Kenali Hepatitis bersama Dr. Pertiwi Febriana Chandrawat, M.Sc. Sp.A

web-persi-4.png

Malang (Humas dan Kemitraan) – Sejak badan kesehatan dunia atau yang lebih dikenal World Health Organization menemukan 10 kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya pada anak-anak di Inggris Raya tanggal 5 April 2022, kasus hepatitis akut menjadi perhatian semua negara di belahan dunia. Tidak terkecuali Indonesia, tepatnya tanggal 22 Mei 2022 ditemukan kasus hepatitis akut pada 3 anak Indonesia dan 2 anak di Singapura. Mengutip dari Kompas.com per tanggal 6 Juni 2022 ditemukan 25 kasus di Indonesia.

Dokter spesialis anak Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang (RS UMM) dr. Pertiwi Febriana Chandrawati, M. Sc, SpA atau yang kerap disapa dokter Nana memaparkan bahwa penyakit ini merupakan acute hepatitis of unknown aetiology artinya merupakan penyakit jenis hepatitis yang belum diketahui etiologinya.
“Sampai saat ini lembaga penelitian di seluruh dunia masih melakukan identifikasi dan penelitian, apa sebenarnya penyebab penyakit ini. Inilah mengapa masih disebut dengan acute hepatitis of unknown aetiology,” ujar dokter Nana.
Hepatitis sendiri merupakan penyakit yang ditandai dengan peradangan pada organ hati. Kondisi ini bisa terjadi karena infeksi virus, kebiasaan minum alkohol, paparan zat beracun atau obat-obatan tertentu. Kondisi tersebut dapat menyebabkan malfungsi pada hati. Hal ini ditandai dengan kulit dan sekitar mata yang berwarna kuning ikterik atau jaundice. Kondisi tersebut diperparah dengan meningkatnya serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT). SGOT ialah enzim yang biasanya ditemukan pada organ hati (liver), jantung, ginjal, hingga otak. Sedangkan SGPT ialah enzim yang paling banyak dijumpai dalam liver. Biasanya kondisinya meningkat lebih dari 500 mikro per liter. Sedangkan pada kondisi normal SGPT kisaran 5-40 mikro per liter, dan SGOT normalnya kisaran 7-56 per liter.
“Saya mau bilang kenapa kita melakukan pemeriksaan SGOT dan SGPT. Yang OT dulu ya, enzim yang ada di parentim hati. Sebetulnya tidak hanya di hati saja, ada juga di otot, ginjal kemudian kalau SGPT itu ada di sel hati. Jadi kalau ada kelainan fungsi, maka dia akan muncul ke pembuluh darah. Masuk ke darah dengan kadar yang sangat tinggi ketika diperiksa di lab. Maka ketika kita cek SGPT nya di LAB, akan terdiagnosis kadarnya tinggi berarti dia ada kelainan di hati. Nah pada acute hepatitis of unknown aetiology kadarnya tinggi sekali, di darah itu lebih dari 500 mikro per liter. Nah kalau sudah seperti ini pasti sudah kuning semua, jadi bisa fatal,” imbuh dokter Nana.
Lantas apa perbedaannya dengan hepatitis tipe A, B, C, D, dan E. Dalam hasil pemeriksaan laboratorium, pada kasus acute hepatitis of unknown aetiology tidak ditemukan virus hepatitis tipe A, B, C, D, dan E.
“Nah bedanya apa dengan hepatitis tipe A B, C, D, dan E. Hepatitis A kita tau bahwa seromarkernya pasti positif untuk IGM anti HV, kemudian hepatitis B seromarkernya juga postif untuk HBE, HBC, HBsAG, HBSAGnya sendri akan postif. Nah pada acute hepatitis of unknown aetiology semuanya itu negatif jadi tidak ada yang postif,” ujar dokter Nana.
“Kalau anak kita tiba-tiba kulitnya berwarna kuning dan sekitar matanya juga demikian, segera dilarikan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan pertama. Jangan menunggu dua hari atau tiga hari lagi. Khawatirnya terjadi yang tidak diinginkan,” imbuh dokter Nana.

Lebih lanjut lagi menurut dokter Nana bukan hanya hepatitis tipe A, B, C, D, dan E dan non ABCD namun juga ada toksoplasma, rubela. Semuanya harus dieliminasi baru bisa diduga bahwa itu merupakan acute hepatitis of unknown aetiology.
“Jadi sejujurnya tidak mudah untuk mendiagnosis penyakit ini. Karena rumah sakit di Indonesia belum semuanya memiliki laboratorium yang lengkap. Dan kemungkinan pemeriksaannya juga mahal. Tentu ini merupakan keterbatasan kita,” keluh dokter Nana.
Usia yang kemungkinan dapat terinfeksi virus ini mulai usia 1 bulan hingga 16 tahun. Sedangkan untuk penularannya hingga berita ini diturunkan sementara penularannya melalui fekal oral. Jadi berhubungan dengan mulut dan tinja.
“Apapun yang masuk ke mulut seperti makanan, minuman, alat makan, dan air liur atau droplet itu dapat memberi kesempatan virus ini untuk berpindah dari satu korban ke korban lain. Kemudian juga yang perlu diperhatikan ialah cara kita mengelola tinja. Bagi ibu-ibu jangan membuang diapers bayinya sembarangan. Karena ini akan menyebabkan salah satu sumber inveksi acute hepatitis of unknown aetiology,” imbuh dokter Nana.
Untuk pencegahan, dokter Nana menghimbau agar tetap melakukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan mencuci tangan dengan benar, menggunakan masker, dan menjaga jarak. Selain PHBS pola makanan juga harus dijaga. Hindari makanan yang setengah matang.
“Saya ingin mengingatkan kepada semua untuk menjaga PHBS, jangan makan makanan yang setengah matang, atau bahkan mentah. Kan banyak saat ini remaja-remaja yang hobi makan makanan yang demikian. Nah ini ditahan dahulu. Terus saya juga ingin bilang bahwa kepada orangtua ketika anaknya yang muntah-muntah, sakit perut, dan mengalami perubahan warna pada kencing, kulit, dan mata maka sebelum parah segera dilarikan ke rumah sakit,”
Selanjutnya dokter Nana menyampaikan bahwa RS UMM siap menerima pasien dengan ciri-ciri di atas. Sarana prasarana, fasilitas, ruangan isolasi khusus bagi anak dan bayi yang suspek sudah disiapkan dengan baik. Selain itu RS UMM juga memiliki lima dokter spesialis anak yang berpengalaman, perawat yang terlatih dan berpengalaman, dan ahli gizi. Perlu diketahui juga bahwa ahli gizi di RS UMM dapat melakukan planing diet atau menu khusus untuk pasien yang mengalami gangguan fungsi hati. Karena ketika pasien yang terkena virus ini menu makanannya khusus.
“RS UMM sudah siap ya dari sarana prasarana, tenaga medis, hingga protokol kewaspadaan, dan protokol menangani pasien kita sudah siap semuanya,” imbuh dokter Nana. (Sol)

Admin PERSI JATIM faradilla

Copyright by Markbro 2025. All rights reserved.