Hati-hati Long COVID? Positif Corona Tahun Lalu, Tapi Kok Masih Anosmia?

Seiring melonjaknya kasus imbas subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, risiko gejala COVID berkepanjangan (Long COVID) juga masih menjadi sorotan.
Sejumlah negara termasuk Indonesia belum bebas dari ancaman COVID-19. Pasalnya, beberapa gejala Long COVID diyakini bisa tersisa hingga berbulan-bulan, bahkan menahun setelah pasien dinyatakan negatif COVID-19.
Dalam studi terbaru, Dikutip dari Times of India, peneliti dan Italia dan Inggris berupaya mencari tahu berapa lama gejala COVID-19 bisa bertahan. Khususnya, pada pasien dengan gejala COVID-19 relatif ringan yang mengalami hilang kemampuan mencium bau dan mengecap rasa (anosmia).
“88,2 persen pasien yang melaporkan gangguan bau atau rasa terkait COVID-19 pulih sepenuhnya dalam dua tahun. Pemulihan yang terlambat diamati pada 10,9 persen pasien,” ujar peneliti, dikutip dari Times of India, Rabu (17/8/2022).
Lebih lanjut, peneliti juga menemukan bahwa diperlukan waktu sekitar dua tahun bagi 90 persen pasien agar indera perasa dan penciuman bisa kembali normal setelah terinfeksi virus Corona. Pada beberapa kondisi, jangka waktu yang lama tersebut bisa sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Namun peneliti juga menambahkan, penelitian mereka masih memerlukan pengkajian lebih dalam terkait fenomena Long COVID. Pasalnya, ukuran sampel penelitian tersebut masih kecil dan terbatas secara geografis, serta belum mencakup evaluasi psikologis pada penyintas COVID-19.
Di samping itu, berikut beberapa gejala berkepanjangan yang terlapor pada kasus Long COVID:
- Kelelahan
- Demam
- Sesak napas
- Batuk
- Kesulitan berpikir atau berkonsentrasi
- Sakit kepala
- Masalah tidur
- Pusing saat berdiri
- Depresi atau kecemasan
- Nyeri sendi atau otot
- Sakit dada
- Detak jantung cepat atau berdebar
- Diare
- Sakit perut
- Ruam
sumber detikhealth