Apa Itu Infeksi Oportunistik? Ancaman Kesehatan Serius bagi ODHA

HIV/AIDS, atau Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome, telah menjadi masalah darurat di seluruh dunia dan merupakan salah satu penyakit menular yang paling mematikan. Penyakit ini masih menjadi perhatian yang serius sampai saat ini. HIV dapat merusak sistem kekebalan tubuh secara bertahap tanpa pengobatan, menyebabkan AIDS.
Obat antiretroviral (ARV) dapat digunakan seumur hidup untuk mengobati HIV, yang merupakan penyakit yang berlangsung dalam waktu yang lama. Obat utama yang dikenal sebagai antiretroviral (ARV) terbukti efektif dalam mencegah virus HIV berkembang dalam tubuh.
ARV bekerja dengan mengurangi jumlah virus HIV yang ada dalam darah, sehingga sistem kekebalan tubuh (CD4) tetap kuat. Sebelum memulai pengobatan, faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan adalah ketahanan pasien dalam mengonsumsi obat ARV.
Kepatuhan terapi ARV
Pasien yang mematuhi penggunaan obat mereka dengan benar atau hampir seluruh dosis mereka menunjukkan hasil terbaik dari terapi virologi HIV. Kepatuhan adalah faktor yang paling penting dalam menentukan keberhasilan terapi. Terapi ARV untuk HIV berlangsung seumur hidup, sehingga diperlukan tingkat kepatuhan yang tinggi (lebih dari 95%) dalam mengonsumsi obat. Kepatuhan dalam pengobatan sangat penting untuk mengurangi replikasi virus, memperbaiki kondisi klinis dan imunologis, mengurangi resistansi terhadap ARV, dan menurunkan risiko transmisi HIV. Kepatuhan berarti mengonsumsi obat sesuai dosis yang dianjurkan, tidak pernah lupa, tepat waktu, dan konsisten. Kepatuhan terhadap ARV sangat penting untuk mengurangi jumlah virus HIV yang ada dalam tubuh. Tujuannya adalah untuk menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat dengan mengurangi jumlah virus yang stabil dan berkelanjutan. Akibatnya, orang yang terinfeksi HIV dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik.
Infeksi Oportunistik (IO) pada ODHA
Infeksi oportunistik (IO) memanfaatkan kelemahan sistem kekebalan tubuh manusia. Grafik di atas menunjukkan bahwa tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit penyerta yang diderita oleh 62% orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Salah satu infeksi yang paling umum pada penderita HIV/AIDS adalah tuberkulosis (TB). Infeksi HIV merusak sistem kekebalan tubuh, membuat tubuh rentan terhadap infeksi oportunistik, termasuk tuberkulosis. Kematian akibat infeksi TB pada penderita HIV lebih tinggi, dan tuberkulosis adalah penyebab kematian utama (30-50%) pada pasien HIV/AIDS. Selain menyulitkan diagnosis tuberkulosis, HIV juga meningkatkan angka kejadian tuberkulosis.
Infeksi Oportunistik (IO) dengan Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA
Faktor infeksi oportunistik yang membuat pasien merasa semakin buruk berpengaruh besar pada tingkat kepatuhan pasien terhadap pengobatan ARV. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ART secara signifikan mengurangi insiden infeksi oportunistik, mendukung pemulihan, dan perbaikan infeksi tersebut, termasuk infeksi yang belum menerima terapi profilaksis atau spesifik.
Terapi antiretroviral tetap menjadi dasar pendekatan untuk mengurangi berbagai infeksi dan proses yang terkait dengan HIV. Namun, terapi antiretroviral tidak dapat menggantikan kebutuhan profilaksis antimikroba pada pasien dengan imunosupresi berat.
Kesimpulan
Pengelolaan komprehensif, termasuk pemberian profilaksis, sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kesehatan pasien dengan HIV/AIDS. Penggunaan terapi ARV dengan kepatuhan tinggi sangat penting untuk mengurangi dampak infeksi oportunistik dan meningkatkan kualitas hidup ODHA.
Sumber: Kemenkes