Jamur Trichophyton: Ancaman Kesehatan pada Kaki yang Harus Dikenali

Jamur Trichophyton rubrum adalah penyebab umum dermatofitosis. Jamur ini cukup umum di kulit, rambut, dan kuku tangan dan kaki. Trichophyton rubrum adalah salah satu spesies jamur yang paling sering menyebabkan infeksi di masyarakat. Jamur-jamur ini dapat menyerang jaringan kulit, menyebabkan peradangan. Iklim tropis Indonesia yang hangat dan lembab sangat mendukung pertumbuhan jamur, termasuk jamur patogen. Lebih dari 6 juta orang di Indonesia terkena infeksi jamur setiap tahun. Mikosis superfi sialis yang menyerang lapisan kuku dikenal sebagai tinea unguium. Gejala penyakit ini termasuk kuku yang menebal, terangkat, pecah-pecah, tidak rata, dan tidak berkilau. Mereka juga dapat berubah menjadi putih, kuning, coklat, atau hitam.
Jika kondisi ini dibiarkan terlalu lama, itu dapat menyebabkan rasa sakit, bau tidak sedap, dan kuku rapuh. Selain itu, kondisi ini memungkinkan bakteri patogen masuk dan menyebabkan infeksi tambahan. Tinia unguium disebabkan oleh jamur dermatofita, terutama Trichophyton. Tinnea unguium dapat menular pada orang-orang yang melakukan aktivitas sehari-hari di tempat yang lembab, terutama jika mereka mengenakan sepatu tertutup dan tidak menggunakan alas kaki. Salah satu kelompok pekerja yang paling berisiko terkena Tinea unguium adalah petani. Penularan infeksi dapat meningkat di tempat kerja yang basah, lembab, dan berlumpur.
Faktor Risiko
Kurang kebersihan, lingkungan yang hangat dan lembab, kontak dengan orang atau hewan yang terinfeksi, penggunaan barang yang terkontaminasi dermatofita, dan kontak dengan tanah yang tercemar adalah semua faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya tinea fasialis. Seseorang dapat lebih rentan terhadap tinea fasialis jika memiliki riwayat tinea fasialis dalam keluarganya atau sebelumnya memiliki tinea di bagian tubuh lainnya, seperti tinea corporis. Individu dengan status sosio-ekonomi rendah lebih rentan terhadap infeksi jamur superfisial, termasuk tinea fasialis. Trauma kulit juga merupakan faktor risiko karena dapat mempermudah invasi dermatofita.
Malnutrisi dan penyakit yang mempengaruhi sistem kekebalan juga merupakan predisposisi untuk tinea fasialis. Penyakit lain seperti HIV, penggunaan kortikosteroid, dan gangguan sistem kekebalan seperti limfoma, penyakit Cushing, diabetes, atau dermatitis atopik dapat memperburuk kondisi ini dan menyulitkan pengobatan, serta menyebabkan infeksi dermatofita menjadi kronis.
- Tinnea pedis dipengaruhi oleh beberapa kondisi, seperti iklim tropis, banyak keringat, dan kulit yang lembab. Orang-orang yang kurang memperhatikan kebersihan dan banyak bekerja di lingkungan panas dengan banyak keringat dan kelembapan kulit yang tinggi adalah mayoritas penderita penyakit ini.
- Infeksi tinea pedis dapat berdampak pada berbagai jenis pekerjaan, terutama yang mengharuskan penggunaan sepatu ketat dan tertutup serta berada di lingkungan yang hangat dan lembab, yang menyebabkan jamur berkembang dan menyebar. Polisi lalu lintas, misalnya, beroperasi dari pagi hingga sore hari.
Sumber: Kemenkes





