Teknologi Sel Punca: Solusi Inovatif untuk Mengatasi Luka Bakar Parah

artikel-2024-12-18T112444.698.png

Di Indonesia, banyak kasus luka bakar. Menurut data World Health Organization, negara berpenghasilan menengah ke bawah mengalami sekitar 90% kasus luka bakar, dengan angka kematian mencapai 180.000 kematian setiap tahunnya. Karena keterbatasan sumber daya dan akses ke layanan kesehatan, tingkat kasus luka bakar meningkat di negara berkembang. Angka kematian atau kematian akibat luka bakar juga tinggi, dengan sepsis (komplikasi infeksi yang mengancam jiwa) dan gagal organ multipel sebagai penyebab paling sering. Dari 2011 hingga 2012, 33,5% pasien luka bakar di RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) tidak terselamatkan. Renjatan septik adalah penyebab kematian terbanyak pada tahun 2013–2017, menurut data RSCM. Karena angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, serta akibat cedera fisik dan psikologis yang berlangsung lama, tata laksana luka bakar merupakan masalah di Indonesia.

Resusitasi cairan yang memiliki sifat menyelamatkan nyawa dimulai dengan tata laksana pasien luka bakar. Terapi luka dapat dimulai setelah pasien menjadi lebih baik. Tindakan bedah diperlukan untuk luka bakar yang lebih dalam. Operasi dilakukan untuk mengeluarkan jaringan mati, menghindari infeksi, dan mendapatkan jaringan penting yang siap untuk menutup luka melalui transplantasi atau graft kulit. Dengan menutup defek pasca-eksisi dini dengan transplantasi kulit pasien sendiri, risiko infeksi dan nyeri akan lebih rendah dan mobilisasi pasien akan lebih cepat. Namun, donor kulit sehat pasien luka bakar tentunya terbatas, jadi perlu dikembangkan terapi pengganti kulit untuk menggantikan donor kulit sehat pasien yang terbatas ini.

Terapi pengganti kulit populer di mancanegara, tetapi masalah biaya menghalangi mereka untuk dijual di Indonesia. Di Indonesia, freeze dried amnion sudah digunakan, tetapi hasilnya masih buruk. Keterbatasan ini membuat donor kulit pasien luka bakar harus diganti dengan produk lokal. Terapi pengganti kulit saat ini telah dikembangkan untuk menggantikan dermis dan epidermis dengan menggunakan selaput amnion dua lapis yang disemai dengan campuran sel dari kulit pasien dan sel punca. Mengingat sel punca epitel amnion dapat diperoleh dengan mudah, tidak membutuhkan prosedur invasif, dan hanya mengekspresikan human leucocyte antigen (HLA) yang berperan dalam rejeksi, sel punca epitel amnion adalah pilihan yang baik.

Dalam studi yang telah dilakukan di RSCM, pasien yang mengalami luka bakar yang parah menerima terapi pengganti kulit lokal yang dikombinasikan dengan sel kulit pasien dan sel punca menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang tidak memiliki sel punca. Kelompok yang menggunakan sel punca menunjukkan kecepatan pembentukan kulit baru yang lebih cepat, dan terapi pengganti kulit tersebut bertahan lebih lama dibandingkan dengan kelompok yang tidak memiliki sel punca. Selain itu, pada terapi pengganti kulit menggunakan sel, ketebalan lapisan kulit lebih mirip dengan kulit normal.

Tujuan terapi luka bakar dalam adalah pembentukan kulit baru. Kerangka dan sumber sel memainkan peran penting dalam menentukan apakah akan terbentuk kulit baru dengan bentuk dan fisiologi yang sama seperti kulit normal.

Pada pasien luka bakar dalam, terapi pengganti kulit yang menggunakan selaput amnion dua lapis dapat menghasilkan lapisan kulit baru. Namun, penambahan sel baru ke area yang ditransplantasi menghasilkan struktur yang lebih mirip dengan kulit normal. Pengganti kulit baru ini dapat digunakan dengan aman pada pasien luka bakar dalam setelah operasi eksisi dini dan terbukti berhasil. Penggunaan sel punca memiliki keuntungan karena sifatnya yang dapat memperbarui diri, pluripoten, dan imunogenitas rendah. Sel punca epitel amnion juga pluripoten.

Sejauh ini, temuan penelitian menunjukkan potensi besar penggunaan sel punca untuk terapi luka bakar dengan hasil yang sangat baik. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan peran sel punca dalam terapi luka bakar.

Kesimpulan

Dalam kasus luka bakar, penggunaan sel punca sebagai terapi pengganti kulit telah menunjukkan hasil yang menjanjikan, terutama di Indonesia. Metode ini menyelesaikan masalah donor kulit yang terbatas. Terapi ini dapat meningkatkan proses penyembuhan luka bakar dengan menggunakan sel punca epitel amnion, yang mudah diperoleh, tidak membutuhkan prosedur invasif, dan memiliki risiko imunogenitas yang rendah. Studi di RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa terapi pengganti kulit yang menggabungkan sel kulit pasien dengan sel punca menghasilkan pertumbuhan kulit baru yang lebih cepat, lapisan kulit yang lebih tebal, dan struktur yang lebih mirip dengan kulit normal.

 

Sumber: Kemenkes

Admin PERSI JATIM faradilla

Copyright by Markbro 2025. All rights reserved.