisipasi aktif dan taat pada terapi.
Contoh 1 (Kepada Pasien: Menjelaskan Diagnosis) “Pasien dengan hasil imaging menunjukkan adanya ruptur appendiks perforata dengan abses lokal.” “Usus buntu Ibu sudah pecah dan menyebabkan infeksi di dalam perut. Ini perlu dioperasi segera.”
Contoh 2 (Kepada Tim Bedah) “Rencana tindakan laparotomi eksplorasi dengan kemungkinan reseksi usus segmental dan drainase abses.” “Tolong siapkan tindakan operasi besar, kemungkinan harus potong sebagian usus dan pasang selang untuk buang nanah.”
Contoh 3 (Dokumentasi Rekam Medis) “Ditemukan ruptur appendiks, pus ±200cc, dilakukan apendektomi dan drainase. Pasien stabil post-op.” Tidak berlaku. Komunikasi efektif digunakan secara lisan, bukan dalam dokumen medis legal.
Risiko Jika Salah Tidak profesional: diagnosis ditulis atau diucapkan tanpa dasar medis, penggunaan bahasa tidak etis, atau menyampaikan data tanpa izin. Tidak efektif: pasien tidak paham dan tidak patuh puasa sebelum operasi, sehingga operasi tertunda.
Gaya Bahasa Formal, medis, terminologis, netral, tidak multitafsir. Sederhana, bisa menggunakan analogi, emosional bila perlu, menghindari istilah medis teknis.
Contoh Kalimat Non-Profesional (yang salah) “Kalau ususnya sudah jelek, kami potong saja deh, gampang itu.” (Salah secara profesional – merendahkan makna tindakan medis dan merusak kepercayaan)
Contoh Kalimat Tidak Efektif (yang salah) “Anda perlu dilakukan laparotomi segera karena ada kemungkinan sepsis akibat perforasi.” (Salah secara efektif – pasien awam mungkin tidak paham istilah teknis ini)
Kompetensi Pendukung Etika kedokteran, hukum kesehatan, kompetensi profesionalisme. Empati, keterampilan interpersonal, komunikasi terapeutik, literasi budaya pasien.

 

Sumber : Dr. Galih Endradita M

Admin PERSI JATIM faradilla

Copyright by Markbro 2025. All rights reserved.