Prinsip Komunikasi Profesional untuk Tenaga Kesehatan
June 30, 2025 by Admin PERSI JATIM faradilla

PRINSIP KOMUNIKASI PROFESIONAL
Prinsip | Penjelasan |
Empati | Tunjukkan kepedulian terhadap kondisi fisik dan emosional pasien. |
Kejelasan | Gunakan bahasa yang mudah dipahami pasien, hindari istilah medis berlebihan. |
Ketepatan Waktu | Komunikasikan informasi penting (hasil lab, diagnosis, risiko) secepatnya. |
Transparansi | Sampaikan kondisi medis dan rencana penanganan secara terbuka namun proporsional. |
Non-diskriminatif | Bersikap adil kepada semua pasien, tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau kepercayaan. |
Kerahasiaan | Jangan menyampaikan informasi medis pasien ke pihak lain tanpa persetujuan tertulis. |
Konsistensi Informasi | Seluruh tim medis sebaiknya menyampaikan informasi yang sejalan dan tidak saling bertentangan. |
TIPS PRAKTIS DALAM SITUASI UMUM
- Saat Menjelaskan Diagnosis:
- Mulailah dengan mengklarifikasi pemahaman awal pasien:
- “Bapak/Ibu, boleh saya tahu apa yang sudah Bapak/Ibu ketahui tentang kondisi ini?”
- Jelaskan diagnosis dengan bahasa sederhana. Gunakan analogi bila perlu.
- Tanyakan kembali apakah pasien memahami:
- “Apakah penjelasan saya bisa dimengerti?”
- Mulailah dengan mengklarifikasi pemahaman awal pasien:
- Saat Menjelaskan Risiko dan Pilihan Terapi:
- Berikan semua pilihan medis yang tersedia, lengkap dengan risiko dan manfaat.
- Jangan memaksa pasien memilih. Berikan waktu untuk mempertimbangkan.
- Gunakan pendekatan “shared decision making”:
- “Keputusan medis yang terbaik adalah yang Bapak/Ibu pahami dan yakini.”
- Saat Menyampaikan Kabar Buruk (Bad News):
- Gunakan pendekatan SPIKES:
- S: Setting – siapkan ruang tenang dan privasi.
- P: Perception – pahami persepsi pasien/keluarga.
- I: Invitation – tanya sejauh mana pasien ingin tahu.
- K: Knowledge – berikan informasi secara perlahan.
- E: Emphaty – beri waktu untuk merespon emosinya.
- S: Strategy – jelaskan rencana dan dukungan selanjutnya.
- Gunakan pendekatan SPIKES:
- Dalam Komunikasi Tertulis (Rekam Medis & Surat Rujukan):
- Tulislah lengkap, objektif, dan logis.
- Hindari bahasa spekulatif atau penilaian pribadi.
- Jangan ada coretan yang tidak ditandatangani.
- Wajib mencantumkan waktu, tanggal, tanda tangan, dan nama jelas.
- Saat Menjawab Komplain atau Kritik Pasien:
- Dengarkan dulu, jangan langsung membantah.
- Ucapkan kalimat empati: “Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang Bapak/Ibu rasakan.”
- Jelaskan bahwa dokter/RS akan mengevaluasi lebih lanjut, hindari menyalahkan.
- Catat dan laporkan ke unit mutu/RM/etika bila serius.
KOMUNIKASI DOKTER DALAM TIM MULTIPROFESI
- Gunakan prinsip kolaborasi, bukan kompetisi.
- Hindari debat medis di depan pasien.
- Hormati peran perawat, apoteker, fisioterapis, dsb., dan libatkan mereka dalam penjelasan ke pasien jika diperlukan.
- Bila terjadi perbedaan pandangan, selesaikan secara internal dan profesional.
Contoh Kalimat di Rekam Medis:
“Pasien telah diberikan informasi terkait diagnosis pneumonia berat, rencana terapi antibiotik dan kemungkinan rawat ICU. Pasien dan keluarga menyatakan memahami dan menyetujui.”
PERBEDAAN KOMUNIKASI PROFESIONAL VS KOMUNIKASI EFEKTIF
Aspek | Komunikasi Profesional | Komunikasi Efektif |
---|---|---|
Definisi | Komunikasi yang dilakukan sesuai etika profesi, hukum medis, dan norma pelayanan kesehatan. | Komunikasi yang dilakukan agar pesan diterima, dipahami, dan direspons secara benar oleh lawan bicara. |
Fokus Utama | Akurasi terminologi, netralitas, dokumentasi yang legal dan etik. | Pemahaman pasien dan keluarganya terhadap kondisi, risiko, dan tindakan medis. |
Tujuan | Menjamin pertanggungjawaban etik, hukum, dan institusi. | Mencapai pemahaman yang menyeluruh agar pasien berpartisipasi aktif dan taat pada terapi. |
Contoh 1 (Kepada Pasien: Menjelaskan Diagnosis) | “Pasien dengan hasil imaging menunjukkan adanya ruptur appendiks perforata dengan abses lokal.” | “Usus buntu Ibu sudah pecah dan menyebabkan infeksi di dalam perut. Ini perlu dioperasi segera.” |
Contoh 2 (Kepada Tim Bedah) | “Rencana tindakan laparotomi eksplorasi dengan kemungkinan reseksi usus segmental dan drainase abses.” | “Tolong siapkan tindakan operasi besar, kemungkinan harus potong sebagian usus dan pasang selang untuk buang nanah.” |
Contoh 3 (Dokumentasi Rekam Medis) | “Ditemukan ruptur appendiks, pus ±200cc, dilakukan apendektomi dan drainase. Pasien stabil post-op.” | Tidak berlaku. Komunikasi efektif digunakan secara lisan, bukan dalam dokumen medis legal. |
Risiko Jika Salah | Tidak profesional: diagnosis ditulis atau diucapkan tanpa dasar medis, penggunaan bahasa tidak etis, atau menyampaikan data tanpa izin. | Tidak efektif: pasien tidak paham dan tidak patuh puasa sebelum operasi, sehingga operasi tertunda. |
Gaya Bahasa | Formal, medis, terminologis, netral, tidak multitafsir. | Sederhana, bisa menggunakan analogi, emosional bila perlu, menghindari istilah medis teknis. |
Contoh Kalimat Non-Profesional (yang salah) | “Kalau ususnya sudah jelek, kami potong saja deh, gampang itu.” | (Salah secara profesional – merendahkan makna tindakan medis dan merusak kepercayaan) |
Contoh Kalimat Tidak Efektif (yang salah) | “Anda perlu dilakukan laparotomi segera karena ada kemungkinan sepsis akibat perforasi.” | (Salah secara efektif – pasien awam mungkin tidak paham istilah teknis ini) |
Kompetensi Pendukung | Etika kedokteran, hukum kesehatan, kompetensi profesionalisme. | Empati, keterampilan interpersonal, komunikasi terapeutik, literasi budaya pasien. |
Sumber : Dr. Galih Endradita M